Skema Tiba-Bongkar-Berangkat Urai Penumpukan Penumpang di Pelabuhan Merak Dikritik Pengamat

Pengamat Transportasi dan Akademisi Institut Teknologi Sumatera (Itera) Lampung, IB Ilham Malik mengkritik skema "tiba-bongkar-berangkat"

|
Editor: Abdul Rosid

TRIBUNBANTEN.COM - Pengamat Transportasi dan Akademisi Institut Teknologi Sumatera (Itera) Lampung, IB Ilham Malik mengkritik skema "tiba-bongkar-berangkat" yang digunakan untuk mengurai penumpukan penumpang di Pelabuhan Merak.

Ilham menilai skema yang diterapkan untuk mengurai penumpukan penumpang di Pelabuhan Merak tersebut bukanlah solusi cerdas.

Menurutnya, over supply volume kendaraan yang masuk ke Pelabuhan Merak, harus dijawab dengan proporsional.

Baca juga: Toyota Calya Nabrak Tiang di Tol Tangerang-Merak, Pengemudi Dilarikan ke Rumah Sakit

"Caranya adalah membuka semua keran aliran agar arus kendaraan yang masuk ke Merak, bisa segera terseberang ke Pulau Sumatera," kata Ilham, dalam wawancara secara tertulis, kepada Kompas.com, Senin (8/4/2024).

Menurutnya, ada alternatif lain yakni menggunakan kapal-kapal besar milik Pelni atau pihak terkait untuk bisa beroperasi di Pelabuhan Ciwandan.

"Adapun kendaraan non penumpang bisa menggunakan kapal-kapal lainnya di BBJ (Bakauheni Bandar Jaya)," kata dia.

Baca juga: Kapolda Banten Beberkan Situasi Terkini Arus Mudik di Pelabuhan Merak

Seandainya semua kapal di Selat Sunda, ekspress dan reguler bisa beroperasi bersamaan di Merak, Ciwandan dan BBJ, kata dia, maka aliran arus kendaraan bisa mengalir.

"Tetapi, aliran kendaraan dari Sumatera harus tetap dilayani. Polanya bukan tiba-bongkar saja. Tetap tiba-bongkar-muat atau TBM. Walaupun, bongkaran di Pulau Jawa diarahkan ke Ciwandan dan Merak," kata Ilham.

Dia berpendapat, butuh rekayasa lalu lintas darat dan air yang simultan sepanjang waktu. Sehingga semua arus kendaraan yang sudah kadung menumpuk di Merak bisa diurai.

"Sebab, kapal dari Merak melakukan TBM di Bakauheni, lalu membawa kendaraan ke Ciwandan atau BBJ sehingga tidak menekan arus dari Merak ke Bakauheni," kata dia.

Rekayasa lalu lintas secara simultan ini bisa dijadikan taktis penanganan keadaan darurat.

Indikator keberhasilan solusi tersebut pun bisa dilihat dari masa tunggu penyeberangan dari Jawa-Sumatera dan sebaliknya.

"Bisa dikatakan berhasil jika masa tunggu dibawah 6 jam. Kalau semua selesai di atas 6 jam, ini namanya bukan penanganan by design," kata dia.

Bukan solusi cerdas

Ilham menambahkan, skema ataupun strategi bongkar tanpa muat di Pelabuhan Bakauheni bukanlah solusi yang cerdas.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved