Lebaran 2025

Lebaran 2025: THR Dihemat, Daya Beli Melemah, Pemudik Berkurang Drastis

Lebaran acap kali menjadi momen perputaran uang yang cukup cepat dan besar. Namun kondisi itu berbeda di tahun 2025.

Editor: Abdul Rosid
TribunBanten.com
Antrean motor pemudik - Lebaran acap kali menjadi momen perputaran uang yang cukup cepat dan besar. Namun kondisi itu berbeda di tahun 2025. Daya beli masyarakat melemah, pemudik berkurang drastis, dan pusat perbelanjaan terasa lebih sepi dibanding tahun-tahun sebelumnya. 

TRIBUNBANTEN.COM - Lebaran acap kali menjadi momen perputaran uang yang cukup cepat dan besar. Namun kondisi itu berbeda di tahun 2025.

Kondisi itu tidak terlepas dari daya beli masyarakat melemah, pemudik berkurang drastis, dan pusat perbelanjaan terasa lebih sepi dibanding tahun-tahun sebelumnya. 

Masyarakat kini lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang, termasuk dalam memanfaatkan Tunjangan Hari Raya (THR).

Biasanya, THR langsung digunakan untuk belanja baju baru, makanan, dan kebutuhan Lebaran lainnya. Namun, tahun ini banyak orang memilih untuk lebih cermat.

Lina Fadliah (34), seorang pramudi Transjakarta, mengatakan bahwa ia tetap membeli baju Lebaran, tetapi hanya satu atau dua potong saja.

Sementara itu, rekan kerjanya, Bambang Sugianto (53), menegaskan bahwa tahun ini THR harus lebih dihemat.

”Kalau dulu THR bisa buat banyak keperluan, sekarang harus lebih hemat. Harus menyesuaikan diri,” ujar Bambang mengutip Kompas.id.

Menurut data Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik Lebaran 2025 turun 24 persen dibanding tahun lalu. Biaya perjalanan yang semakin mahal membuat banyak orang terpaksa membatalkan rencana mudik.

Ria (35), seorang dosen di Palangka Raya, harus membatalkan mudik ke Aceh karena tiket pesawat untuk empat orang mencapai Rp 35 juta, jumlah yang sulit dijangkau dengan kondisi ekonomi saat ini.

Sementara itu, Alia (36) tetap mudik ke Serang, tetapi dengan anggaran yang dipangkas drastis dari Rp 5 juta menjadi Rp 1 juta akibat dampak PHK yang ia alami sejak Oktober 2024.

Kelesuan di Pusat Perbelanjaan

Di pusat perbelanjaan, tren penurunan belanja semakin nyata. Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia, Budihardjo Iduansjah, mengungkapkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak mencapai target, hanya tumbuh 20 persen dari target 30 persen.

”Perusahaan menargetkan tumbuh 30 persen, tetapi hanya mencapai 20 persen. Itu artinya di bawah target.” ujar Budiharjo pada Senin (3/3/2025).

Peritel yang menyasar kelas menengah ke bawah, seperti Alfamart dan Indomaret, hanya mencatat pertumbuhan 10 persen dan 4 persen, sementara Matahari Department Store malah mengalami penurunan penjualan sebesar 2,6 persen.

Menurut Yongky Susilo, Board Expert Hippindo, masyarakat kelas menengah dan atas juga menahan belanja, sehingga tidak hanya kelompok ekonomi bawah yang terdampak.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved