Mengintip Dampak Negatif dan Positif Kebijakan Penghapusan Jurusan IPA, IPS dan Bahasa di SMA

Kemendikbud Ristek resmi mengeluarkan kebijakan penghapusan jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu pengetahuan sosial (IPS), dan Bahasa di SMA.

Editor: Abdul Rosid
Instagram Pejuangkampus
Kemendikbud Ristek resmi mengeluarkan kebijakan penghapusan jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu pengetahuan sosial (IPS), dan Bahasa di sekolah menengah atas (SMA). 

TRIBUNBANTEN.COM - Kemendikbud Ristek resmi mengeluarkan kebijakan penghapusan jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu pengetahuan sosial (IPS), dan Bahasa di sekolah menengah atas (SMA).

Kebijakan penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA mendapatkan tanggapan dari Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Martaji.

Ubaid menilai seharusnya Kemendikbudristek memperbaiki terlebih dahulu kualitas para guru di Tanah Air.

Baca juga: RESMI Ini Alasan Kemendikbud Hapus Jurusan IPA, IPS dan Bahasa di SMA

Menurutnya, kualitas tenaga pendidik di Indonesia masih jomplang. Ini belum berbicara tenaga pendidik di daerah-daerah 3T: tertinggal, terdepan, terluar.

"Sekolah itu ada delapan standar pendidikan di antaranya pembiayaan, mutu, guru, sarana, dan seterusnya. Itu harus merata, harus baik. Kalau standarnya masih buruk, masih di bawah rata-rata, ya mereka enggak bisa melakukan banyak hal," kata Ubaid, dikutip dari Warta Kota, Minggu (21/7/2024).

Ubaid menyatakan Kemendikbudristek terlalu banyak melakukan gonta ganti kurikulum pendidikan di Indonesia.

Akan tetapi, akar masalah dari pendidikan di Indonesia belum kunjung terselesaikan yakni soal kompetensi guru.

Ia mencontohkan kompetensi bahasa Inggris guru di Indonesia itu rata-rata Toefl-nya ada di angka 300.

Padahal standar minimal guru bahasa Inggris itu Toefl-nya ya di kisaran 500.

Namun yang terjadi adalah mengubah atau bahkan mengganti kurikulum yang di dalamnya disebut metode pembelajarannya harus atraktif.

"Tetapi yang harus kita tahu bahwa guru (bahasa Inggris) di kita itu skor Toefl-nya 300," ucap Ubaid yang menyebut metode apa pun dari Kemendikbudristek tidak akan berdampak karena skor Toefl guru bahasa Inggris di Indonesia di angka 300.

"Kalau misalnya guru kita skornya sudah 500, kita bisa bicara kenapa skor guru 500 tapi muridnya masih 300? Nah itu baru tuh ada kurikulum diubah, diadaptasi, dibolak balik, bagaimana caranya supaya gurunya saja skornya 500, masa muridnya 300, kan gitu," sambungnya.

Belajar semua mata pelajaran

Sebelumnya diberitakan, pada Kurikulum Merdeka Kemendikbudristek menghapus sistem penjurusan IPA, IPS dan Bahasa di SMA.

Kebijakan dari Kurikulum Merdeka tahun ini akan mulai diterapkan di sekolah seluruh Indonesia.

Sumber: Warta Kota
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved