Susah Payah Kabur dari Korea Utara, Wanita Ini Baru Tahu Apa Itu ATM, Ada yang Trauma dan Bunuh Diri

Kisah para pembelot Korea Utara, setelah berhasil kabur ke Korea Selatan, mereka susah payah beradaptasi dengan budaya baru.

Editor: Vega Dhini
BBC; globalnews
Kim Ji-young, pembelot Korea Utara - Setelah berhasil kabur dari Korut, Wanita ini mengaku baru tahu apa itu ATM, kini mengaku trauma. 

TRIBUNBANTEN.COM - Kisah para pembelot Korea Utara, setelah berhasil kabur ke Korea Selatan mereka harus susah payah beradaptasi dengan budaya baru, termasuk mempelajari cara penggunaan mesin ATM. Bahkan tak sedikit yang trauma hingga bunuh diri. Bagaimana kisah lengkapnya?

Istilah 'rumput tetangga terlihat lebih hijau' rasanya tepat diberikan kepada para pembelot Korea Utara yang menyeberang ke Korea Selatan.

Korea Utara terkenal dengan kemiskinan dan aturan yang kejam, juga aneh, dari pemimpinnya, Kim Jong-Un.

Sementara, negara tetangganya, Korea Selatan, terlihat penuh dengan gemerlap kesuksesan dan kebebasan nan demokratis.

Namun, faktanya, membelot ke Korea Selatan pada akhirnya bukanlah sesuatu yang bisa secara otomatis memberi warga Korea Utara kebahagiaan.

Beberapa merasa sangat kesulitan untuk beradaptasi. Tidak sedikit bahkan sampai mengalami trauma ekstrem yang bisa memicu bunuh diri.

Baca juga: Kecelakaan Kereta di Korea Utara, Sebanyak 600 Orang Tewas, Negara Tetangga Dituding Menjadi Dalang

Baca juga: Akui Pernah Nge-Bully, Aktor Korea Jisoo Keluar dari Drama dan Semua Kontrak Iklan Produk Dibatalkan

Hal ini salah satunya disampaikan oleh Kim Ji-young yang tiba di Korea Selatan pada usia 31 tahun setelah pelarian yang sulit dari Korea Utara terasa "seperti mimpi".

Namun kegembiraannya saat tiba di Korsel bersama ibu dan tiga orang sepupunya pada Maret 2013 lalu segera memudar seiring dengan masa penyesuaian yang sulit.

Setiap hari membawa tantangan baru dan keluarga itu tidak mengenal siapa pun. "Ada banyak perbedaan budaya... kami harus memulai dari awal lagi," katanya.

Kim adalah satu dari ribuan pembelot yang berhasil melarikan diri dari kehidupan terisolasi di bawah kepemimpinan diktator. Tetapi bagi mereka yang telah melarikan diri, memulai hidup baru di Korsel hanyalah langkah pertama.

Banyak dari mereka yang harus mempelajari hal-hal mendasar dalam kehidupan di tengah masyarakat berteknologi tinggi dan demokratis - mulai dari menggunakan kartu bank hingga memahami cara kerja perwakilan pemerintah.

Apa yang terjadi ketika mereka tiba?

Awalnya, para pembelot menjalani masa penyelidikan dan tanya jawab dengan dinas intelijen.

"Lalu ada tiga bulan di sebuah lembaga bernama Hanawon, sebuah fasilitas pendidikan pemukiman kembali yang dijalankan oleh pemerintah Korea Selatan," kata Sokeel Park, direktur Korea Selatan untuk Kebebasan di Korea Utara.

"Ini adalah sekolah berdurasi tiga bulan. Dalam masa itu mereka mempelajari berbagai hal tentang masyarakat Korea Selatan: cara menggunakan mesin ATM dan infrastruktur transportasi modern Korea Selatan, dan cara mendapatkan pekerjaan. Mereka mempelajari berbagai hal tentang kewarganegaraan Korea Selatan, demokrasi, dan perbedaan."

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved