BPS: Produksi Beras di Provinsi Banten Alami Kenaikan 937,81 Ribu Ton di Masa Pandemi 2020

Menurut Adhi inflasi terbesar di Kota Cilegon berasal dari tembakau atau rokok yang mengalami perubahan indeks sebesar 2,18 persen.

Penulis: Zuhirna Wulan Dilla | Editor: Yudhi Maulana A
Dok. Kementerian Pertanian
Ilustrasi sawah 

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Zuhirna Wulan Dilla

TRIBUNBANTEN.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat selama masa pandemi 2020, produksi padi mengalami kenaikan.

Kepala BPS Provinsi Banten, Adhi Wiriana mengatakan jumlah produksi beras lebih besar pada tahun 2020 dibandingkan 2019.

"Produksi beras tertinggi pada 2020 terjadi pada bulan April, yaitu sebesar 243,49 ribu ton dan yang terendah terjadi pada Desember 2020 sebesar 8,72 ribun ton," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima TribunBanten.com, Senin (01/03/2021).

Untuk data pada awal tahun 2021, Adhi menjelaskan pada Januari 2021 sebesar 16,16 ribu ton beras.

"Potensi produksi beras sepanjang Februari hingga April 2021 sebesar 445,13 ribu ton beras. Pada subround Januari-April 2021 diperkirakan 461,29 ribu ton beras atau mengalami kenaikan sebesar 136,79 juta ton. Sedangkan pada subround yang sama di 2020 sebesar 324,50 ribu ton," jelasnya.

Adhi menambahkan tiga kabupaten atau kota dengan potensi produksi padi tertinggi pada Januari hingga April 2021.

Baca juga: BPS: Tingkat Okupansi Hotel di Banten di Awal Tahun 2021 Masih Alami Penurunan Karena PSBB

Baca juga: BPS: Pertama Sejak 1998, Ekonomi Indonesia Alami Kontraksi

"Potensi produksi padai tertinggi pada Januari hingga April 2021 adalah Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Serang," katanya.

Sedangkan Adhi mengatakan untuk tiga kabupaten atau kota dengan potensi produksi padi terendah adalah Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan Kota Cilegon.

Perlu diketahui Perlu diketahui, diberitakan TribunBanten.com sebelumnya, BPS Provinsi Banten mencatat ada tiga kota yang memiliki inflasi tertinggi pada kategori makanan, minuman dan tembakau.

"Cilegon mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,64 persen, dengan total nilai indeks harga konsumen di Februari 2021 ini 109,17 persen," ujarnya.

Menurut Adhi inflasi terbesar di Kota Cilegon berasal dari tembakau atau rokok yang mengalami perubahan indeks sebesar 2,18 persen.

Sedangkan untuk inflasi makanan di Kota Cilegon naik 0,35 persen dan minuman tidak berakohol 0,35 persen.

"Kalau untuk andil inflasi tertinggi di Kota Cilegon disumbangkan oleh komoditas rokok kretek filter sebesar 0,06 persen, cabai merah dan rokok putih masing-masing 0,04 persen. Kemudian bawang merah dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,03 persen," ungkapnya.

Baca juga: BPS: Ekonomi Banten Tahun 2020 Minus 3,38 Persen, Terburuk dalam 9 Tahun Terakhir, Terancam Resesi 

Baca juga: Kepala BPS Pusat Suhariyanto : Ada 7 Sektor Tak Goyah Saat Pandemi, 10 Sektor perlahan Bangkit

"Sementara komoditas yang dominan memberikan andil deflasi di Kota Cilegon adalah daging ayam ras 0,03 persen, udang basah 0,02 persen, buah naga, jeruk dan tomat sebesar 0,01 persen," sambung Adhi.

Kota Tangerang juga berada di nomor urut kedua yang mengalami inflasi makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,53 persen.

"Kota Tangerang mendapati nilai indeks harga konsumen bulan Februari 2021 ini sebesar 107,95 persen,"

"Namun bedanya dari Kota Cilegon kalau Tangerang tertingginya di makanan sebanyak 0,57 persen dan tembakau 0,51 persen, lalu minuman yang tidak berakohol sebesar 0,27 persen," katanya.

Adhi menjelaskan Andil inflasi tertinggi di Kota Tangerang disumbangkan oleh komoditas cabai rawit 0,04 persen.

Serta pisang, cabai merah dan jeruk sebanyak 0,02 persen dan bawang putih 0,01 persen.

Sementara komoditas dominan yang memberikan andil deflasi Kota Tangerang ada telur, ras, buah naga dan susu bubuk balita masing-masing 0,02 persen.

Kemudian untuk kentang dan tomat mengalami deflasi di Kota Tangerang sebesar 0,01 persen.

Adapun Kota Serang yang menempati inflasi tertinggi ketiga di Banten pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,16 persen.

"Untuk bulan Februari 2021 nilai indeks harga konsumen di Kota Serang sebanyak 109,85 persen," ucapnya.

Adhi mengatakan makanan menjadi kategori inflasi tertinggi sebesar 0,22 persen, sementara tembakau 0,08 persen.

"Kalau untuk minuman tidak berakoholnya di Kota Serang mengalami penurunan 0,15 persen," katanya.

Adhi juga menjelaskan andil inflasi terbesar disumbangkan oleh komoditas cabai rawit 0,04 persen dan cabai merah 0,03 persen.

Lalu ikan bandeng dan ikan bolu juga alami andil inflasi di Kota Serang sebesar 0,02 persen.

Adhi kembali menambahkan jika deflasi yang terjadi di Kota Serang berasal dari jeruk sebesar 0,07 persen, telur ayam ras 0,06 persen, ketimun 0,02 persen, ikan kembung dan daging ayam ras 0,01 persen.

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved