Cara Ganjar Temui Aksi Unjuk Rasa Mahasiswa dan Perwakilan Warga Desa Wadas Disoroti Pengamat Sosial

Ratusan mahasiswa dan perwakilan warga Desa Wadas menggeruduk kantor Gubernur Jawa Tengah.

dokumentasi Pemprov Jateng
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menemui ratusan mahasiswa yang menggelar aksi demonstrasi menolak penambangan di Desa Wadas, di depan kantor Gubernur Jawa Tengah, Selasa (22/3/2022). 

TRIBUNBANTEN.COM - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo disorot Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Wahyudi Winarjo.

Pengamat sosial ini menyoroti cara Ganjar menghadapi aksi unjuk rasa mahasiswa dan perwakilan warga Desa Wadas pada Selasa (22/3/2022).

Ratusan mahasiswa dan perwakilan warga Desa Wadas menggeruduk kantor Gubernur Jawa Tengah.

Mereka menolak rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas.

Ganjar pun menemui mereka.

Baca juga: Ganjar Temui Ratusan Pengunjuk Rasa Menolak Penambangan di Desa Wadas, Diskusi Lesehan hingga Magrib

Sembari duduk lesehan di bawah guyuran hujan, Ganjar mendengarkan tuntutan dan memberikan penjelasan.

Menurut Wahyudi, aksinya disebut sebagai cara pemimpin yang nguwongke atau menghormati rakyat.

"Ganjar mengamalkan prinsip vox populi, vox argentum. Bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan," kata Wahyudi melalui rilis yang diterima TribunBanten.com, Kamis (24/3/2022).

Apalagi lanjut Wahyudi, komunikasi yang terjadi dalam pertemuan itu adalah komunikasi terbuka.

Dialog terjadi sangat baik, ada ruang komunikasi terbuka di mana mahasiswa dan warga Desa Wadas bebas menyampaikan keinginannya.

"Itu tanpa rasa takut apa pun. Mereka menyuarakan tuntutan ke Ganjar secara terbuka tanpa tekanan dalam forum terbuka antara wakil rakyat dengan rakyatnya," ucapnya.

Ganjar juga bisa menjelaskan dengan baik dan menjadi penyambung lidah pemerintah pusat.

Cara Ganjar menemui mahasiswa dan perwakilan warga Wadas dengan cara lesehan juga memiliki nilai filosofi tinggi, perwujudan Tri Sakti Bung Karno tersaji dalam pertemuan itu.

"Berkebribadian secara budaya. Lesehan duduk di bawah sambil ngobrol itu budaya kita," ujarnya.

Hal yang paling menarik menurut Wahyudi adalah cara Ganjar menangani kasus Wadas ini.

Meski sebenarnya ini proyek nasional, Ganjar pasang badan untuk menyelesaikan.

Baca juga: Ganjar Pranowo Gandeng Istri Nonton MotoGP Mandalika, Prediksi Quartararo Menang, Ini Alasannya

Dia beberapa kali datang langsung ke Desa Wadas, menemui warga yang pro ataupun kontra untuk menyerap masukan dari sana.

Meskipun sebenarnya, kasus Wadas secara hukum sudah selesai atau inkrah.

Proses panjang yang dilakukan dan ditolaknya gugatan warga oleh Mahkamah Agung bisa menjadi dasar Ganjar segera merealisasikan penambangan batu andesit di Wadas.

Namun, Ganjar tidak melakukan itu.

"Dia sangat hati-hati dan tak ingin melukai hati rakyat Wadas, khususnya mereka yang kontra. Dia terus melakukan pendekatan, dialog dan menjalankan berkomunikasi dengan baik agar tercipta saling pengertian dan pemahaman," katanya.

Cara Ganjar ini bisa menjadi role model kepemimpinan di Indonesia.

Baca juga: Ganjar Pranowo Didukung Kiai-Santri Banten Maju Capres 2024, Sosok Bersih Dekat dengan Kaum Sarungan

Ganjar mengedepankan dialog, dekat dengan rakyat, turun ke rakyat tanpa takut dan menjauhi.

"Ini harus diteladani negarawan dan pemimpin lain di Indonesia. Ketika menghadapi masalah yang berkaitan dengan rakyat, enggak usah dijauhi, enggak usah menyuruh orang. Turun langsung untuk menyelesaikan," ucapnya.

Tak Beranjak saat Gerimis

Ratusan mahasiswa menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Gubernur Jawa Tengah, Selasa (22/3/2022).

Mereka menolak penambangan batu andesit di Desa Wadas.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun menemui mereka.

Dia membaur di tengah kerumunan aksi dan lesehan beralaskan spanduk yang bertuliskan tuntutan.

Saat gerimis, mereka tidak beranjak.

Baca juga: Aksi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo Cukur Gundul, Donasi Terkumpul Rp 280 Jutaan

Ganjar sempat menawarkan perwakilan untuk berbicara di dalam.

"Tapi karena Anda ingin di sini, ya sudah kita diskusi di sini. Monggo apa yang ingin disampaikan," kata Ganjar lewat rilis yang diterima TribunBanten.com, Selasa.

Perwakilan mahasiswa kemudian membacakan tuntutan-tuntutannya yang intinya menolak penambangan di Desa Wadas.

"Kami khawatir penambangan akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Ada banyak sumber mata air yang terancam di sana," ucap seorang mahasiswa.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved