Larangan Mudik: Terminal Kadubanen Pandeglang Sepi Penumpang, Sopir Hanya Bisa Pasrah

Pemerintah pusat melarang mudik Lebaran 1442 Hijriah mulai dari tanggal 6-17 Mei 2021. Kebijakan itu dibuat untuk mengantisipasi lonjakan Covid

Penulis: Marteen Ronaldo Pakpahan | Editor: Glery Lazuardi
TRIBUNBANTEN/MARTEENRONALDOPAKPAHAN
Terminal Kadubanen Pandeglang 

Laporan wartawan Tribunbanten.com, Marteen Ronaldo Pakpahan

TRIBUNBANTEN.COM, PANDEGLANG - Pemerintah pusat melarang mudik Lebaran 1442 Hijriah mulai dari tanggal 6-17 Mei 2021.

Kebijakan itu dibuat untuk mengantisipasi lonjakan kasus positif coronavirus disease 2019 (Covid-19) setelah Lebaran.

Baca juga: Terminal Pakupatan Serang Masih Beroperasi Layani Penumpang, Protokol Kesehatan Diperketat

Baca juga: Setiap Hari 20 Penumpang dan Sopir Bus di Terminal Pakupatan Serang Jalani Tes GeNose

Bagaimana kondisi di Terminal Kadubanen Pandeglang pada H-12 menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 1442 H?

Berdasarkan pemantauan Tribunbanten.com di Terminal Kadubanen pada Kamis (29/4/2021), suasana di terminal itu tampak sepi.

Terlihat, sejumlah minibus berada di tempat parkir di dalam terminal.

Para sopir kendaraan pun terlihat duduk di pohon rindang. Sebagian di antara mereka ada yang tidur di dalam mobil.

Situasi di terminal bus itu tidak seperti pada hari biasanya sebelum pemberlakuan larangan mudik.

Sebelum larangan mudik diterapkan, aktivitas di dalam terminal tampak ramai oleh arus lalu lintas kendaraan antar kota dan provinsi.

Namun saat ini kondisinya terlihat kosong dan tidak ada aktivitas.

Terminal Kadubanen Pandeglang
Terminal Kadubanen Pandeglang (TRIBUNBANTEN/MARTEENRONALDOPAKPAHAN)

Jajang (32), sopir kendaraan minibus jurusan Serang-Cibaliung mengatakan sudah dua hari tidak mengemudikan kendaraan karena tidak ada yang menyewa.

Padahal menurutnya, pada puasa dan Lebaran tahun-tahun sebelumnya merupakan momentum untuk mendapatkan uang.

"Sekarang ya kita pasrah saja seperti ini. Karena dilarang mudik jadi tidak ada penumpang dan kita harus mengikat tali pinggang lebih kuat lagi hingga semuanya selesai," katanya saat ditemui, Kamis (29/4/2021).

Pada tahun sebelumnya, dia mampu meraup Rp 2-3 juta untuk membawa penumpang ke kampung halamannya.

Namun, pada tahun ini, selama beberapa minggu terakhir, dia hanya mampu mendapatkan Rp 200-500 ribu.

Hal ini menjadi masalah yang dihadapi sopir dan masyarakat yang menggantungkan hidup melalui aktivitas di terminal.

Baca juga: Pemberlakuan Larangan Mudik Lebaran, Begini Situasi di Terminal Seruni dan Terminal Terpadu Merak

Baca juga: Gubernur Wahidin Halim Dukung Santri Boleh Mudik, Di-rapid Test dan Disortir di Terminal

"Iya kalau seperti ini kita paling menunggu kalau ada penumpang satu atau dua orang ya kita antar, tetapi kalau tidak ada ya terpaksa kita pulang tanpa bawa hasil," tegasnya.

Sementara itu, Sarmiun (40) pedagang,di dalam terminal mengatakan dagangan sudah tiga hari terakhir tidak habis dan terpaksa dibawa ke rumah.

Hal tersebut lantaran tidak ada yang membeli dagangan akibat larangan mudik yang dilakukan oleh pemerintah.

Padahal menurutnya, kondisi seperti ini, masyarakat kecil sangatlah membutuhkan uang untuk membiayai kehidupan sehari-hari.

"Kalau kayak gini terus kita yang berada di bawah akan terus terhimpit pak, terus nasib anak-anak kita bagaimana ke depannya kalau ga ada yang beli dagangannya," terangnya.

Sebelumnya, Bupati Pandeglang, Irna Narulita juga mengintruksikan melakukan penyekatan kendaraan roda empat di dalam Terminal Kadubanen.

Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan mudik jelang libur Idul Fitri yang akan datang.

Sumber: Tribun Banten
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved