Virus Corona
BPOM Umumkan Tunda Distribusi dan Penggunaan Vaksin AstraZeneca, Kenapa? Berikut Penjelasannya
Pemerintah telah resmi memutuskan untuk menunda pendistribusian dan penggunaan vaksin AstraZeneca.
TRIBUNBANTEN.COM - Pemerintah telah resmi memutuskan untuk menunda pendistribusian dan penggunaan vaksin AstraZeneca.
Melansir Tribunnews, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito mengatakan, keputusan itu diambil sebagai upaya kehatian-hatian dalam pelaksanaan vaksinasi.
Penny mengatakan, pemerintah saat ini membuka komunikasi dengan organisasi lintas negara seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pengawas Obat Inggris (MHRA), maupun Otoritas Kesehatan Eropa (EMA) terkait hasil pemeriksaan dan kajian terkait vaksin AstraZeneca.
Baca juga: Apa Itu Vaksin AstraZaneca? Berikut Penjelasan Lengkap Beserta Efek dan Cara Kerjanya
Baca juga: Sopir Taksi Sampai Ojek Pangkalan Akan Dapat Jatah Vaksinasi Covid-19, Catat Tanggalnya!
Hal itu disampaikan Penny dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin (15/3/2021).
"Untuk kehati-hatian, kami masih dalam proses berkomunikasi dengan WHO dan SAGE. Kemudian, hasil komunikasi tersebut akan dibahas tim lintas sektor. Tentunya juga dengan Kemenkes, untuk diputuskan soal penggunaan AStraZenca dalam vaksinasi nasional. Harapannya tidak terlalu lama," kata Penny.
Perempuan berhijab ini memastikan bahwa nomor kode pembuatan Astrazeneca yang ditunda di negara - negara karena isu penggumpalan darah, berbeda dengan vaksin AstraZeneca jalur multilateral yang tiba pada Senin pekan lalu.
"Kami bisa melihat bahwa, nomor batch yang saat ini ditangguhkan penggunaanya di beberapa negara Uni Eropa, tidak termasuk pada nomor batch yang masuk Indonesia," ucapnya.
Vaksin AstraZaneca sebanyak 1.113.600 telah tiba di Indonesia pada Senin (8/3/2021) lalu.
Melansir TribunJakarta, Vaksin AstraZeneca merupakan vaksin Covid-19 buatan Oxford-AstraZeneca.
Berikut deretan fakta mengenai vaksin AstraZaneca.
Vaksin AstraZeneca adalah vaksin yang digunakan untuk orang berusia 18 tahun ke atas.
Dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, vaksin AstraZeneca telah masuk ke dalam emegency use listing (EUL) atau daftar penggunaan darurat WHO sejak 15 Februari 2021.
Terdaftarnya vaksin tersebut di EUL WHO memungkinkan penggunaan darurat dan distribusi global melalui COVAX.
EUL WHO melibatkan penilaian yang ketat terhadap data uji klinis fase II dan fase III akhir, serta data-data lainnya yang substansial untuk memastikan keamanan, kualitas, dan kemanjuran vaksin.
Apa Efek Samping dari Vaksin AstraZeneca?
Efek Samping yang Sangat Umum (dialami >1 dari 10 orang)
- Nyeri, gatal atau memar di area yang disuntik
- Merasa lelah (lelah)
- Menggigil atau merasa demam
- Sakit kepala
- Merasa mual
- Nyeri sendi atau nyeri otot
Efek Samping yang Umum (dialami 1 dari 10 orang)
- Bengkak, kemerahan atau benjolan di area suntikan
- Demam
- Muntah atau diare
- Gejala mirip flu, seperti demam tinggi, radang tenggorokan, pilek, batuk dan menggigil
- Jarang (dapat mempengaruhi hingga 1 dari 100 orang)
- Merasa pusing
- Nafsu makan menurun
- Sakit perut
- Kelenjar getah bening membesar
- Keringat berlebih, kulit gatal atau ruam
Cara Kerja Vaksin AstraZeneca
Dikutip dari laman BBC, Vaksin AstraZeneca dibuat dari versi lemah dari virus flu biasa (dikenal sebagai adenovirus) dari simpanse.
Lalu dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia.
Setelah disuntikkan, Vaksin AstraZeneca menstimulasi pertahanan alami tubuh (sistem imun).
Ini menyebabkan tubuh menghasilkan perlindungannya sendiri (antibodi) terhadap virus.
Berapa Dosis yang Dianjurkan?
Mengutip dari laman WHO, dosis yang dianjurkan adalah dua dosis yang diberikan secara intramuskular (masing-masing 0,5ml) dengan interval 8 sampai 12 minggu.
Penelitian tambahan diperlukan untuk memahami perlindungan potensial jangka panjang setelah dosis tunggal.
Kandungan Vaksin AstraZeneca
Satu dosis (0,5 ml) mengandung: Vaksin COVID 19 (rekombinan ChAdOx1-S *) 5 × 10 ^ 10 partikel virus.
Produk ini mengandung organisme hasil rekayasa genetika (GMO).
Eksipien lainnya adalah:
- L-histidin
- L-histidin hidroklorida monohidrat
- magnesium klorida heksahidrat
- polisorbat 80
- etanol
- sukrosa
- natrium klorida
- disodium edetate dihydrate
- air untuk suntikan
Apakah vaksin Oxford sebagus Pfizer?
Uji coba besar menunjukkan vaksin Pfizer 95% efektif, sedangkan angka untuk vaksin Oxford adalah 62%.
Namun, sulit membandingkan hasil secara langsung karena ada perbedaan cara uji coba dilakukan.
Dan penting untuk diingat bahwa bahkan angka 62% yang lebih rendah adalah hasil yang lebih baik daripada suntikan flu terbaik, yang sekitar 50% efektif.
Tidak seorang pun yang menerima vaksin Oxford dirawat di rumah sakit atau menjadi sakit parah karena Covid-19.
Sebuah studi baru-baru ini menemukan satu dosis vaksin Oxford menawarkan perlindungan 76% selama tiga bulan, dan ini naik menjadi 82% setelah dosis kedua.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul BPOM Tunda Penggunaan Vaksin Astrazeneca untuk Kehati-hatian, https://www.tribunnews.com/nasional/2021/03/16/bpom-tunda-penggunaan-vaksin-astrazeneca-untuk-kehati-hatian