'Putin Telah Membuat Kesalahan Besar' NATO Sebut Rusia Meremehkan Kekuatan Rakyat Ukraina

Presiden Rusia, Vladimir Putin dinilai telah melakukan kesalahan besar dengan melakukan invansi ke Ukraina, hal tersebut disampaikan oleh Sekjen NATO.

Editor: Vega Dhini
Tangkap layar Instagram @leadervladimirputin
Presiden Rusia Vladimir Putin. 

TRIBUNBANTEN.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin dinilai telah melakukan kesalahan besar dengan melakukan invansi ke Ukraina.

Hal tersebut disampaikan oleh Sekjen NATO, Jens Stoltenberg.

Prajurit Ukraina membawa mayat seorang kawan di atas tandu di kota Irpin, barat laut Kyiv, pada 13 Maret 2022. Kedutaan Amerika Serikat di Kyiv menyebut tentara Rusia menembaki 10 orang yang sedang berdiri mengantre untuk membeli roti di Chernihiv.
Prajurit Ukraina membawa mayat seorang kawan di atas tandu di kota Irpin, barat laut Kyiv, pada 13 Maret 2022. Kedutaan Amerika Serikat di Kyiv menyebut tentara Rusia menembaki 10 orang yang sedang berdiri mengantre untuk membeli roti di Chernihiv. (AFP via Tribunnews)

Baca juga: Undangan KTT G20 di Indonesia Sudah Disebar, Apa Alasan Tetap Mengundang Rusia?

Baca juga: Pasukan Rusia Ketar-Ketir Kehilangan 40.000 Tentara di Ukraina, NATO: Jenderal Rusia Kembali Tewas

Baca juga: Jurnalis Rusia Nekat Merekam Suasana Mencekam, Akhirnya Tewas dalam Insiden Penembakan di Ukraina

Baca juga: Presiden Zelensky Sempat Beri Sindiran, NATO Kerahkan 40.000 Pasukan ke Negara Tetangga Ukraina?

"Presiden Putin telah membuat kesalahan besar dan itu adalah meluncurkan perang melawan negara berdaulat yang merdeka."

"Dia telah meremehkan kekuatan rakyat Ukraina, keberanian rakyat Ukraina dan angkatan bersenjata mereka," kata Stoltenberg menjelang pertemuan puncak NATO di Brussel, Kamis (24/3/2022).

Stoltenberg mengatakan, para pemimpin aliansi NATO akan membicarakan pengaturan ulang terkait pencegahan dan pertahanan dalam jangka panjang.

Langkah ini dimulai dengan menyetujui penempatan baru ke anggota timur yakni Rumania, Hongaria, Slovakia, dan Bulgaria.

Dilansir CNA, NATO mengerahkan puluhan ribu tentara ke sisi timur sejak invasi Rusia ke Ukraina. 

Aliansi militer ini mencoba mengatasi kemungkinan konflik merembet ke negara-negara anggotanya.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta lebih banyak pasokan senjata dan intervensi dari Barat dalam perang melawan Rusia.

"Kami sedang menunggu langkah-langkah yang berarti. Dari NATO, Uni Eropa dan G7," kata Zelensky menjelang pertemuan puncak ketiga organisasi di Brussels.

"Di tiga puncak ini kita akan melihat: Siapa teman, siapa mitra, dan siapa yang mengkhianati kita demi uang. Hidup hanya bisa dipertahankan jika bersatu," lanjutnya.

Para pemimpin NATO berjanji akan meningkatkan pasokan senjata ke Ukraina, dan memberikan perlindungan terhadap ancaman senjata kimia dan nuklir.

Kendati demikian, NATO menolak permintaan Kyiv memberlakukan zona larangan terbang.

Personel militer AS dari negara-negara Sekutu yang dikerahkan ke Rumania mengambil bagian dalam upacara selama kunjungan Sekjen NATO dan Presiden Rumania di Pangkalan Militer Mihail Kogalniceanu pada 11 Februari 2022 di Mihail Kogalniceanu, Rumania. Kepala NATO Jens Stoltenberg memperingatkan pada 11 Februari 2022 tentang
Personel militer AS dari negara-negara Sekutu yang dikerahkan ke Rumania mengambil bagian dalam upacara selama kunjungan Sekjen NATO dan Presiden Rumania di Pangkalan Militer Mihail Kogalniceanu pada 11 Februari 2022 di Mihail Kogalniceanu, Rumania. Kepala NATO Jens Stoltenberg memperingatkan pada 11 Februari 2022 tentang "risiko nyata untuk konflik bersenjata baru di Eropa" karena aliansi dan Rusia meningkatkan kehadiran pasukan mereka di sekitar Ukraina. (AFP)

Adanya zona larangan terbang di Ukraina, memaksa militer NATO berada di area konflik dan menimbulkan perpecahan yang lebih besar dengan Moskow.

