Hari Pramuka Indonesia 14 Agustus, Berikut Sejarah Lengkap dengan Hymne dan Mars Pramuka

Hari Pramuka Indonesia dirayakan setiap tanggal 14 Agustus. Berikut sejarah lengkap Pramuka Indonesia dilengkapi dengan Hymne dan Mars Pramuka

Editor: Glery Lazuardi
Freepik
Pramuka. Hari Pramuka Indonesia dirayakan setiap tanggal 14 Agustus. Berikut sejarah lengkap Pramuka Indonesia dilengkapi dengan Hymne dan Mars Pramuka 

TRIBUNBANTEN.COM - Hari Pramuka Indonesia dirayakan setiap tanggal 14 Agustus.

Berikut sejarah lengkap Pramuka Indonesia dilengkapi dengan Hymne dan Mars Pramuka

Baca juga: 30 Ucapan Selamat Hari Pramuka Nasional 14 Agustus 2023 Penuh Makna, Cocok Jadi Status Media Sosial

Hymne Pramuka

Berdasarkan situs resmi Pramuka Indonesia, orang yang menciptakan Hymne Pramuka ialah tokoh utama kepanduan sekaligus komponis musik lagu-lagu perjuangan, Husein Mutahar.

Lirik Hymne Pramuka:

Kami pramuka indonesia

Manusia pancasila

Satyaku kudharmakan

Dharmaku kubaktikan

Agar jaya Indonesia

Indonesia tanah airku

Kami jadi pandu mu

Mars Pramuka

Mars Jayalah Pramuka diciptakan oleh seorang tokoh utama kepanduan sekaligus komponis musik lagu-lagu perjuangan, yakni H. Munatsir Amin.

Lirik Mars Jayalah Pramuka:

Gerakan Pramuka Praja Muda Karana
Sebagai wahana kaum muda suka berkarya

Kader pembangunan sebagai perekat bangsa

Disiplin berani dan setia berakhlak mulia

Bersatu padu menyongsong masa depan yang gemilang

Satu pramuka untuk satu Indonesia

Melangkah maju menuju masyarakat yang sentosa

Jayalah Pramuka Jayalah Indonesia

Sejarah Pramuka di Indonesia

Sejarah Pramuka di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Hindia-Belanda

Pramuka mulai terbentuk dan berlatih pada 1912 di Batavia.

Ini merupakan cabang dari Nederlandsche Padvinders Organisatie

Dua tahun kemudian, cabang ini resmi berdiri sendiri dengan nama Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda.

Awalnya, mayoritas anggota NIPV adalah pandu keturunan Belanda.

Namun, pada tahun 1916, organisasi kepanduan yang sepenuhnya terdiri dari pandu-pandu bumiputra juga didirikan.

Mangkunegara VII, pemimpin Keraton Solo, membentuk Javaansche Padvinders Organisatie. Setelah itu, muncul organisasi kepanduan berdasarkan agama, etnis, dan lainnya.

Beberapa di antaranya adalah Padvinder Muhammadiyah (Hizbul Wathan), Nationale Padvinderij, Syarikat Islam Afdeling Pandu, Kepanduan Bangsa Indonesia, Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie, Pandu Indonesia, Padvinders Organisatie Pasundan, Pandu Kesultanan, El-Hilaal, Pandu Ansor, Al Wathoni, Tri Darma (Kristen), Kepanduan Asas Katolik Indonesia, dan Kepanduan Masehi Indonesia.

Kepanduan di Hindia-Belanda kemudian mengalami perkembangan yang positif.

Bahkan, Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden-Powell, bersama istrinya dan anak-anak mereka, mengunjungi organisasi kepanduan di Batavia, Semarang, dan Surabaya pada Desember 1934. Pandu-pandu di Hindia-Belanda juga ikut serta dalam Jambore Kepanduan Sedunia.

Baca juga: Anggota Pramuka di Banten Rogoh Gocek Pribadi Rp25 Juta per Orang untuk Terbang ke Korsel

Setelah mengirim delegasi kecil untuk mengamati Jambore Sedunia 1933 di Hungaria, Pandu Hindia-Belanda kemudian berpartisipasi dalam Jambore Sedunia 1937 di Belanda.

Mereka terdiri dari pandu keturunan Belanda, bumiputra dari Batavia dan Bandung, pandu Mangkunegaran, pandu dari Ambon, serta beberapa pandu keturunan Tionghoa dan Arab.

Di dalam negeri, perkemahan dan jambore kepanduan juga diadakan di berbagai tempat. Pada Juli 1941, misalnya, diselenggarakan Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem di Yogyakarta.

Kemudian, pada Desember 1945, Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia diadakan di Surakarta. Kongres ini menciptakan Pandu Rakyat Indonesia sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia.

Namun, ketika Belanda melancarkan agresi militer pada 1948, Pandu Rakyat dilarang beroperasi di wilayah yang dikuasai Belanda.

Hal ini memicu munculnya organisasi lain, seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan Kepanduan Indonesia Muda (KIM).

Sejarah Hari Pramuka Nasional 14 Agustus

Seiring berjalannya waktu, gerakan kepanduan di Indonesia kemudian terpecah menjadi 100 organisasi yang bergabung dalam Persatuan Kepanduan Indonesia (Perkindo).

Namun, jumlah perkumpulan kepanduan di Indonesia jauh lebih banyak daripada jumlah anggota yang ada dalam perkumpulan tersebut.

Selain itu, masih terdapat perpecahan yang kuat di antara kelompok-kelompok, yang menyebabkan Perkindo menjadi lemah.

Untuk mengatasi hal ini, Presiden Soekarno dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang saat itu menjabat sebagai Pandu Agung, mengusulkan untuk menggabungkan berbagai organisasi kepanduan dalam satu wadah.

Konsep ini pertama kali diutarakan oleh Presiden Soekarno saat mengunjungi Perkemahan Besar Persatuan Kepanduan Putri Indonesia di Desa Semanggi, Ciputat, Tangerang, pada awal Oktober 1959.

Presiden kemudian mengumpulkan tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan di Indonesia. Semua organisasi kepanduan yang ada akan digabung menjadi satu dengan nama Pramuka.

Untuk melaksanakan hal ini, Presiden menunjuk sebuah panitia yang terdiri dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prijono, Azis Saleh, Achmadi, dan Muljadi Djojo Martono.

Gerakan Pramuka dimulai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan. Pada 9 Maret 1961, nama Pramuka secara resmi diperkenalkan dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka.

Pada 20 Mei 1961, Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka dikeluarkan, yang kemudian menjadi Hari Permulaan Tahun Kerja Pramuka.

Pada 20 Juli 1961, para perwakilan organisasi kepanduan di Indonesia mengumumkan di Istana Olahraga Senayan untuk bergabung ke dalam Gerakan Pramuka, dan tanggal ini dikenal sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.

Setelah itu, pada tanggal 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada masyarakat dalam sebuah upacara di halaman Istana Negara.

Upacara ini ditandai dengan penyerahan Panji Gerakan Pramuka dari Presiden Soekarno kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang juga menjadi Ketua pertama Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Panji tersebut kemudian diteruskan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX kepada barisan Pramuka di Jakarta, dan diarak keliling kota.

Sejak saat itu, tanggal 14 Agustus ditetapkan sebagai Hari Pramuka Nasional dan dirayakan oleh seluruh Pramuka setiap tahunnya.

 

History of National Scout Day August 14th

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved