Profil Veronika Dian Faradisa, Perempuan Perbatasan dan Aktris Terbaik yang Memimpin Humas Untirta
Berbekal pengalamannya di dunia seni dan jurnalistik, dia menyajikan konten humas yang menggali nilai art, culture, dan humanism.
Penulis: Agung Yulianto Wibowo | Editor: Agung Yulianto Wibowo
Dian pernah aktif mengikuti berbagai kegiatan sastra dengan bertemu penyair se-Jawa Barat dan tingkat nasional.
“Saya lebih suka teater karena senang memerankan berbagai tokoh. Selalu merasa tertantang untuk memainkan berbagai karakter. Mengapa teater? Karena totalitas seorang aktor itu diuji di atas panggung tanpa perlu di-cut dan mengalir dalam sebuah peran,” ujarnya.
Menurut dia, seorang aktor tidak hanya dituntut piawai memainkan sebuah peran, tapi juga harus menguasai panggung bahkan naskah lawan mainnya.
“Sehingga ketika lawan main lupa, kita bisa tahu kapan masuk dan berimprovisasi,” kata perempuan berbintang virgo ini.
Bergelut di dunia seni dan peran, pengagum Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono ini banyak mengenal penyair tersohor di Indonesia.
“Pertama kali bertemu Sutardji Cholzum Bahri di sebuah kafe di Taman Ismail Marzuki pada 1999. Dia penasaran dengan saya, apakah saya ini laki-laki atau perempuan. Dengan santai, saya jawab saya ini perempuan,” katanya seraya tertawa.
Dian menilai wajar karena dia memang suka berbaur maskulin dan bergaya memakai topi pet, kemeja panjang digulung, yang dipadukan dengan sepatu olahraga.
“Dia lebih tidak percaya lagi ada perempuan Banten terjun untuk berkesenian. Lalu Sutardji menjuluki saya sebagai perempuan perbatasan,” ujarnya.
Tak hanya sebagai aktris, Dian juga pernah menjalani profesi sebagai wartawan di sebuah media di Banten.
“Saya orang yang tersesat. He he he. Saya tidak pernah sekolah formil seni, jurnalistik, dan bahasa dan sastra Indonesia,” kata lulusan D3 Komputer di Serang ini.
Dian kemudian melanjutkan pendidikan S1 dan S2 konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia di IMMI Jakarta.
Perempuan yang suka disebut sebagai aktris dibandingkan penyair ini kemudian bergabung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untirta pada 2001.
“Begitu lepas menjadi wartawan, diterima di FKIP Untirta karena saat mahasiswa, saya pernah mengharumkan nama Untirta dengan seni teater,” katanya.
Dian juga pernah menjadi sekretaris rektor. Tiga rektor pernah dibantu kegiatan kedinasannya.
Dalam setahun ini, Dian memimpin tim Humas Untirta.