"Kami memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa konflik ini tidak meningkat di luar Ukraina yang akan menyebabkan lebih banyak penderitaan, bahkan lebih banyak kematian, bahkan lebih banyak kehancuran," kata Stoltenberg.

Presiden AS Joe Biden sebelumnya, memperingatkan "ancaman nyata" penggunaan senjata kimia oleh Rusia di Ukraina.

Menyusul hal ini, Stoltenberg memastikan bahwa setiap penggunaan senjata kimia "akan mengubah sifat konflik".

"Ini akan menjadi pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional, dan itu akan memiliki konsekuensi yang luas dan parah," ujarnya.

Satu bulan sudah Rusia melancarkan operasi militernya ke Ukraina pada Kamis (24/3/2022) hari ini.

Berikut sejumlah peristiwa yang terjadi, dilansir Al Jazeera

1. Lebih dari 1.000 warga sipil tewas

Petugas pemadam kebakaran dan prajurit Ukraina berjalan di tengah puing-puing pusat perbelanjaan Retroville, sehari setelah dibom oleh pasukan Rusia di distrik perumahan di barat laut ibukota Ukraina, Kyiv, pada 21 Maret 2022. - Sedikitnya enam orang tewas dalam serangan itu. pengeboman. Enam mayat dibaringkan di depan pusat perbelanjaan, menurut seorang wartawan AFP. Bangunan itu telah terkena ledakan kuat yang menghancurkan kendaraan di tempat parkir dan meninggalkan kawah selebar beberapa meter. (Photo by FADEL SENNA / AFP)
Petugas pemadam kebakaran dan prajurit Ukraina berjalan di tengah puing-puing pusat perbelanjaan Retroville, sehari setelah dibom oleh pasukan Rusia di distrik perumahan di barat laut ibukota Ukraina, Kyiv, pada 21 Maret 2022.  (Photo by FADEL SENNA / AFP) (AFP/FADEL SENNA)

Kantor HAM PBB (OHCHR) telah mengkonfirmasi setidaknya 1.035 warga sipil tewas di Ukraina dan 1.650 lainnya terluka, sejak Rusia memulai serangannya.

Korban tewas itu, 90 di antaranya adalah anak-anak.

2. Stoltenberg akan tetap sebagai kepala NATO hingga Oktober 2023

Sekutu NATO memperpanjang masa jabatan Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg di pucuk pimpinan aliansi militer Barat satu tahun hingga 30 September 2023.

Pria 63 tahun itu akan mengundurkan diri pada akhir September dan mengambil peran baru sebagai gubernur bank sentral Norwegia pada Desember.

3. Rusia menuduh Polandia

Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh Polandia, meningkatkan ketegangan di Eropa timur setelah mengusir 45 diplomat Rusia atas tuduhan spionase.

4. 15.000 orang diduga dideportasi secara ilegal ke Rusia

Pihak berwenang Mariupol mengatakan, sekitar 15.000 warga sipil telah dideportasi secara ilegal ke Rusia sejak pasukan Moskow merebut beberapa bagian kota.

"Penduduk distrik Tepi Kiri mulai dideportasi secara massal ke Rusia. Secara total, sekitar 15.000 penduduk Mariupol telah menjadi sasaran deportasi ilegal," kata dewan kota Mariupol dalam sebuah pernyataan.

Dikatakan, ada bukti bahwa pasukan Rusia menyita paspor Ukraina dan dokumen lainnya saat mereka dideportasi.

5. Kremlin mengritik PM Inggris

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan kembali pembatasan Covid-19 karena varian Omicron, pada Rabu (8/12/2021).
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan kembali pembatasan Covid-19 karena varian Omicron, pada Rabu (8/12/2021). (AFP)

Kremlin melabeli Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sebagai pemimpin dunia "anti-Rusia" yang paling aktif.

Ia juga memperingatkan bahwa pendekatan London ke Moskow akan mengarah pada "jalan buntu kebijakan luar negeri".

"Adapun Tuan Johnson, kami melihatnya sebagai peserta paling aktif dalam perlombaan untuk menjadi anti-Rusia," bunyi laporan dari kantor berita Rusia, RIA Novosti, mengutip juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul NATO Sebut Putin Meremehkan Kekuatan Ukraina: Dia Telah Membuat Kesalahan Besar

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved