Angel Ahli Bela Diri
Myat Thu mengenal Angel di latihan taekwondo. Dia adalah seorang ahli dalam seni bela diri serta penari di Mandalay's DA-Star Dance Club.
Dia juga berbagi kebanggaannya mengikuti pemilu untuk pertama kalinya pada 8 November lalu - memposting foto dirinya mencium jarinya, yang bernoda ungu untuk menunjukkan dia telah memilih.
"Suara pertama saya, dari lubuk hati saya yang paling dalam," dia memposting, dengan enam hati merah.
"Aku melakukan tugasku untuk negaraku," tulisnya.
Pada hari kudeta, Angel bercanda di Facebook bahwa dia tidak tahu apa yang terjadi ketika internet terputus.
Pada hari-hari berikutnya, dia memposting foro dirinya berdiri di jalan melambaikan bendera merah Partai Liga Nasional Untuk Demokrasi Suu Kyi.
Dalam satu set foto, dia berpose sebagai ayahnya mengikat pita merah di pergelangan tangannya.
Dia terus berjalan bahkan ketika aksi protes semakin berbahaya dan ketika junta mengerahkan pasukan tempur dengan senapan serbu bersama polisi.
Seperti Angel, lebih dari puluhan demonstran lainnya telah terbunuh oleh tembakan aparat kemanan di bagian kepala, menimbulkan kecurigaan di antara kelompok-kelompok hak asasi manusia bahwa mereka sengaja menjadi sasaran.
Baca juga: Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar Win Myint Ditahan Saat Tengah Malam, Ini Kronologinya
Baca juga: 500 WNI Berada di Myanmar Saat Kudeta Militer, Mayoritas Pekerja
Angel tahu dia mempertaruhkan nyawanya
Seorang teman, Kyaw Zin Hein, membagikan salinan pesan terakhir Angel kepadanya di media sosial.
Pesan Angel itu berbunyi: "Ini mungkin terakhir kalinya saya mengatakan ini. Aku sangat menyayangimu. Jangan lupa".
Di Facebook, dia telah memposting rincian medisnya dan permintaan untuk menyumbangkan tubuhnya jika dia terbunuh.
Pesan kesedihan dan pujian membanjiri halaman Facebooknya pada hari Rabu.
"Dia adalah seorang gadis yang bahagia, dia mencintai keluarganya dan ayahnya sangat mencintainya juga," kata Myat Thu.
Kemudian Myat Thu menuliskan, "Kita tidak dalam perang. Tidak ada alasan untuk menggunakan peluru tajam yang mengarah kepada orang- orang. Jika mereka adalah manusia, mereka tidak akan melakukannya."
Sebelumnya Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Myanmar, Christine Schraner Burgener melaporkan setidaknya 38 orang tewas di Myanmar Rabu (3/3/2021) ketika aparat keamanan menemnaki para demonstran untuk membubarkan massa aksi protes terhadap pemerintahan militer pada Rabu (3/3/2021).
Dia menyebut setidaknya 50 orang sudah tewas dan masih banyak warga sipil menjadi korban luka-luka sejak kudeta yang menggulingkan pemerintahan yang terpilih secara demokratis di bawah Aung San Suu Kyi.
(Berita ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah di Balik Perjuangan Kyal Sin, Gadis 19 Tahun Ditembak Kepalanya Saat Demonstrasi di Myanmar dan Kompas.com dengan judul "Gadis 19 Tahun Ini Ditembak Mati Saat Kenakan Kaus "Segalanya Akan Baik-baik Saja dan "Aksi Suster Ann Roza Lindungi Demonstran Myanmar: Tolong, Tembak Saya Saja")