Minta Belanda Tak Gurui soal Serangan Rusia, Dubes India di PBB: Kami Tahu Apa yang Harus Dilakukan
Minta Belanda Tak Menggurui soal Serangan Rusia, Dubes India di PBB: Kami Tahu Apa yang Harus Dilakukan
TRIBUNBANTEN.COM - Duta Besar (Dubes) India untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), TS Tirumurti, menuduh Belanda menggurui negaranya.
Hal itu dipicu pernyataan terbuka Dubes Belanda untuk Inggris, yang memarahi New Delhi karena abstain pada resolusi Majelis Umum PBB tentang perang di Ukraina.
"Mohon jangan menggurui kami, Duta Besar. Kami tahu apa yang harus dilakukan," tulis Tirumurti lewat akun Twitternya kepada utusan Belanda Karel van Oosterom, Kamis (5/5/2022) waktu New York.
Baca juga: Zelensky Selalu ada di TV Bak Kampanye, Mantan Presiden Brazil: Harusnya Dia di Meja Perundingan!
Tweet Tirumurti muncul sebagai tanggapan atas cuitan van Oosterom (sekarang dihapus), yang meminta India seharusnya tidak abstain dari pemungutan suara yang berkaitan dengan Rusia dan perang di Ukraina.
India kata Oosterom harus menghormati Piagam PBB.
Terlepas dari seruan dan tekanan berulang kali dari barat, New Delhi enggan memutuskan hubungan dengan Moskow.
India telah absen dalam berbagai pemungutan suara dan resolusi di Majelis Umum PBB tahun ini.
Termasuk pemungutan suara yang dilakukan AS pada April, untuk menangguhkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB atas tuduhan pembunuhan warga sipil.
Raksasa Asia Selatan itu juga abstain dari pemungutan suara yang dilakukan Ukraina dan para pendukungnya pada Maret.
Rapat mengusulkan kutukan ke Rusia atas situasi kemanusiaan di negara itu.
India berdalih seharusnya focus harus pada penghentian permusuhan.
Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan Rabu pada pertemuan Dewan Keamanan PBB di Ukraina, Tirumurti menegaskan kembali posisi India.
Mereka ingin mendorong jalan dialog, dan diplomasi adalah satu-satunya jalan keluar dari krisis.
“India tetap berada di pihak perdamaian dan oleh karena itu percaya tidak akan ada pihak yang menang dalam konflik ini dan, sementara mereka yang terkena dampak konflik ini akan terus menderita, diplomasi akan menjadi korban abadi,” katanya.
Negara Asia Selatan itu memiliki hubungan perdagangan yang kuat dengan Rusia, menerima senjata dari Moskow dalam perjanjian sebelumnya antara kedua belah pihak.