Awan Kumolonimbus di Langit Jakarta Saat Sriwijaya Air SJ 182 Take Off, Berbahaya Bagi Penerbangan

Awan tebal kumolonimbus berada di langit DKI Jakarta dan sekitarnya saat pesawat Sriwijaya Air SJ 182 lepas landas (take off).

Penulis: Glery Lazuardi | Editor: Glery Lazuardi
NET
ILUSTRASI : Awan Cumulonimbus 

Awan-awan ini dapat terbentuk sendiri, secara berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis squall. Awan ini menciptakan petir melalui jantung awan.

Suyanto dan Riyanto Kakak-Beradik Korban Sriwijaya Air Dimakamkan, Ayahanda: Saya Ikhlas

Pramugari Sriwijaya Air Kenang Sosok Captain Afwan, Tak Lupa Dilakukan Sebelum Turunkan Pesawat

Awan kumulonimbus terbentuk dari awan kumulus (terutama dari kumulus kongestus) dan dapat terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar dengan keunikan tersendiri.

Sebelumnya, Tim Disaster Victim Identification (DVI) menyebut ada 4 jenazah Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang belum teridentifikasi.

Sedangkan 58 jenazah tercatat sudah berhasil diidentifikasi hingga Jumat (29/1/2021).

Melansir TribunJakarta.com, Karopenmas Polri Brigjen Rusdi Hartono mengatakan kini tersisa empat jenazah korban Sriwijaya Air SJ-182 yang dalam proses identifikasi.

"Yang belum teridentifikasi, pertama atas nama Arkana Nadhif Wahyudi (7 bulan), kedua Razanah (57), ketiga Dania (2), dan terakhir Panca Widia Nursanti (46)," kata Rusdi di RS Polri Kramat Jati, Jumat (29/1/2021).

Bila mengacu manifes penumpang SriwijayaAir, Arkana tercatat duduk satu kursi dengan Rizki Wahyudi (26) yang teridentifikasi pada Selasa (16/1).

Dania tercatat duduk satu kursi Supianto yang teridentifikasi pada Kamis (14/1), Razanah dalam manifes di nomor 16, lalu Panca Widia dalam manifes di nomor 14.

"Itu nama-nama korban yang sampai sekarang, empat korban tersebut belum teridentifikasi dari 62 korban yang ada," ujarnya.

Meski belum teridentifikasi, Rusdi memastikan proses pencocokan data DNA antemortem dengan postmortem yang dilakukan belum berhenti.

Tim DVI masih berupaya melakukan proses rekonsiliasi yang merupakan fase IV dalam proses identifikasi DVI, dalam kasus ini lewat pencocokan DNA.

Beda dengan dua parameter lain dalam DVI yakni sidik jari dan gigi, data DNA postmortem dapat didapat dari berbagai bagian tubuh korban.

Hanya saja proses identifikasi lewat pencocokan sampel DNA antemortem dengan postmortem lewat uji laboratorium ini butuh waktu cukup lama.

"Untuk seluruh korban yang telah teridentifikasi sudah diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan. Seluruhnya telah diserahkan kepada keluarga," ujarnya.

Korban yang teridentifikasi sebelumnya yakni Okky Bisma (29), Khasanah (50), Fadly Satrianto (38), Asy Habul Yamin (36), Indah Halimah Putri (26), Agus Minarni (47), Ricko (32).

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved