Khazanah Islam
Kampung Abu Lahab di Mekkah, Keluarkan Aroma Bau Busuk hingga Ditinggali Banyak Kucing
Seperti namanya, kampung Abu Lahab adalah kampung di mana Abu Lahab, paman Nabi Muhammad SAW yang dzolim tinggal semasa hidupnya
Penulis: Siti Nurul Hamidah | Editor: Siti Nurul Hamidah
TRIBUNBANTEN.COM - Seperti namanya, kampung Abu Lahab adalah kampung di mana Abu Lahab, paman Nabi Muhammad SAW yang dzolim tinggal semasa hidupnya.
Kampung Abu Lahab di Mekkah terkenal dengan aroma bau busuknya.
Komplek Kampung ini terhubung dengan makam Abu Lahab, yang juga sama-sama mengeluarkan bau busuk.
Sebagaimana diketahui, Abu Lahab adalah salah satu manusia yang dzolim kepada Nabi Muhammad SAW ketika ia menyerukan Islam.
Abu Lahab wafat dengan kondisi yang tidak baik, yang mana pada saat itu Abu Lahab menderita sakit parah dengan mengeluarkan aroma busuk yang sangat kuat.
Baca juga: Lirik Sholawat Law Kana Bainanal Habib dalam Bahasa Arab, Latin, dan Artinya
Tak ayal tak ada keluarga yang mau mendekati dan menolongnya ketika sakit.
Bahkan ketika Abu Lahab meninggal, mayatnya berhari-hari tak dikubur, saking baunya aroma tubuhnya, sehingga orang-orang tak ada yang mau mendekat.
Karena baunya semakin kuat dan menyeruak ke mana-mana, kaum Quraisy pada saat itu akhirnya menggali liang lahad untuk Abu Lahab.
Tak ada yang berani menyentuh mayat Abu Lahab, kaum Quraisy hanya memindahkan mayat Abu Lahab dengan sebuah kayu.
Mayat Abu Lahab kemudian oleh kaum Quraisy didorong dengan sebilah kayu hingga masuk ke lubang yang telah digali oleh mereka.
Dari kejauhan, orang-orang melempari Mayat Abu Lahab dengan batu sampai mayatnya tertimbun sepenuhnya dengan batu.
Namun begitu, bau busuk dari perkampungan dan kuburan Abu Lahab masih dapat dicium baunya hingga sekarang.
Hal ini diketahui dari seorang Youtuber asal Indonesia yang tinggal di Mekkah, dalam saluran Alman Mulyana.
Dilansir TribunBanten.com pada Kamis (8/12/2022), Dalam video vlog Alman Mulyana pada saluran YouTube-nya, ia mengatakan jika perkampungan dan kuburan Abu Lahab sangat bau, seperti bau bangkai.
Baca juga: Bacaan Doa Setelah Salat Tahajud Sesuai Hadits Nabi Muhammad Lengkap dengan Artinya
Alman bersama rekannya mengunjungi Kampung Abu Lahab pada pukul 5 sore waktu Mekkah.
Alman menjelaskan bahwa dahulu masyarakat di Kampung Abu Lahab adalah kelompok masyarakat yang menolak dakwahnya Rasulullah.
“Sekampung ini adalah yang dulu selalu menolak dakwahnya Rasul, padahal Abu Lahab itu pamannya Rasul, cs-nya itu Abu Jahal,” kata Alman dikutip TribunBanten.com dari saluran YouTube-nya, (8/12/2022).
“Jadi di kampung ini itu banyak aroma bau bangkai,” sebut Alman.
Alman bersama rekannya mengenakan masker pada saat datang ke kampung tersebut.
“Kang Irlan aja yang biasanya nggak pakai masker, pakai masker,” terang Alman.
“Persiapan,” kata rekannya menyahuti.
Pasalnya Alman dan satu rekannya tak kuat dengan bau bangkai yang menguar di perkampungan Abu Lahab.
Sehingga mereka yang tidak biasa memakai masker jadi memakai masker.
Kendati begitu, perkampungan ini masih dihuni oleh beberapa orang, meski ada rumah-rumah yang kosong.
Nampak beberapa mobil terparkir di perkampungan tersebut, namun dengan kondisi rumah pada beberapa bagian yang tidak terawat.
Perkampungan Abu Lahab ini adalah salah satu perkampungan tua, yang bangunan-bangunannya tidak banyak berubah.
“Jadi rumah-rumahnya tua-tua di sini ya, rumah lama,” kata Alman.
Kampung Abu Lahab ini berdiri di sebuah tanah gunungan batu.
Jalan yang dilalui di kampung Abu Lahab adalah jalan menanjak layaknya mendaki gunung.
Terlihat beberapa gang-gang sempit dan tangga-tangga yang curam.
Baca juga: Rayakan Maulid Nabi Muhammad, Suara Dzikir dan Sholawat Menggema di Halaman Mapolda Banten
“Rumah kayak gini di Kampung Abu Lahab itu baunya luar biasa,” tunjuk Alman ke salah satu rumah.
Suasana di Kampung Abu Lahab juga memiliki suasana yang angker.
“Sore aja suasananya gini udah serem,” jelas Alman.
Jalanan di Kampung Abu Lahab pada gang-gang sempit juga terlihat rusak dan tidak bagus, bahkan kabel-kabel listrik bawah tanah beberapa bagian terlihat.
Selain itu di perkampungan tersebut ada sebuah masjid tua bernama masjid Al-Jin, yang luar bangunananya nampak kumuh.
Masjid tersebut diketahui oleh pemerintah setempat beberapa kali akan dibongkar.
Namun, setiap kali ada alat berat yang coba ingin membongkar masjid Al-Jin, alat berat tersebut justru selalu mati.
Diketahui, saat ini banyak penghuni kampung Abu Lahab adalah warga pendatang, bukan asli penduduk sana, ada penduduk Pakistan hingga orang Indonesia.
Rekan Alman justru mempertanyakan ketahanan beberapa orang yang tinggal di Kampung Abu Lahab.
“Gimana ya, mereka ini kalo bertahan di sini betah atau karena nggak ada tempat yang lain,” rekan Alman bertanya-tanya.
Beberapa rumah terlihat terbengkalai, dan Alman memperlihatkan rumah-rumah yang kosong.
“Kampung Abu Lahab ini kayaknya dinonaktifkan sama pemerintah, karena dulu di zaman Rasul sekampung ini selalu menghina Rasul,” kata Alman.
Tak nampak masyarakat layaknya di Indonesia, tak ada satupun anak kecil di kampung tersebut, yang terlihat di Kampung Abu Lahab justru kucing-kucing.
Baca juga: 4 Karakter Pemuda Ideal Menurut Islam, Refleksi Hari Sumpah Pemuda 2022
“Nah ini (tangga) mentoknya di kuburan Abu Lahab,” kata Alman sambil menunjuk tangga tersebut.
Kampung Abu Lahab terlihat sepi, tidak banyak orang yang berlalu lalang.
Justru yang terlihat dari kampung ini adalah kucing-kucing.
Nampak banyak kucing mencari makan di sekitaran tempat sampah Kampung Abu Lahab.
Dalam salah satu kesempatan Alman juga bertemu dengan seorang lelaki asal Indonesia yang telah tinggal di Kampung Abu Lahab selama 12 tahun.
Tidak diketahui secara pasti siapa nama orang Indonesia yang tinggal di Kampung Abu Lahab tersebut, sebab Alman hanya menyebutkan kata sapaan.
Ketika ditanya Alman, orang Indonesia tersebut diketahui berasal dari Madura, usianya sudah tidak lagi muda.
Nampak ia menggunakan sarung dan juga kopiah.
Baca juga: Lirik Sholawat Maula Ya Sholli Wa Sallim, dalam Teks Arab dan Latin
“Sekarang masih banyak penghuninya orang Indonesia? (di Kampung Abu Lahab)” Tanya Alman kepada orang Indonesia tersebut.
“Banyak,” jawab lelaki asal Madura tersebut.
Ia kemudian menunjuk sejumlah rumah di belakang, samping, dan depan tempatnya berdiri
“Sewa rumah di Kampung Abu Lahab ini mahal nggak?” tanya Alman lagi.
“Mahal,” kata lelaki Indonesia tersebut.
.“Serius?” Alman memastikan.
“Perbulannya 800,” katanya.
800 Riyal jika dalam mata uang Indonesia sekitar Rp 3 Juta.
“Betah tinggal di Kampung Abu Lahab?”
“Ya mau bagaimana lagi,” sahutnya.
Pertanyaan betah atau tidak di Kampung Abu Lahab tentunya bukan tanpa alasan.
Pasalnya kampung ini memiliki aroma yang tidak sedap serta suasana yang agak angker menurut Alman.
Masjid Al-Jin di Kampung Abu Lahab
Di Kampung Abu Lahab ada sebuah masjid tua yang disebut sebagai masjid Al-Jin.
Masjid tersebut berarsitektur bangunan lama, dengan kondisi sisi bangunan yang tidak terawat.
Sisi bangunan masjid sudah kusam serta tidak nampak nama atau tulisan masjid Al-Jin ketika di datangi oleh Alman.
Masjid Al-Jin tersebut berkubah satu dengan satu menara.
Kubah Masjid Al-Jin berwarna hijau seperti warna kesukaan Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, puncak menara pada masjid tersebut juga berwarna hijau.
Pada bagian atas ujung masjid dicat dengan warna merah, adapun secara dasar, warna masjid tersebut sama dengan warna dinding rumah di perkampungan Abu Lahab.
Perlu diingat, bahwa masjid Al-Jin yang ada di Kampung Abu Lahab bukanlah Masjid Jin yang biasa dikunjungi jamaah Haji.
Sebab masjid Jin yang biasa dikunjungi jamaah Haji adalah masjid yang terletak dekat dengan Ja'fariyah atau sekitar dua kilometer arah utara dari Masjidil Haram.
Hingga artikel ini dirilis, belum dapat diketahui secara pasti kapan masjid ini berdiri, dan siapa yang membangunnya di Kampung Abu Lahab.
Akan tetapi bangunan masjid yang telah tua ini, dipastikan tidak belum dapat dihancurkan atau dipindahkan.
Karena menurut keterangan, alat berat pemerintah yang ingin membongkar masjid ini selalu rusak tanpa sebab.
Baca juga: Sholawat Luthf, Lengkap dengan Lirik Bahasa Arab, Latin, Terjemahan, dan Keutamaannya
