Sosok Prabowo Subianto, Mantan Danjen Kopassus dan Panglima Kostrad yang Kini Jadi Menhan RI
Prabowo Subianto terlahir bukan dari orang sembarangan, sejak usia muda beliau berkecimpung di dunia militer, bisnis dan juga politik.
TRIBUNBANTEN.COM - Prabowo Subianto terlahir bukan dari orang sembarangan, sejak usia muda beliau berkecimpung di dunia militer, bisnis dan juga politik.
Siapa yang tak kenal dengan sosok hebat Prabowo Subianto?
Namanya selalu santer diperbincangan di dunia politik dan militer.
Baca juga: Menhan Prabowo Subianto Terima 4 Bintang Kehormatan Sekaligus dari Panglima TNI dan Tiga Kepala Staf
Bagaimana kiprah perjalanan karir Beliau di dunia militer hingga akhirnya berada di dunia politik?
Simak ulasan berikut ini.
Anak Seorang Menteri
Jenderal TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo merupakan anak ketiga dan putra pertama yang lahir pada tanggal 17 Oktober 1951.
Ayahnya bernama Soemitro Djojohadikusumo yang berasal dari Kebumen, Jawa Tengah.
Ayah Prabowo merupakan seorang pakar ekonomi dan juga politisi Partai Sosialis Indonesia yang saat itu baru saja selesai menjabat sebagai Menteri Perindustrian di Kabinet Natsir pada April 1952.
Sedangkan Ibunya bernama Dora Marie Sigar atau yang dikenal dengan nama Dora Soemitro.
Beliau merupakan seorang wanita Kristen Protestan berdarah Minahasa.
Ibunya berasal dari keluarga Maengkom di Langowan, Sulawesi Utara.
Setelah kelahiran Prabowo Subianto tak lama kemudian ayahnya, Soemitro diangkat kembali menjadi Menteri Keuangan pada Kabinet Wilopo.
Prabowo memiliki dua kakak perempuan, bernama Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati.
Beliau juga memiliki seorang adik laki-laki bernama Hashim Djojohadikusumo.
Prabowo merupakan cucu dari Margono Djojohadikusumo yaitu seorang pendiri Bank Negara Indonesia dan juga sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung yang pertama.
Keluarga Djojohadikusumo merupakan keturunan dari Raden Tumenggung Kertanegara, yang merupakan panglima laskar Pangeran Diponegoro.
Nama Prabowo sendiri merupakan nama yang diambil dari pamannya, Kapten Soebianto Djojohadikusumo, yang merupakan seorang perwira Tentara Keamanan Rakyat, yang telah gugur pada Pertempuran Lengkong pada Januari tahun 1964 di Tangerang.
Masa kecil Prabowo banyak dihabiskan di luar negeri, terutama setelah ayahnya adanya keterlibatan dalam menentang pemerintah Presiden Soekarno di dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia di Sumatera Barat.
Prabowo menyelesaikan studi menengahnya di Victoria Institution di Kuala Lumpur, Malaysia; Zurich International School di Zurich, Swiss; dan The American School di London, Inggris.
Setelah kejatuhan Soekarno dan naiknya Soeharto, keluarga Soemitro kembali ke negara Indonesia. Lalu Prabowo masuk ke Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah.
Nikahi Anak Presiden Soeharto
Pada bulan Mei tahun 1983, Prabowo mempersunting Siti Hediati Hariyadi yang merupakan putri dari Presiden Soeharto dan Tien Soeharto.
Prabowo dan Siti Hediati dikaruniai seorang anak laki-laki, yaitu Ragowo Hediprasetyo atau Didiet.
Akan tetapi pernikahan mereka tidak berjalan sampai tua.
Tak lama setelah Orde Baru tumbang, keduanya berpisah pada tahun 1998.
Anaknya, Didiet, tumbuh di Boston, Amerika Serikat dan memilih profesi sebagai seorang desainer yang berbasis di Paris, Prancis.
Karir Militer Prabowo Subianto
Prabowo Subianto merupakan seorang politisi, pengusaha dan perwira tinggi militer Indonesia.
Prabowo pendidikan serta berkarir di militer selama 28 tahun.
Semua bermula pada tahun 1976, beliau mengawali karir militer di TNI angkatan darat sebagai seorang Letnan Dua setelah lulus dari Akademi Militer di Magelang.
Dari tahun 1976 sampai tahun 1985 Prabowo bertugas di Komando Pasukan Sandi Yudha atau Kopassandha yang pada saat itu merupakan pasukan khusus Angkatan Darat.
Salah satu tugas pertamanya yaitu sebagai komandan pleton pada Grup I/Para Komando yang menjadi bagian dari pasukan operasi Nanggala di Timor-Timur.
Saat usianya 26 tahun, Prabowo menjadi salah satu Komandan Pleton termuda dalam operasi.
Beliau memiliki peran yang besar dalam memimpin sebuah misi penangkapan terhadap Nicolau dos Reis Lobato, yang merupakan pemimpin Fretilin yang saat Operasi Seroja menjabat sebagai Perdana Menteri.
Tahun 1985, Prabowo menjadi wakil komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328.
Tahun 1991, Prabowo menjabat sebagai Kepala staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 yang bermarkas di Cijantung.
Tahun 1993, Prabowo kembali ke pasukan Khusus yang kini diberi nama Komando Pasukan Khusus atau Kopassus. Prabowo diangkat menjadi Komandan Grup 3/Sandi Yudha, yaitu salah satu Komando kontra-insurjensi Kopassus.
Seterusnya Prabowo menjabat sebagai wakil komandan komando, di bawah kepemimpinan Brigadir Jenderal Agum Gumelar dan Brigadir Jenderal Subagyo Hadi Siswoyo.
Desember tahun 1995, Prabowo diangkat sebagai komandan Jenderal Kopassus dengan pangkat Mayor Jenderal. Salah satu tugas pertamanya adalah operasi pembebasan sandera Mapenduma.
Tanggal 20 Maret 1998, Prabowo diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat dengan jabatan yang pernah disandang ayah mertuanya.
Prabowo membawahi sekitar 11 ribu pasukan cadangan ABRI.
Prabowo meminta Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Wiranto, agar diizinkan untuk menggerakkan pasukan cadangannya dari luar Jakarta, untuk membantu meredam kerusuhan pada Mei 1998.
Meskipun pada akhirnya permintaan tersebut ditolak oleh Wiranto, Prabowo diduga menerbangkan ratusan orang yang telah dilatih oleh unit Kopassus di pengawasannya Timor Leste dari Dili menuju Yogyakarta, dan kemudian menuju Jakarta dengan menggunakan kereta api.
Baca juga: Viral Dialog Menhan Prabowo & Mahasiswi Unhan Anak Pedagang Bakso: Bapakmu Hebat, Kamu Harus Sungkem
Pada tanggal 14 Mei, Prabowo bertemu dengan beberapa penggerak reformasi seperti Adnan Buyung Nasution dan Bambang Widjojanto untuk mendiskusikan situasi yang tengah memanas.
Pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dan digantikan oleh Habibie yang langsung dilantik pada hari yang sama.
Karir Prabowo di dunia militer mulai terhenti, sejak Presiden Habibie memberhentikan Prabowo dari jabatannya sebagai panglima Kostrad.
