Dibangun Sejak 1983, SDN Suci Kota Serang Dindingnya Bolong dan Pintu Lapuk

Kondisi bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Suci yang terletak di Kampung Suci, Kelurahan Terumbu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, sangat memprihatin

Editor: Glery Lazuardi
Ade Feri/TribunBanten.com
Kondisi bangunan SDN Suci, yang berlokasi di Kampung Suci, Kelurahan Terumbu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang ini sangat tidak layak dan memprihatinkan 

TRIBUNBANTEN.COM - Kondisi bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Suci yang terletak di Kampung Suci, Kelurahan Terumbu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, sangat memprihatinkan. 

Berdiri sejak tahun 1983, bangunan sekolah ini kini berada dalam kondisi yang sangat buruk dan membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca juga: Perbaikan Sekolah Rusak di Kota Serang Butuh Anggaran Rp 5 Miliar, Ini Kata Dindikbud

Pantauan TribunBanten.com, beberapa bagian bangunan sekolah menunjukkan kerusakan yang parah. 

Dinding-dinding sekolah yang dulunya dicat kini tampak kusam, bolong, dan terpaksa ditambal dengan triplek. 

Pintu-pintu ruang kelas pun sudah lapuk dan tak lagi memiliki gagang, sementara jendela-jendela juga terlihat rusak, sebagian besar termakan usia.

Selain itu, plafon di sejumlah ruangan juga bolong, dan sekolah ini tidak memiliki fasilitas MCK, kantin, serta perpustakaan. 

Kepala SDN Suci Dedi Salafudin, mengatakan bahwa sekolah ini tidak pernah mendapatkan perbaikan besar sejak pertama kali dibangun. 

Perbaikan ringan terakhir dilakukan pada tahun 2014.

"Sejak dibangun pada tahun 1983, hanya perbaikan-perbaikan kecil yang dilakukan, seperti pengecatan dan penambalan dinding yang bolong. Itu pun terakhir kali pada tahun 2014," ujar Dedi, saat ditemui di SDN Suci pada Rabu (18/12/2024).

Selain kondisi fisik bangunan yang buruk, SDN Suci juga menghadapi masalah kekurangan ruang kelas. 

Dengan jumlah siswa mencapai 415 orang, sekolah ini hanya memiliki enam ruang kelas. 

Hal ini menyebabkan pihak sekolah terpaksa menerapkan sistem belajar dua sesi, yakni sesi pagi dan siang.

“Sekolah ini memiliki 415 siswa, namun hanya memiliki enam ruang kelas. Jadi, kami harus membagi siswa menjadi dua sesi, pagi dari pukul 07.00 hingga 11.00, dan siang dari pukul 11.00 hingga 15.00," jelas Dedi.

Baca juga: Sekolah Rusak di Kota Serang Tak akan Diperbaiki di Tahun 2023, Ini Alasan Dindikbud

Meski sistem ini membuat siswa dan guru merasa lelah, namun Dedi mengungkapkan bahwa hal ini dilakukan demi memastikan anak-anak mendapatkan haknya untuk belajar. 

"Meskipun siswa harus mengikuti madrasah setelah sekolah, kami tetap berusaha agar mereka mendapatkan pendidikan yang layak," tambah Dedi.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved