Syiar Islam

Menelisik Masjid Sumpah di Cilegon Kerap Jadi Tempat Warga yang Berselisih untuk Mengucap Sumpah

Masjid di Kampung Terate Udik, Kelurahan Masigit, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon memiliki nama yang beda dari kebanyakan masjid yang ada.

Penulis: Muhammad Uqel Assathir | Editor: Ahmad Haris
TribunBanten.com/Muhammad Uqel
Tampak depan Masjid Sumpah yang berlokasi di Terate Udik, Kelurahan Masigit, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon, Banten. Sabtu, (8/3/2025). 

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Muhammad Uqel

TRIBUNBANTEN.COM, CILEGON - Salah satu masjid yang berlokasi di Kampung Terate Udik, Kelurahan Masigit, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon memiliki nama yang beda dari kebanyakan masjid yang ada.

Biasanya, penamaan masjid menggunakan nama-nama yang memiliki unsur ketimuran, atau mengutip nama dari ayat Al-Quran atau Asmaul Husna.

Namun, masjid yang diketahui sudah ada sejak masa kesultanan banten itu memiliki nama yang unik, yakni 'Masjid Sumpah'.

Baca juga: Kondisi Masjid Agung Cilegon Memprihatinkan: Atap Bocor, Tembok Kotor Tak Terawat!

Kasepuhan Kampung Terate Udik, Abdul Gofar (76) mengatakan, penamaan masjid sumpah itu lantaran kerap dijadikan tempat bersumpah bagi warga yang berselisih.

Pada Tahun 1960, kerap terjadi perselisihan antar warga yang tidak selesai dengan cara bermusyawarah.

Sehingga, kedua belah pihak yang berkonflik itu bersepakat untuk bersumpah mengungkap fakta kebenaran.

 

 

"Ya sering buat sumpah, misalnya ada pencuri kemudian ada yang melihat, ditanyain tidak mengaku, nah itu akhirnya di bawa ke masjid sumpah terate udik untuk dimintai sumpah," ujar Ahmad Gofar kepada TribunBanten.com di kediamannya, Sabtu, (8/3/2025).

Gofar menuturkan, warga yang ingin mengucap sumpah bukan hanya dari cilegon saja, tetapi dari berbagai daerah.

"Itu bukan hanya warga sini saja, dari Bandung, Bogor. Orang Nanten lama juga sering ke sini (masjid sumpah-Red)," ucapnya.

Diceritakan Gofar, usai mengambil sumpah, salah satu orang yang berbohong nantinya akan menanggung akibatnya.

Namun, ketika orang itu jujur menyampaikan sumpah nya, maka tidak ada dampak apapun.

"Dampaknya nanti kualat kata orang sini mah, atau menanggung sesuai dengan ucapan sumpah. Bahkan, Ada yang perutnya tiba-tiba membesar," jelasnya.

Sebelum proses sumpah itu dimulai, kata Gofar, kedua belah pihak biasanya diberikan nasihat terlebih dahulu agar bisa diselesaikan secara musyawarah.

Namun, ketika tidak menemui titik terang, maka langsung di mulai untuk bersumpah.

Kedua belah pihak yang berselisih itu dipersilakan duduk di pusaran masjid, tepatnya di ruang tengah masjid.

Mereka duduk bersila dan kepala nya di tutup menggunakan kain kafan.

Kemudian di atas kepala nya disematkan Al-Quran oleh sang penuntut sumpah sambil dibacakan doa.

"Dulu mah sering banyak orang sumpah, tapi jangan gegabah karena bisa membahayakan diri sendiri kalau tidak mengaku," katanya.

Kini, kata Gofar, masjid sumpah itu tidak lagi digunakan untuk mengambil sumpah lantaran khawatir ada dampak buruk.

Selain digunakan untuk bersumpah warga yang berselisih, dahulu kala juga masjid itu dijadikan bersumpah meluruskan niat bagi para Wali yang ingin menyebarkan Agama Islam.

Gofar menuturkan, warga setempat tidak mengetahui secara pasti kapan masjid itu pertama kali dibangun.

Secara bangunan, masjid sumpah dibangun menggunakan tembok bata dan pada bagian jendelanya menggunakan kayu yang klasik.

Baca juga: Catat! Ini Rangkaian Kegiatan di Masjid Agung Rangkasbitung Selama Ramadhan 2025

Di bagian dalam masjid, terdapat dua ruangan, yaitu ruangan depan untuk sholat jama'ah dan imam.

Kemudian di ruang tengah, tempat yang dijadikan warga untuk mengucap sumpah.

Kini, bangunan itu sudah beberapa kali dilakukan renovasi pada bagian atap dan sempat di cat ulang di bagian temboknya.
 

Sumber: Tribun Banten
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved