Gempa Majene
BMKG: Penyebab Gempa Majene Magnitudo 6,2, Ada Aktivitas Sesar Aktif Mamuju-Majene Thrust
Dijelaskannya, gempa Majene berkekuatan Magnitudo 5,9 yakni pada 14 Januari 2021 pukul 13.35 WIB, merupakan gempa pendahuluan atau pembuka (foreshock)
Disampaikan pula bahwa BMKG akan terus memantau aktivitas gempa yang terjadi dan dilaporkan masyarakat.
"Untuk sementara saat ini, gempa yang terjadi pada pagi dini hari tadi statusnya sebagai gempa utama (mainshocks), semoga status ini tidak berubah dan justru akan meluruh, melemah hanya terjadi gempa susulan (aftershock) dengan kekuatan yang terus mengecil dan kembali stabil," ujarnya.
Akan tetapi, masyarakat tetap perlu mewaspadai kawasan perbukitan dengan tebing curam karena gempa susulan signifikan dapat memicu longsoran (landslide) dan runtuhan batu (rock fall).
Apalagi, kata dia, saat ini masih dalam periode musim hujan, di mana kondisi tersebut dapat memudahkan terjadinya proses longsoran karena kondisi tanah lereng perbuktian basah dan labil.
Sejauh ini, akibat gempa tersebut telah memberikan dampak kerusakan dan korban jiwa di dua kabupaten di Sulbar, yakni di Majene dan Mamuju.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi melansir, hingga saat ini ada 27 warga yang meninggal akibat gempa yang berpusat di Kabupaten Majene, Jumat (15/1/2021).
Korban tersebut tewas usai tertimpa reruntuhan material bangunan yang ambruk saat gempa.
Dari 27 orang yang tewas, 18 orang meninggal di Kabupaten Mamuju, sedangkan 9 orang lainnya tewas di Kabupaten Majene.
Hampir seribu orang mengalami luka-luka, sejumlah bangunan rusak dan 3.000 warga mengungsi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG: Gempa Majene karena Sesar Aktif Mamuju-Majene Thrust" & "2 Gempa Majene Berkaitan dan Merusak, Kenapa yang Kedua Lebih Dahsyat?"