Sirine Bunyi Peringatkan Warga untuk Segera Evakuasi Jika Gempa Berpotensi Tsunami di Banten
Petugas akan memencet tombol sirene tersebut jika ada potensi terjadinya tsunami pasca-gempa bumi.
TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten siaga 24 jam di kantor untuk menjaga tombol sirine.
Petugas akan memencet tombol sirene tersebut jika ada potensi terjadinya tsunami pasca-gempa bumi.
Alat sirene dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) itu ditempatkan di tiga daerah yang memiliki potensi tsunami.
Baca juga: BPBD Banten Minta Warga Waspadai Potensi Bencana Hidrometeorologi
Kepala BPBD Banten Nana Suryana mengatakan tiga daerah itu adalah Pasauran Kabupaten Serang, serta Labuan dan Panimbang yang berada di Kabupaten Lebak.
"Jika ada gempa bumi yang berpotensi tsunami, tombol sirine akan ditekan petugas BPBD Banten," ujarnya saat berada di kantor TribunBanten.com, Selasa (15/1/2024).
Sirine sebagai peringatan dini akan berbunyi untuk memberikan peringatan kepada masyarakat agar segera melakukan evakuasi ke tempat yang aman.
Ketika sirene berbunyi, masyarakat memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri ke tempat evakuasi.
"Tergantung dari masing-masing lokasi. Ada yang 30 menit ada juga yang 40 menit. Kami sudah simulasikan," ucapnya.
Menurut Nana, peringatan dini berupa sirine dari BMKG ini baru ada pasca-tsunami yang terjadi di pesisir Banten pada 2019.
Rencananya BMKG akan menambah alat tersebut untuk ditempatkan di sejumlah daerah yang berpotensi terjadi tsunami.
Baca juga: BPBD Banten Ungkap Tidak Ada Korban Jiwa Usai Gempa Magnitudo 5,9 Bayah Lebak
"Kalau siang, potensi terjadinya tsunami terlihat. Tapi kalau malam, nelayan sudah menggunakan smartphone dan akan mengabarkan jika melihat sesuatu yang tidak seperti biasanya," ujarnya.
Selama ini petugas BPBD Banten bersama stakeholder terkait membunyikan sirene peringatan dini tsunami setiap bulan pada tanggal 26 pukul 10.00.
Sirene itu dibunyikan untuk menjaga alat tersebut masih berfungsi secara normal.
"Kenapa tanggal 26? Itu diambil dari peringatan Hari Kesiapsiagaan Nasional, yaitu pada 26 April. Masyarakat sudah tahu setiap tanggal 26 pukul 10.00 sirene itu berbunyi," kata Nana.
Bagaimana BPBD Banten melakukan mitigasi soal potensi terjadinya tsunami setinggi delapan meter di Cilegon?
Baca juga: Gempa Hari Ini 10 November: Bayah Banten Diguncang 2,8 Magnitudo, Tak Berpotensi Tsunami
Nana mengaku di Cilegon sudah banyak intervensi untuk mitigasi, baik nasional, provinsi, lokal, maupun corporate social responsibility (CSR).
"Tsunami setinggi delapan meter itu prediksi tertinggi. Yang juga perlu diperhatikan di Cilegon adalah perusahaan dengan kimia radioaktifnya. Semoga sudah punya standardisasi penanganan," ujarnya.
Dalam memitigasi, BPBD Banten juga membentuk desa tangguh untuk memperkuat masyarakat dalam menghadapi bencana alam.
"Sasarannya sampai ke keluarga. Bagaimana mereka mengidentifikasi dan mengimplementasi tanggap bencana," ucap Nana.
Pelatihan dan edukasi yang diberikan BPBD Banten yang menyasar hingga keluarga ini agar mereka tidak hanya bisa menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan sekitar, seperti lansia dan anak-anak.
Baca juga: 5 November Memperingati Hari Apa? Ini Sejarah HCPSN dan Hari Kesadaran Tsunami Sedunia
BPBD Banten melakukan berbagai cara dan upaya agar meminimalisasi jumlah korban akibat bencana alam.
Bahkan, BPBD Banten juga menyiapkan simulasi saat black out, yaitu tidak ada aliran listrik dan sinyal ponsel.
"Kami sudah simulasikan dan informasikan kepada masyarakat, ya kembali ke alam. Apakah pakai sandi, peluit, atau kentongan," ucapnya.
Menurut Nana, pihaknya tidak hanya fokus dalam penanganan bencana tsunami, tetapi juga yang lain, seperti banjir bandan dan angin puting beliung.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.