Kisah Nurdin, Petani Garam yang Terpaksa Banting Setir Kemudi Akibat Cuaca Buruk

Cuaca buruk mempengaruhi produksi garam petani di Desa Berangbang, Kecamatan Lontar, Kabupaten Serang, Banten.

Penulis: desi purnamasari | Editor: Glery Lazuardi
Kompas.com
Ilustrasi Petani Garam 

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Desi Purnamasari

TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Cuaca buruk mempengaruhi produksi garam petani di Desa Berangbang, Kecamatan Lontar, Kabupaten Serang, Banten.

Hingga akhirnya, para petani tersebut terpaksa beralih pekerjaan menjadi
penambak ikan.

Cuaca buruk di wilayah tersebut sudah terjadi sejak akhir tahun 2021 hingga tahun baru 2022.

“Kami tidak bisa ngapa-ngapain kalau cuacanya buruk, hujan terus apalagi disertai angin ngga bisa dijemur buat dikeringkan garamnya,” kata Nurdin, petani garam, saat dikonfirmasi, pada Kamis (27/1/2022).

Baca juga: Curah Hujan Tinggi, Produksi Garam di Kabupaten Serang Anjlok

Nurdin mengeluhkan cuaca buruk kadang tidak bisa ia prediksi, tiba-tiba turun hujan.

Sementara permintaan garam di luar seperti Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bogor terus meningkat.

“Kami juga melayani permintaan-permintaan ke restoran, namun saat ini kita tidak bisa memenuhi permintaan karena tidak beroperasi,” katanya.

Namun pihaknya akan mengoperasikan kembali produksi garam jika sudah memasuki musim kemarau.

Sementara itu ia juga menyebut produksi garam menurun, dari biasa ia bisa memproduksi 2-5 ton garam, kini hanya 1 ton garam.

“Untuk para penyortir atau pengemas garam juga kebanyakan beralih pekerjaan lain seperti petani sawah guna memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ucapnya.

Baca juga: Bersihkan Ari-ari Baby R Sebelum Dikubur di Depan Rumah, Raffi Ahmad : Dikasih Garam dan Kunyit Guys

Ia pun berharap pemerintah bisa menstabilkan harga garam yang naik akibat dampak cuaca buruk.

Sementara itu, Kepala DKPP Kabupaten Serang Suhardjo mengatakan harga garam ditingkat petambak sebelumnya hanya berkisar Rp300 per kilogram namun kini naik menjadi Rp1.500 per kilogram garam.

Ia juga mengatakan dampak penurunan produksi garam kini lahan seluas 15 hektar tersebut tidak dilakukan produksi terlebih dahulu. Karena pendapatannya yang tidak stabil

"Saat ini produksi garam off terlebih dahulu karena masih hujan jadi menurun. Dan untuk petani saat ini beralih menjadi pembudidaya ikan," katanya.

Baca juga: Cara Obati Sakit Gigi Menggunakan Bahan Alami, Kompres dengan Air Dingin hingga Kumur Air Garam

Namun pihaknya akan merintis kembali lahan seluas 15 hektar yang berada di Desa Berangbang, Kecamatan Lontar, Kabupaten Serang.

“Insyaallah kita akan mulai kembali aktivitas produksi garam pada bulan Mei 2022 mengikuti musim kemarau,” tambahnya.

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved