Virus Corona

KRL Commuter Line di Stasiun Rangkasbitung Hanya Pagi dan Sore, Tukang Opang Gigit Jari

Dani Sutarman (40), seorang tukang opang di Stasiun Rangkasbitung mengaku sedih karena kebijakan PPKM Darurat kembali mempengaruhi penghasilannya.

Penulis: Marteen Ronaldo Pakpahan | Editor: Abdul Qodir
TribunBanten.com/Marteen Ronaldo Pakpahan
Sejumlah tukang ojek pangkalan di Stasiun Rangkasbitung, Lebak, menunggu penumpang pada Sabtu (3/7/2021), pasca-Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (OPKM) Darurat Jawa-Bali.   

Laporan wartawan TribunBanten.com, Marteen Ronaldo Pakpahan

TRIBUNBANTEN.COM, LEBAK - PT KAI Commuter mempersempit jam operasional cummuter line seiring Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa-Bali mulai Sabtu 3 Juli sampai 20 Juli 2021.

Perubahan jadwal comutter line kali ini berdasarkan Surat Edaran Direktur Jendral Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Nomor 42 Tahun 2021 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri Dengan Transportasi Perkeretaapian Pada Masa Covid-19.

VP Corporate Communication KCI Anne Purba, Anne Purba mengatakan pembatasan jam operasional ini merujuk kepada PPKM Darurat.

Seperti terjadi di Stasiun Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, jam operasional KRL Comutter Line rute Stasiun Rangkasbitung-Tanah Abang hanya pada pagi dan sore hari.

Baca juga: PPKM Darurat, KAI Batasi Jumlah Penumpang, Hanya Jual 50 hingga 70 Persen Tiket Kereta

"Selama masa PPKM Darurat kali ini untuk Rute Stasiun Rangkasbitung-Tanah Abang kita hanya melayani naik-turun pengguna di Stasiun Maja, Citeras dan Rangkasbitung pada pukul 04.00-07.30 WIB dan 16.15-19.15 WIB," katanya saat dihubungi, Sabtu (3/7/2021).

Anne mengatakan langkah ini sebagai upaya untuk kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Meski begitu, pembatasan jam operasional commuter line ini menimbulkan dampak bagi para pengguna jasa commuter line maupun warga yang berjualan maupun menjadi tukang ojek pangkalan di sekitar Stasiun Rangkasbitung.

Baca juga: UPDATE: Kasus Covid-19 di Indonesia Tembus 27.913 Orang dalam Sehari, Total 2.256.851 Orang

Suasana Stasiun Rangkasbitung, Lebak, pasca-pembatasan jam operasional cummuter line akibat adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (OPKM) Darurat Jawa-Bali pada Sabtu (3/7/2021). 
Suasana Stasiun Rangkasbitung, Lebak, pasca-pembatasan jam operasional cummuter line akibat adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (OPKM) Darurat Jawa-Bali pada Sabtu (3/7/2021).  (TribunBanten.com/Marteen Ronaldo Pakpahan)

Pantauan TribunBanten.com pada Sabtu sore, area Stasiun Rangkasbitung tampak tidak terlalu ramai pengguna jasa commuter line seperti hari biasanya.

Hal itu berakibat pada sepinya pengguna commuter line menggunakan jasa tukang ojek pangkalan di stasiun itu.

Bahkan, sebagian tukang ojek pangkalan itu menurunkan tarif jasanya agar pengguna commuter line mau menggunakan jasa mereka.

Dani Sutarman (40), seorang tukang opang di Stasiun Rangkasbitung mengaku sedih karena kebijakan PPKM Darurat kembali mempengaruhi penghasilannya.

Apalagi, kejadian ini bukan kali pertama.

"Ini bukan cuma sekali. Sebelum Hari Lebaran juga dampak larangan mudik membuat kami jadi sulit buat makan. Apalagi sekarang pandemi tinggi, kami disuruh di rumah saja, terus mau makan apa kitanya," ujarnya.

Baca juga: Kereta Api Rute Merak-Rangkasbitung tak Beroperasi Selama PPKM Darurat, Uang Tiket Dikembalikan 100%

Baca juga: Seorang pria Gantung Diri saat Isolasi Mandiri, Diduga Depresi dan Terpukul atas Kepergiaan Ayahnya

Ia menceritakan pendapatannya anjlok saat penerapan larangan mudik selama sebulan yang berimbas pada pembatasan operasional cummuter line di Stasiun Rangkasbitung pada Mei 2021 lalu.

Saat itu, pemasukannya dari jasa tukang ojek tidak cukup untuk menghidupi istri dan dua anaknya.

Setelah kebijakan larangan mudik berakhir, pengahasilannya sempai membaik.

Namun, kini ada kebijakan PPKM Darurat yang dimungkinkan dampak bisa lebih berat padanya.

"Ini dari pagi sampai sekarang belum ada setoran. Belum ada yang mau naik ke motor saya," tuturnya.

"Jadi, tolong pemerintah melihat kami dan jangan asal main buat keputusan, tanpa melihat nasib rakyat miskin seperti kami," sambungnya. 

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved