Anggota Parlemen Rusia Perintahkan Pasukan Arahkan Rudal Hipersonik ke AS Supaya Joe Biden Gagap

Andrei Gurulyov, Anggota Parlemen Rusia meminta rudal hipersonik dipindah dan diarahkan untuk menyerang ke arah wilayah Amerika Serikat.

Editor: Ahmad Haris
Grafis Tribunnews
Kolase foto rudal hipersonik dan Anggota Parlemen Rusia Andrei Gurulyov. Ia meminta rudal hipersonik dipindah dan diarahkan untuk menyerang ke arah wilayah Amerika Serikat. 

TRIBUNBANTEN.COM - Anggota Parlemen Rusia, Andrei Gurulyov meminta rudal hipersonik dipindah dan diarahkan untuk menyerang ke arah wilayah Amerika Serikat.

Hal tersebut dilakukan agar memicu krisis rudal Kuba atas konflik Ukraina.

Hal itu disampaikan oleh Gurulyov, dalam sebuah video yang dibagikan dalam media sosial Twitter.

Menurutnya, dengan mengarahkan rudal ke Amerika Serikat, diharapkan bisa memaksa Joe Biden untuk berunding dengan Vladimir Putin.

Selain itu juga berharap Amerika Serikat berhenti memasok senjata.

Baca juga: Mengenal Rudal Hipersonik Kinzhal Rusia, Kekuatan 33 Kali Lipat dari Bom Hiroshima

Amerika Serikat diketahui memberikan peralatan dalam jumlah besar.

Beberapa peralatan bantuan itu beberapa di antaranya peluncur roket MLRS dan meriam Howitzer untuk menghambat invasi Rusia.

Setelah mengarahkan rudal hipersonik ke AS, Gurulyov mengatakan bisa langsung diluncurkan dalam waktu lima menit.

Diharapkan bisa membuat Biden gagap di Gedung Putih dan berakhir dengan negosiasi.

"Itu adalah satu-satunya skenario bagi kami untuk dapat melakukan denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina."

Gurulyov berbicara dalam bahasa Rusia tetapi terjemahan bahasa Inggris berjalan di sepanjang bagian bawah layar. Tidak jelas kapan rekaman itu direkam.

"Saat ini, mereka mengirimkan MLRS (Multiple Launch Rocket System), howitzer, mereka akan mengirimkan apa pun ke sana (Ukraina) hingga bom nuklir, hanya untuk tidak membiarkan kita menang," katanya, merujuk pada komitmen negara-negara Barat untuk memasok Ukraina dengan senjata.

"Selanjutnya, mereka akan mengirim pesawat, sistem anti-pesawat, kemudian sistem anti-rudal dan seterusnya dan seterusnya, mereka tidak akan diam."

Menurutnya, setiap kondisi detente (pengurangan ketegangan) terjadi setelah “krisis yang baik”, seperti detente pasca Krisis Rudal Kuba.

Hal itu, kata dia, bisa terjadi karena selama Krisis Rudal Kuba, ada ancaman langsung ke wilayah AS yang tidak segera mereka tanggapi.

Baca juga: Rusia Ancam Swedia dan Finlandia yang Ingin Gabung ke NATO, Jika Nekat Bakal Kirim Rudal Hipersonik!

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved