Tabrani Harus Menahan Lapar Ketika Kelapa Muda yang Dijualnya di Neglasari Kota Serang tak Laku
Seharian cuma makan 2 bungkus mi instan bersama keluarga. Biasanya saya yang ngalah, tidak makan
Penulis: Wijanarko | Editor: Agung Yulianto Wibowo
Laporan Wartawan TribunBanten.com, Wijanarko
TRIBUNBANTEN.COM, KOTA SERANG - Selasa (16/2/2021) siang, Tabrani duduk di pinggir Jalan KM Idris, Neglasari, Cipare, Kota Serang.
Di depan pria berusia 56 tahun ini berjejer kelapa muda.
Dia menjual kelapa muda di bawah terik matahari.
Tidak ada terpal atau payung yang terlihat.
Hanya sebuah sepeda tua berwarna cokelat yang tersandar di sebuah tembok di belakangnya.
Sepeda itu dipakai Tabrani untuk mengambil beberapa butir kelapa dan membawanya ke tempatnya berjualan.
Sejak pagi hingga siang, hanya beberapa kelapa muda yang laku.
Bahkan, Tabrani mengaku sering harus pulang tanpa membawa hasil karena kelapa muda yang dijualnya tidak laku
"Kadang sampai sore, begini saja. Tidak habis," ujarnya kepada TribunBanten.com di Neglasari, Selasa.
Jika tidak membawa uang dari dagangan kelapa muda, Tabrani dan keluarganya harus menahan lapar.
Dia mengaku tidak memiliki uang untuk membeli beras.
"Seharian cuma makan 2 bungkus mi instan bersama keluarga. Biasanya saya yang ngalah, tidak makan," ujar bapak dua anak yang masih SD ini.
Warga Desa Tenongko, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, ini tidak memiliki pekerjaan tetap.
"Jualan kelapa muda kalau barangnya lagi ada saja. Kalau tidak ada barang ya saya enggak kerja, di rumah aja. Paling sesekali ada tetangga yang minta saya buat cabutin rumput. Dikasih uang Rp 30.000," ucap Tabrani.