'Orang Mati Di Mana-mana' Warga Mariupol Gemetar Ceritakan Kotanya Luluh Lantak Setelah Dibom Rusia
Kota Mariupol luluh lantak setelah mendapatkan serangan bom dari Rusia. Presiden Ukraina menggambarkan kondisi kota itu.
TRIBUNBANTEN.COM - Kota Mariupol luluh lantak setelah mendapatkan serangan bom dari Rusia. Presiden Ukraina menggambarkan kondisi kota itu.
Invasi Rusia ke Ukarina sudah belangsung selama empat minggu.
Kini Kota startegis pelabuhan Mariupol telah menjadi "abu tanah mati" usai dibom habis-habisan oleh Artileri Rusia.
Baca juga: Hindari Kematian, Komandan Rusia Sampai Nyamar Hanya Pakai Dalaman, Tetap Kepergok Tentara Ukraina
Baca juga: Putin Terancam Disingkirkan Elite Rusia Pakai Racun Buntut Invasi Ukraina, Ada Musuh dalam Kandang?
Baca juga: Adu Canggih Rudal S-400 Rusia Vs Patriot Amerika, Mana yang Lebih Unggul?
Baca juga: Invasi Ukraina Alami Stagnasi, Rusia Disebut Minta Bantuan Korut, Respons Kim Jong Un Tak Terduga
Hal itu disampaikan oleh para pejabat Ukraina, ketika para penyintas menggambarkan pelarian mereka melewati mayat-mayat yang menumpuk di jalan-jalan.
Melansir dari The Guardian, Gubernur Donetsk, Pavlo Kyrylenko, menuduh pasukan Vladimir Putin menembak tanpa pandang bulu di wilayah sipil.
Hal itu ketika pejabat setempat mengatakan dua "bom super-kuat" telah menyerang di tengah upaya untuk menyelamatkan 100.000-200.000 warga sipil yang tersisa yang tengah bersembunyi di ruang bawah tanah dan tempat penampungan.
Dalam pidato hariannya, Zelensky mengatakan sopir bus dan personel layanan darurat dalam satu konvoi yang berusaha menyelamatkan orang-orang dari Mariupol telah ditawan pada Selasa.
“Kami melakukan segala yang kami bisa untuk membebaskan orang dan membuka blokir pergerakan bantuan kemanusiaan”, kata Zelensky.
Zelensky menggambarkan pemandangan di kota itu yang sudah terlihat tidak manusiawi.
"Tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada obat-obatan. Di bawah penembakan terus-menerus, di bawah pengeboman terus-menerus," katanya.
Presiden Ukraina mengatakan dia telah berbicara dengan Paus Fransiskus yang dia undang ke negara itu dalam misi belas kasihan yang dia yakini mungkin untuk diselenggarakan.
Di sisi lain sekelompok 780 pria, wanita dan anak-anak yang ketakutan dan trauma tiba di Lviv dengan kereta api pada Selasa sore dengan cerita-cerita mengerikan tentang kehancuran.
Sebagian besar segera memakai pelatih ke Polandia dengan jatah makanan.
Seorang di antaranya, Yulia Krytska (42) mengatakan dia akan tinggal di Ukraina - tetapi tidak akan pernah bisa kembali ke rumah.
“Saya ingin dunia tahu tentang Mariupol,” kata Krytska.
