Rusia Minta Bantuan Korea Utara terkait Invasi Ukraina, Kim Jong Un: Kamu Terlalu Gila!
Presiden Rusia, Vladimir Putin, meminta bantuan kepada Korea Utara untuk menginvasi Ukraina.
TRIBUNBANTEN.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin, meminta bantuan kepada Korea Utara untuk menginvasi Ukraina.
Namun, Kim Jong Un, pimpinan Korea Utara, menolak permintaan tersebut.
Seperti dilansir dari Mirror, upaya meminta bantuan Kim Jong Un itu dilakukan setelah Putin marah karena invasi ke Ukraina mengalami stagnasi.
Bahkan, Putin mempertimbangkan untuk melakukan 'rencana B'.
Rusia mengklaim telah mengamankan seluruh Oblast Kherson (wilayah) setelah pertama kali merebut kota itu dua minggu lalu.
Namun para pemain bertahan Ukraina tetap menantang dan terus mencetak kemenangan taktis di lapangan.
Baca juga: Duta Besar Rusia Sebut Presiden Vladimir Putin Berencana Hadiri KTT G20 di Indonesia
Laporan yang muncul menunjukkan, Rusia telah kehilangan hingga 13.500 tentara dalam konflik, bersama dengan sejumlah aset perangkat keras.
The Express melaporkan, situasi dan posisi tersebut telah memaksa Moskow untuk menjangkau teman-temannya di luar negeri.
Dikabarkan, Rusia diduga meminta bantuan keuangan dan militer China dalam perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Tetapi China telah membantah hal ini.
Rusia yang meminta bantuan Korea Utara seharusnya bukan hal yang mengejutkan, di mana Pyongyang secara historis menjadi sekutu utama Moskow melalui hubungan historisnya dengan era Komunis uni soviet.
Namun, menurut penulis XSoviet-News Sarah Hurst, Kim dengan cepat menolak bantuan Putin.
Dalam postingannya di Twitter dia mengklaim: “Rusia dilaporkan meminta bantuan Korea Utara dengan invasi yang gagal. Korea Utara menjawab, 'Kamu terlalu gila untuk kami'."
Baca juga: Jurnalis yang Meliput Perang Rusia Ukraina Dikabarkan Hilang, Kebebasan Pers Sengaja Dibungkam?
Laporan ini belum diverifikasi oleh sumber lain.
Meskipun kurangnya bantuan secara aktif, diktator Korea Utara Kim Jong-un sebelumnya secara terbuka mendukung Presiden Vladimir Putin atas tindakannya di Ukraina.
