3 Pria Tewas dalam Kesendirian, Begini Cerita dan Kisah Hidupnya: Ada Warga Tangsel
Sebanyak tiga pria tewas dalam kesendirian. Insiden itu terjadi di tempat berbeda selama kurun waktu November 2023 hingga Januari 2024.
TRIBUNBANTEN.COM - Sebanyak tiga pria tewas dalam kesendirian.
Insiden itu terjadi di tempat berbeda selama kurun waktu November 2023 hingga Januari 2024.
Salah satu di antaranya adalah Z (65), seorang warga Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten.
Mirisnya ketiga orang itu sudah lanjut usia (lansia) dan hidup sebatang kara di akhir hayat.
Baca juga: Inalillahi, Tolong Dua Wanita Tenggelam, Petugas Parkir Tewas Terseret Arus Curug Kadupunah Lebak
Berikut ini daftarnya seperti dihimpun dari berbagai sumber:
Cilincing
Seorang pemulung bernama Rohmanto (69) ditemukan tak bernyawa di bawah tumpukan sampah TPS Rusun Cilincing, RW 10, Cilincing, Jakarta Utara, Senin (27/11/2023).
Saat pertama kali ditemukan, jasad Rohmanto tertelungkup. Meski di tengah-tengah sampah, lalat hijau lebih dominan mengerumuni tubuh mendiang.
Pakaian yang Rohmanto gunakan adalah kaos hitam lengan panjang, celana pendek olahraga biru bergaris kuning di bagian samping, dan sepatu hitam.
Berdasarkan hasil penyelidikan, polisi tidak menemukan tanda-tanda bekas penganiayaan di tubuh Rohmanto.
“Korban meninggal dunia diduga karena sakit,” kata Kapolsek Cilincing Kompol Fernando Saharta Saragi saat dihubungi Kompas.com melalui pesan singkat WhatsApp, Senin.
Satu hari sebelum ditemukan tewas, 26 November 2023 pukul 09.00 WIB, seorang pemulung bernama Syarifudin (61) bertemu dengan Rohmanto di TPS Rusun Cilincing.
Ketika itu, Syarifudin melihat Rohmanto tengah melamun. Entah apa yang dipikirkan.
“Tiba-tiba dia tanya, ‘punya rokok sebatang enggak, Pak Syarif? Saya enggak punya’. Saya bilang, ‘ini ada rezeki Rp 5.000’. Dia kan sudah saya anggap sebagai keluarga,” ujar Syarifudin saat berbincang dengan Kompas.com.
Rohmanto bergegas pergi ke warung yang letaknya tidak jauh dari TPS.
Dia membeli sebatang rokok dan segelas kopi hitam.
Setelah selesai, Rohmanto mulai mengambil sampah atau barang bekas di TPS Rusun Cilincing bersama Syarifudin pukul 09.30 WIB.
Namun Rohmanto tidak seperti biasanya.
Ia kerap kali berhenti lalu duduk di tengah pekerjaannya.
Kepada Syafrudin, mendiang sempat mengeluhkan kelelahan.
“Dia berhenti-berhenti terus. Dia bilang sama saya kalau dia kecapekan, tenaganya berkurang banyak. Mukanya juga sudah pucat. Perbincangan saya sebatas itu saja sih,” ucap Syafrudin.
Menjelang azan Dzuhur, Syarifudin bersih-bersih untuk pulang ke rumah dan menunaikan ibadah.
Baca juga: Memilukan! Seorang Dokter di Ciputat Tangsel ditemukan Tewas di Rumah Tidak Layak Huni
Sementara Rohmanto, tetap duduk.
Saat kembali, Syafrudin tidak lagi menemukan Rohmanto di TPS Rusun Cilincing.
Pikiran positifnya, mendiang tengah keliling kampung untuk mengambil sampah-sampah.
Namun, sampai sang surya terbenam di ufuk barat, Syafrudin tidak juga melihat korban, hingga akhirnya ditemukan tak bernyawa di tengah tumpukan sampah.
Sudah tiga bulan terakhir Rohmanto tinggal di sebuah gubuk kecil yang berada di dalam TPS Rusun Cilincing.
Gubuk tersebut beratap tumpukan bambu bercampur pecahan asbes dan kemudian dilapisi plastik bening serta sobekan terpal biru.
Agar tetap kokoh, gubuk berukuran 2x2 meter tersebut ditopang dengan bambu di beberapa sudut.
Di dalam gubuk, terdapat bale atau “dipan” alakadarnya untuk tempat tidur Rohmanto.
“Iya, dia tidur di gubuk setiap hari. Tiga bulan yang lalu, dia minta tolong sama saya untuk numpang tinggal. Saya bilang, ‘ya sudah, di situ saja. Cari saja kayu-kayu buat bale’,” ungkap Syarifudin.
“(Minta izin ke saya) karena kan saya yang setiap hari urus lingkungan sampah di sini. Pada saat itu kan gubuk ada yang bocor. Nah, sama dia ditambal pakai terpal yang diambil dari TPS ini,” lanjutnya.
Sementara, alasan Rohmanto tinggal di gubuk kecil karena sudah tidak sanggup lagi membayar biaya sewa rumah kontrakan setiap bulan.
Baca juga: Seorang Dokter di Tangsel Ditemukan Tewas di Rumah Tak Layak Huni, Diduga Depresi
“Sudah enggak mampu, enggak bisa mencukupi. Buat makan sehari-hari juga susah. Makanya dia ke sini. Dia pakai terpal dan pakai plastik, dia benarkan sendiri,” tutur Syarifudin.
Saat itu, Syafrudin merasa iba dengan Rohmanto. Ia tidak “memanfaatkan” keadaan dengan menarik biaya sewa tinggal di gubuk.
“Saya enggak duitin, enggak. Enggak disewakan sama saya. Dia mau kasih juga saya tolak, 'ini buat sebulan', 'jangan-jangan'. Ya saya kasihan melihatnya,” katanya.
“(Justru) kalau dia pingin mandi di sini, saya bawain air bersih dari rumah, segalon. Dia mandi di sini. Tapi terkadang dia juga kasih saya rokok sebatang atau dua batang. Ya enggak apa,” tambah Syarifudin.
Tak diketahui keluarganya Selama tiga bulan terakhir, Rohmanto tidak pernah mengungkapkan keberadaan keluarganya.
Padahal, Syafrudin sering kali bertanya dan membujuk mendiang.
Tetapi, respons Rohmanto cenderung diam saat ditanya Syarifudin tentang keluarga.
“Saya sering tanya, ‘Pak, punya saudara di sini (Jakarta) enggak? Kalau bapak kenapa-kenapa, misal sakit atau apa, kan saya yang tanggung jawab’. Tapi dia enggak pernah kasih tahu. Diam saja, enggak mau jawab,” kata Syarifudin.
Syafrudin juga sempat membujuk Rohmanto untuk pulang kampung bersama demi mengetahui keberadaan keluarga almarhum.
Baca juga: Pesan Wali Kota Helldy Agustian saat Lantik Ratusan Pejabat PNS Pemkot Cilegon
Tapi, hasilnya tetap nihil.
Mendiang tidak pernah menjawab ajakan pulang kampung bersama dari Syarifudin.
“Atau begini, ‘kalau punya ongkos, kita pulang kampung bareng ayo, Pak. Entar main-main ke kampung bapak ya’. Eh, enggak tahunya, kejadiannya kayak begini,” pungkas Syarifudin.
Berdasarkan informasi terakhir pihak kepolisian, jasad Rohmanto dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk menjalani visum.
Baca juga: Sebulan Jelang Coblosan, Wali Kota Cilegon Ingatkan PNS Netral di Pemilu 2024
Tangerang Selatan
Pilu dialami seorang dokter di Tangerang Selatan.
Dokter yang tinggal sebatang kara tersebut ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
Sang dokter ditemukan sudah dalam kondisi membusuk di sebuah rumah di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Kamis (11/1/2023).
Dokter tersebut berinisial Z dan sudah berusia lanjut usia, tepatnya 65 tahun.
Sang dokter diduga sudah meninggal dunia sejak lima hari lalu.
Baca juga: Viral Wanita Masuk UGD usai Tertawa Ngakak, Tiba-tiba Tak Bisa Bicara, Dokter Ungkap Penyebabnya
Dokter Z ditemukan dalam kondisi terlentang di tempat tidurnya saat ditemukan.
Hal ini diungkap Kapolsek Ciputat Timur, Kompol Kemas Arifin.
"Korban sudah dalam keadaan meninggal di atas tempat tidur dalam keadaan telentang," ucap Kemas dikutip TribunJakarta dari Kompas.com
"Korban meninggal dunia diperkirakan sudah sekitar 5 hari, karena sudah mengeluarkan aroma bau yang tidak sedap," imbuhnya.
Iklan untuk Anda: Viral Sopir Bus AKAP PO NPM Berhenti Tiba-tiba, Beri Tumpangan Ibu dan Balita Saat Hujan Deras
Advertisement by
Kemas mengatakan korban selama ini tinggal seorang diri di rumah yang kondisinya sudah tidak layak.
Berdasarkan foto yang diterima TribunJakarta, rumah Z terlihat dipenuhi banyak sampah dan barang-barang tidak terpakai.
Bahkan langit-langit rumah Z banyak yang sudah ambruk.
Agar terhindar dari panas dan hujan, Z terlihat memasang sebuah sprei lusuh di atas ranjangnya.
Terlihat juga beberapa batang bambu dan kayu di rumah Z.
Kedua benda tersebut dipakai untuk menahan langit-langit rumah yan tersisa agar tidak ikut rubuh.
"Korban tinggal sendirian di rumah kakaknya," ucap Kemas.
"Kondisi rumahnya sudah reyot, sudah tidak layak," imbuhnya.
Baca juga: Sosok Lo Siauw Ging, Dokter Dermawan di Solo yang Layani Pasien Tanpa Hitung Untung Rugi
Setelah ditemukan, jenazah Z langsung dibawa ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan.
Dari hasil visum et repertum sementara, korban diduga meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya.
"Korban meninggal dunia diduga karena sakit," ujar Kemas.
Pasalnya di tubuh Z tidak ditemukan luka-luka.
"Hasil olah TKP tidak ditemukan adanya tanda tanda kekerasan atau luka pada tubuh korban," jelas dia.
Dari hasil keterangan saksi, ketua RT setempat bertemu dengan korban dua bulan lalu.
"Menurut keterangan ketua RT setempat terakhir melihat korban sekitar 2 bulan yang lalu," kata Kemas.
Kemas mengatakan Z sedang mengalami depresi.
"Korban mengalami depresi," ucap dia.
Depok
Seorang lansia berinisial CW (74) ditemukan meninggal dunia dalam keadaan membengkak di rumahnya Jalan Singgalang, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Sabtu (13/1/2024).
Di usia senjanya, CW tinggal sendirian dan tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga.
Ia baru ditemukan saat salah satu keluarganya datang mengunjungi.
"Korban tinggal sendirian dan saat saksi AZ yang merupakan saudaranya, akan masuk ke dalam rumah, tidak ada jawaban," kata Kapolsek Cimanggis Kompol Judika Sinaga saat dihubungi, Minggu (14/1/2024).
"Kemudian, saudaranya menghubungi ketua RT setempat," tambah ia.
Rumah tak layak huni Berdasarkan pengamatan Kompas.com, terdapat beberapa sampah plastik dan kardus di halaman rumah korban.
Selain itu, terdapat juga barang bekas yang sengaja ditaruh di depan rumah korban.
Rumput-rumput tumbuh liar di sisi kanan halaman rumah korban.
Polisi juga menemukan banyak tumpukkan sampah di dalam rumah korban.
"Iya (banyak tumpukkan sampah di dalam rumah korban)," papar Adit.
Tidak ada tanda kekerasan pada jenazah Dari hasil pemeriksaan polisi, tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan pada jenazah korban.
Saat ditemukan, CW diduga sudah meninggal selama empat hari.
"Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Inafis, tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan," kata dia.
Dalam keterangan keluarga, diduga korban mengalami beberapa riwayat penyakit, antara lain jantung, tuberculosis (TBC), dan infeksi pencernaan lambung yang sudah lama.
"Korban tinggal sendirian dan memiliki riwayat penyakit antara lain jantung, TBC, Infeksi saluran pencernaan Lambung sudah lama," terang Judika. Tak pernah sosialisasi
Salah satu sekuriti bernama Yanto (65) mengatakan, korban tidak pernah interaksi dengan lingkungan sekitar.
Yanto sendiri terakhir melihat CW pada bulan lalu.
Namun, korban sama sekali tidak menyapanya.
"Saya sudah jadi sekuriti sejak tahun 1990. Beliau warga lama enggak pernah interaksi sama tetangga," jelas Yanto.
Kata Yanto, dahulu korban tinggal bersama istri dan anak laki-lakinya.
Namun, ia ditinggal karena masalah keluarga.
"Saya dengar dulu ada masalah keluarga, istri dan anaknya pergi dari rumah itu," singkat Yanto.
Sementara itu, Ketua RT 03/RW 017 Cimanggis, Depok, Adit (40) mengaku, sudah berusaha untuk menghampiri korban.
Namun, korban selalu menutup pintu apabila diajak berkomunikasi dengan warga.
Hal ini membuat Adit dan pengurus RT kesulitan untuk mengetahui kondisi terakhir korban.
"Semenjak saya menjabat dari tahun 2022 lalu, RT dan RW berusaha untuk memperkenalkan diri dengan beliau, selama ini tidak pernah dibukakan pintu," jelas Adit.
Tak hanya sekali Adit dan warga mencoba komunikasi dengan CW.
Bahkan, ia juga mencoba menghubungi nomor telepon CW yang terdaftar di sekretariat RT.
Namun, cara ini juga masih membuat korban bergeming.
"Kami selalu coba berkunjung pagi, siang, sore, dan malam tidak pernah dibukakan pintu oleh beliau," kata Adit.
Selain itu, korban tidak pernah membayar iuran sampah warga setiap bulannya.
Adit juga tidak pernah melihat korban membuang sampah di luar lingkungan rumahnya.
"Lucunya hampir tidak ada sampah dibuang dari rumah beliau. Dan sumbangsih uang lingkungan selama saya menjabat tidak pernah ada ya," imbuh Adit.
Adit juga merasa bingung bagaimana korban makan setiap harinya.
Warga sama sekali tidak pernah melihat korban belanja makanan di sekitar rumah.
"Makan juga darimana apakah beli atau buat sendiri. Itu masih menjadi misteri buat saya," kata dia.
Adit menduga, banyaknya barang bekas dan sampah yang ditumpuk di rumah CW, karena lansia itu kebingungan membuangnya.
"Makanya ada tumpukan barang-barang itu mungkin bisa jadi beliau bingung mau buang ke mana," terang dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nestapa Lansia di Depok yang Meninggal dalam Kesunyian di Rumah Penuh Sampah"
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Pilu Dokter di Tangerang Ditemukan Tewas Mengenaskan, Sebatang Kara di Rumah Reyot Tak Layak Huni
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kesendirian Rohmanto di Akhir Hayatnya, Tak Ada Keluarga dan Meninggal di Tumpukan Sampah"
Rohmanto's loneliness at the end of his life, he had no family and died in a pile of rubbish
Did you mean Kesendirian Rohmanto di Akhir Hayatnya, Tidak Ada Keluarga dan Meninggal di Tumpukan Sampah
| Samsat Kota Serang Buka Opsi Layanan Sampai Tengah Malam, Hari Terakhir Pemutihan Pajak Kendaraan |
|
|---|
| Harga Terjangkau, Ini 5 Rekomendasi Warung Nasi Padang Enak di Kota Serang |
|
|---|
| Rekomendasi Tempat Makan Siang Nikmat di Kota Serang: RM Taman Jaya Ujung Kulon, Banyak Pilihan Menu |
|
|---|
| Dishub Banten akan Pasang 22 Rambu Larangan Truk Tambang Melintas, Ini Daftar Lokasinya |
|
|---|
| Dede Rohana Terima Aspirasi Soal Infrastruktur hingga Masalah Truk Tambang saat Reses di Cilegon |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.