Pengantin Gay Asal Thailand Dihujat Netizen Indonesia, Bukti Nyata Warganet +62 Paling Tidak Sopan

Dalam laporan tersebut, netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan.

Penulis: Yudhi Maulana A | Editor: Yudhi Maulana A

TRIBUNBANTEN.COM - Sepertinya survei tentang tingkat kesopanan netizen Indonesia paling rendah se-Asia memang benar adanya.

Hal itu terbukti dengan kasus 'bullying' netizen Indonesia yang menyerbu postingan foto pasangan penyuka sesama jenis alias gay asal Thailand dengan komentar negatif.

Sebelumnya, Microsoft dalam laporan terbarunya Digital Civility Index (DCI) yang mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya.

Dalam laporan tersebut, netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan.

Tingkat kesopanan netizen Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76, di mana semakin tinggi angkanya tingkat kesopanan semakin buruk.

hasil survei itu kini didukung dengan kasus pengantin penyuka sesama jenis asal Thailand yang dihujat netizen Indonesia karena foto pernikahan mereka.

Dikutip dari Tribunnews, dilaporkan Coconut pada Senin (12/4/2021), Suriya Koedsang salah satu mempelai gay itu melaporkan insiden yang dialaminya ke Ronnarong Kaewpetch dari Network of Campaigning for Justice.

Foto pasangan gay Thailand yang viral di Facebook dan menuai hujatan netizen Indonesia.
Foto pasangan gay Thailand yang viral di Facebook dan menuai hujatan netizen Indonesia. (FACEBOOK/SURIYA KOEDSANG via mothership.sg)

Suriya mengaku terpaksa menempuh jalur hukum lantaran ada ancaman mati terhadap suami, orangtua, hingga fotografer pernikahan mereka.

Ronnarong kemudian menyampaikan, setiap orang Indonesia yang menuliskan komentar negatif kepada pasangan gay itu dilarang ke Thailand.

"Setiap saat kalian datang ke Thailand, kami sudah siap dengan polisi untuk menahan kalian," ancamnya.

Pasangan gay Thailand itu dihujat netizen Indonesia di Facebook, setelah Suriya mengunggah foto-foto pernikahannya.

Baca juga: Kisah Kristen Gray, Ajak WNA ke Bali Karena Hidup Murah & Ramah LGBT Hingga Buron & Dideportasi

Baca juga: Mabes TNI: Prajurit LGBT Pelanggaran Berat, Sanksi Pemecatan dengan Tidak Hormat

Mayoritas warganet menyebut pernikahan mereka "dilarang oleh Tuhan" hingga "bakal membuat dunia kiamat".

Tak berhenti sampai di situ, netizen Indonesia dilaporkan juga melontarkan hinaan.

Suriya menuturkan, dia dipermalukan selama tiga hari tiga malam tanpa sekali pun membalas komentar mereka.

Dalam unggahannya yang ditulis dalam bahasa Inggris, dia mengaku tidak paham kepada netizen Indonesia menghujat hari bahagia mereka.

"Kami menikah di rumah saya sendiri, di negara saya. Kenapa mereka (netizen Indonesia) mempersoalkannya?" tanya dia.

"Kenapa kalian harus bersikap dramatis? Kenapa kalian bersikap kasar kepada kami? Perlukah saya menyembunyikannya jika saya tak berbuat salah?" lanjut Suriya.

Dia mengaku menghormati semua agama, bahkan sempat belajar di Pattani, provinsi di mana Islam menjadi mayoritas.

Suriya mengaku keluarganya yang Muslim mendukungnya.

"Agama tak pernah mengajarkan membenci orang lain. Tapi menjadikan manusia yang baik," tegasnya.

Secara hukum pernikahan sesama jenis tidak diakui di "Negeri Gajah Putih", tetapi RUU Kemitraan Sipil mandek selama bertahun-tahun.

Netizen Paling Tidak Ramah se-Asia Tenggara

netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan.

Dikutip dari Kompas.com, tingkat kesopanan netizen Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76, di mana semakin tinggi angkanya tingkat kesopanan semakin buruk.

Meningkatnya poin ketidaksopanan ini disumbangkan oleh pengguna usia dewasa.

Kemunduran tingkat kesopanan paling banyak didorong pengguna usia dewasa dengan persentase 68 persen.

Baca juga: Sederet Fakta Wali Kota Pariaman Tolak SKB 3 Menteri, Mulai Alasan Sampai Tidak Takut Diberi Sanksi

Baca juga: 4 Fakta Baru Kasus Video Syur Mirip Artis GL yang Diburu Netizen, Polisi Akan Lakukan Pemanggilan

Sementara usia remaja disebut tidak berkontrubusi dalam mundurnya tingkat kesopanan digital di Indonesia pada 2020.

Dalam laporan tersebut menyebutkan, tiga faktor yang memengaruhi risiko kesopanan di Indonesia.

Paling tinggi adalah hoaks dan penipuan yang naik 13 poin ke angka 47 persen.

Kemudian faktor ujaran kebencian yang naik 5 poin, menjadi 27 persen.

Dan ketiga adalah diskriminasi sebesar 13 persen, yang turun sebanyak 2 poin dibanding tahun lalu.

Pengguna Kereta Rel Listrik mengoperasikan telepon genggam mereka saat menunggu datangnya kereta di peron Stasiun Sudirman, Dukuh Atas, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Pengguna Kereta Rel Listrik mengoperasikan telepon genggam mereka saat menunggu datangnya kereta di peron Stasiun Sudirman, Dukuh Atas, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. (KOMPAS / WISNU WIDIANTORO)

Sementara itu, selama pandemi, empat dari 10 responden mengaku tingkat kesopanan digital di Indonesia membaik.

Hal itu didorong oleh rasa kebersamaan yang lebih besar di saat pandemi dan melihat warganet saling tolong-menolong secara online.

Namun, lima dari 10 responden juga mengaku pernah terlibat perundungan, di mana 19 persen responden mengaku sebagai target perundungan.

Baca juga: 73,7 Persen Penduduk Indonesia Manfaatkan Jaringan Internet, Mayoritas Online dari Telepon Genggam

Baca juga: Aung San Suu Kyi Ditangkap Militer, Seketika Jaringan Internet dan Telepon Myanmar Terganggu

Milenial adalah generasi yang paling terpukul akibat perundungan dengan persentase 54 persen.

Namun dibalik kabar buruk itu, laporan tersebut juga mencantumkan kalau nilai empati di Indonesia naik 11 poin.

Di Indonesia, media sosial menjadi kontributor terbesar dalam memengaruhi tingkat kesopanan digital.

Kontribusinya sebesar 59 persen.

Kemudian berita di media menjadi kontributor kedua dengan persentase 54 persen.

Lembaga pemerintah juga menjadi kontribusi tingkat kesopanan digital juga didorong oleh lembaga pemerintah 48 persen, lembaga pendidikan 46 persen, dan lembaga agama 41 persen.

Digital Civility Index tahun 2020 adalah yang kelima kalinya dilakukan Microsoft.

Riset yang dilakukan pada April-Mei 2020 ini menyasar 16.000 responden yang tersebar di 32 geografi.

Baca juga: Mobil Ditabrak dan Terseret Kereta Api Sejauh 100 Meter di Cilegon, Nasib Pengemudinya Seperti Ini

Baca juga: Khusus Mahasiswa! Ikut Program Bangkit 2021, Dapat Pelatihan Ilmu Teknologi Digital dan Soft Skill

Para responden diberikan pertanyaan untuk empat kategori: perilaku, seksual, reputasi, dan personal atau gangguan.

Sebagian artikel ini telah tayang di Pengantin Gay Thailand Tuntut Netizen Indonesia di Jalur Hukum Usai Diancam Mati

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved