Ibu Hamil Ditandu di Pandeglang
Curhat Ibu Hamil di Pandeglang Ditandu Sarung Saat akan Melahirkan: Cemas Tapi Tak Ada Pilihan
Namun, pada yang sama, dirinya hanya bisa memasrahkan kepada Tuhan akan nasib dirinya dan bayi di kandungannya.
Penulis: Marteen Ronaldo Pakpahan | Editor: Abdul Qodir
Laporan wartawan Tribunbanten.com, Marteen Ronaldo Pakpahan
TRIBUNBANTEN.COM, PANDEGLANG - "Kalau sekarang sudah senang walaupun harus berjuang terlebih dahulu," ujar Lina Karlina (25) sembari menatap bayinya yang baru dilahirkan.
Lina Karlina adalah warga Kampung Lebak Jeruk RT 03/03, Desa Pasir Lancar, Kecamatan Sindangresmi, Kabupaten Pandeglang, Banten, yang sebelumnya kisah proses melahirkan bayinya viral di media sosial.
Sejumlah warga terpaksa membawanya dengan tandu bambu yang dililit kain sarung di jalan rusak dan hutan karet sejauh 4 kilometer saat ia hendak melahirkan ke Puskesmas Sindangresmi pada Minggu, 25 April 2021.
Hal itu dilakukan karena jalan setempat rusak berat dan tidak bisa dilalui kendaraan.

Foto dan cerita proses melahirkan Lina Karlian di antaranya dibagikan warga setempat, Muhtadin, di akun media sosialnya.
"Yah, mau bagaimana lagi, pada saat itu sudah menghubungi bidan desa ke sana ke mari, terus keluarga juga sudah khawatir sudah karena saya kontraksi terus, ya akhirnya sudah langsung dibawa," ucap Lina di rumahnya, Pandeglang, Selasa (27/4/2021).
Baca juga: Jalan Rusak Berat, Ibu Hamil di Pandeglang yang Akan Melahirkan Terpaksa Ditandu Menuju Puskesmas
Pantauan Tribunbanten.com, jalan untuk mencapai puskesmas tempat melahirkan Lina terbilang sangat sulit.
Jalan di desa tersebut hanya setapak dan didominasi tanah berlumpur serta bebatuan sehingga terasa sangat licin.

Lina mengatakan hal yang sama dirasakan para warga saat membawanya ke puskesmas untuk proses melahirkan.
Ia menceritakan saat itu dirinya sangat khawatir akan keselamatan dirinya dan si cabang bayi.
Baca juga: Viral Foto Ibu Ditandu Usai Melahirkan di Jalan Rusak di Lebak: Semoga Bu Bupati Melihat Rakyatnya
Namun, proses membawanya dengan tandu sarung terpaksa dilakukan agar dapat melahirkan bayinya dengan selamat.
Ia mengaku sangat cemas dan gundah gulana sepanjang jalan ke puskesmas.
Namun, pada yang sama, dirinya hanya bisa memasrahkan kepada Tuhan akan nasib dirinya dan bayi di kandungannya.
"Takut, karena itu juga dibawa menggunakan bambu yang beralaskan sarung tiga lapis supaya tidak jatuh dan takut melahirkan di jalan juga," ungkapnya.
Baca juga: Istri Usai Lahiran Ditandu Sarung Lewati Jalan Rusak Nan Curam, Bayi Digendong, Suami Waswas Jatuh
Setelah ditandu dengan sarung sejauh 4 kilometer selama kurang dua jam, akhirnya ia dan warga sampai di puskesmas untuk menjalani persalinan.
Lina saat ini mengaku sangat bersyukur dapat melahirkan bayi berjenis kelamin perempuan dengan selamat kendati harus melalui proses yang berat.
Lina melahirkan bayi perempuan dengan 3,2 kilogram dengan kondisi sehat yang diberi nama Diana Rahmawati.

Kini, Lina menghabiskan waktu di dalam rumahnya untuk istirahat selepas persalinannya sembari merawat bayinya.
Sementara itu, Kepala Desa Sindangresmi, Darmain Karna saat ditemui mengatakan kejadian seperti ini bukan kali pertama terjadi di wilayahnya.
Setidaknya, sudah ada tiga ibu hamil yang juga ditandu dengan kain sarung agar bisa melakukan persalinan di puskesmas setempat.
"Sudah sering di sini, kenadalanya karena faktor jarak yang jauh dan kondisi jalan yang buruk membuat masyarakat jadi melakukan tindakan seperti itu," katanya.
Baca juga: Viral Rombongan Pesepeda Adu Mulut dengan Perwira Polisi, Menolak Diarahkan Saat ada Tamu Negara
Pihaknya pun berencana untuk mengajukan perbaikan jalan untuk menuju akses Kampung Lebak Jeruk.
Sebab, sudah ada sebagian jalan desa yang dibetonisasi, namun tidak untuk Kampung Lebak Jeruk.
Di tempat terpisah, Camat Sindangresmi Rudiyanto mengaku baru mengetahui ada warganya yang hamil harus ditandu dengan sarung saat hendak melahirkan karena jalan rusak.
Meski begitu, ia mengakui jalan di wilayah tempat tinggal Lina Karlina adalah rusak.
Ia mengatakan ada dua puskesmas di wilayahnya, yakni di kecamatan Sindangresmi dan di Desa Pasir Lancar.
"Saya baru tahu itu. Sebelumnya memang pernah terjadi peristiwa seperti itu. Karena kan akses desa di Pasir Lancar sendiri masih kurang baik dan perlu ada perbaikan," ujarnya.
Ia pun mengaku telah mengajukan permohonan perbaikan jalan untuk Desa Pasir Lancar.
"Harapan kita semua tentu tidak ada lagi masyarakat yang sampai dibawa menggubanakan bambu. Kita sebagai pemerintah juga akan berusaha semaksimal mungkin untuk itu," katanya.