Mbak Rono Ungkap Erupsi Gunung Semeru 2021 Berbeda dengan Letusan Merapi 11 Tahun Silam

Erupsi Gunung Semeru yang baru-baru ini terjadi dinilai berbeda dengan erupsi Merapi pada 2010 silam.

Tangkapan layar di media sosial
Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa itu meletus lagi pada Sabtu (4/12/2021). 

TRIBUNBANTEN.COM - Erupsi Gunung Semeru yang baru-baru ini terjadi dinilai berbeda dengan erupsi Merapi pada 2010 silam.

Hal tersebut disampaikan oleh ahli Vulkanologi Surono dikutip dari tayangan Breaking News Kompas TV, Minggu (5/12/2021).

Mbah Rono, begitu dia disapa, mengatakan, erupsi Gunung Semeru saat ini disebabkan oleh gundukan atau kubah lava yang gugur akibat hujan.

"Erupsi yang orang bayangkan seperti Merapi 2010, jebol kawah menjadi suatu letusan, awan panas letusan, di Semeru tidak."

"Memang Semeru sering terjadi letusan berupa gas, uap, abu vulkanik, tapi dia cuma mengeluarkan lelehan lava yang membentuk gundukan atau kubah lava," ujar Surono.

Gunung Semeru meletus sejak Jumat Sore dan kembali meletus dengan guguran lava pijar disertai gemuruh pada Sabtu (4/12/2021) sore.
Gunung Semeru meletus sejak Jumat Sore dan kembali meletus dengan guguran lava pijar disertai gemuruh pada Sabtu (4/12/2021) sore. (Kolase Foto SURYA.co.id/Tony Hermawan/Internet)

Menurut Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) itu, lelehan lava yang mebentuk gundukan semakin lama semakin besar voumenya.

"Nah, musim hujan ini bisa jadi membuat kubah lava sebagian menjadi batu, sebagian lagi masih cair longsor," lanjut dia.

Gundukan menghasilkan uap atau gas yang bercampur dengan debu halus, material kerikil hingga bongkahan yang membentuk awan panas guguran.

Sebab dihasilkan dari kubah lava yang tadinya gugur dan bukan awan panas letusan, kata Mbah Rono, maka apakah erupsi masih akan terjadi atau tidak sangat memungkinkan.

"(Erupsi susulan) ya tinggal (lihat) kubahnya masih ada atau tidak? Kalau kubahnya sudah tidak ada, tidak ada lagi awan panas guguran karena tidak ada yang digugurkan karena dia (erupsi Semeru) bukan letusan yang materialnya keluar, menyembur ke atas melalui kawah. Bukan begitu," ucap Mbah Rono.

Surono lalu mengatakan, guguran tersebut masuk ke sungai Kobokan sehingga diharapkan masyarakat tidak beraktivitas terlebih dahulu di sekitar lokasi tersebut.

Sejumlah warga jadi korban erupsi Gunung Semeru terlihat berlumur lumpur.
Sejumlah warga jadi korban erupsi Gunung Semeru terlihat berlumur lumpur. (TRIBUNJATIM.COM/TONY Hermawan)

Apalagi saat ini sebaran abu masih cukup tebal dan musim hujan pun masih berlangsung.

Menurut dia, jika musim hujan berlangsung lama, maka abu-abu vulkanik dari Semeru yang menyebar ke segala arah akan terbawa air hujan menuju ke yang lebih rendah, yaitu sungai.

"Sungai yang paling berpotensi banjir lahar adalah sungai-sungai yang terdapat endapan awan panas dan masyarakat jangan panik karena endapan awan panas masih panas di dalam sungai."

"Hujan masih lebat, kalau air masuk ke dalam endapan itu karena di dalam pasti panas, maka menjadi ledakan-ledakan di tengah sungai," terang Surono.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved