Beritakan Fakta Perang di Ukraina, Jurnalis Rusia Dijebloskan ke RSJ & Disebut Gila, Anak Jadi Saksi

Seorang jurnalis Rusia yang dituduh memposting fakta tentang perang di Ukraina telah dikurung di rumah sakit jiwa klinis Siberia.

Media sosial east2westnews
Potret jurnalis Rusia Maria Ponomarenko yang ditahan pemerintah karena beritakan kebenaran soal perang di Ukraina, diunggah Senin (4/7/2022). 

Lyseiko menulis di akun Facebook pribadinya bahwa Levin sempat dihentikan ketika melakukan perjalanan lintas wilayah.

Dia pun yakin Levin mungkin telah terluka atau ditangkap oleh pasukan Rusia selama pertempuran sengit hari itu.

"Teman baik kami, jurnalis foto perang berbakat Maks Levin, telah hilang. Dia bertugas lapangan di zona pertempuran di luar Kiev pada 13 Maret. Sejak itu, tidak ada yang bisa melakukan kontak dengannya. Jika anda mengikuti perang ini, anda pasti telah melihat banyak karyanya,” cuit Illia Ponomarenko, reporter pertahanan untuk Kyiv Independent.

Kelompok kebebasan pers mengatakan bahwa Levin bukanlah jurnalis Ukraina pertama yang menghilang.

Komite Perlindungan Wartawan mengatakan dua wartawan lainnya, Oleh Baturyn dan Viktoria Roshchina, sebelumnya hilang tetapi telah dibebaskan oleh penculik mereka, yang diduga anggota angkatan bersenjata Rusia.

"Terlalu banyak jurnalis hilang saat meliput invasi Rusia ke Ukraina, dan semua pihak dalam konflik harus memastikan bahwa pers dapat bekerja dengan aman dan tanpa rasa takut akan penculikan," kata Gulnoza Said, koordinator program CPJ Eropa dan Asia Tengah.

Dalam pesan Facebook yang diposting oleh saudara perempuannya, yang tidak mengidentifikasi penculiknya, Baturyn mengatakan dia kekurangan air, sabun, dan pakaian bersih selama berhari-hari.

Reporters Without Borders (RSF) mengatakan bahwa menargetkan wartawan adalah kejahatan perang, dan mengatakan bahwa tiga wartawan lainnya telah diculik sejak invasi.

Seorang jurnalis, yang telah membantu media asing, dipukuli, disetrum dan menjadi sasaran eksekusi palsu saat berada dalam tahanan selama sembilan hari.

RSF mengatakan akan merujuk kasus Nikita, yang namanya diubah demi keamanannya, ke penyelidikan pengadilan kriminal internasional atas kejahatan perang.

"Nikita telah memberi kami kesaksian mengerikan yang menegaskan intensitas kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Rusia terhadap jurnalis," kata sekretaris jenderal RSF, Christophe Deloire.

"Menyampaikan kesaksiannya kepada jaksa ICC adalah yang paling tidak bisa kita lakukan untuk pemecah masalah muda yang berani ini."

Tiga wartawan tewas selama konflik, Brent Renaud, seorang pembuat film Amerika, kameramen Irlandia Pierre Zakrzewski dan produser Ukraina Oleksandra Kuvshynova.

Awak berita televisi juga mengaku ditembak tentara Rusia, bahkan ketika mereka telah mengidentifikasi diri mereka sebagai jurnalis.

Hal ini memicu spekulasi bahwa mereka telah sengaja dijadikan sasaran pihak Rusia.

Sumber: TribunWow.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved