Kabar Dunia

Mayoritas Warga Israel Tolak Pemimpinnya Kembali Berkuasa, Karier Netanyahu Diujung Tanduk

Popularitas Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampaknya kian menurun tajam di penghujung tahun 2025.

Editor: Ahmad Haris
Tangkapan Layar Kanal Youtube United Nations
Sebanyak 180 negara, termasuk Indonesia, walk out saat PM Israel Benjamin Netanyahu berpidato. 

TRIBUNBANTEN.COM - Popularitas Benjamin Netanyahu sebagai Perdana Menteri Israel dikabarkan kian menurun tajam di penghujung tahun 2025.

Dalam jajak pendapat terbaru yang dirilis oleh media lokal Israel Channel 12, menunjukkan bahwa mayoritas warga Israel tidak menginginkan Netanyahu kembali mencalonkan diri dalam pemilihan umum berikutnya.

Berdasarkan hasil survei tersebut, 52 persen responden menolak Netanyahu maju lagi.

Baca juga: Pulang dari KTT Perdamaian Gaza, Presiden Prabowo: Pasukan Israel Ditarik, Gencatan Senjata Berjalan

Sementara 41 persen menyatakan masih mendukungnya, dan 7 persen memilih tidak memberikan pendapat.

Angka ini memperlihatkan penurunan signifikan dalam dukungan terhadap perdana menteri paling lama menjabat dalam sejarah Israel itu.

Pengamat politik menilai anjloknya dukungan publik disebabkan oleh kombinasi faktor politik, hukum, dan sosial yang semakin menekan pemerintahannya.

Alasan Popularitas Netanyahu Merosot
Salah satu penyebab utama adalah serangkaian kasus korupsi yang menjeratnya.

Netanyahu belakangan diketahui tengah menghadapi tuduhan suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan dalam beberapa skandal yang melibatkan pemberian hadiah mewah dan kesepakatan dengan media besar.

Selain skandal hukum, Netanyahu juga dinilai gagal mengelola berbagai krisis besar yang melanda Israel.

Pada masa pandemi COVID-19, pemerintahannya sempat mendapat pujian, namun kemudian menuai kritik karena kebijakan yang tidak konsisten dan dianggap lebih politis daripada berbasis sains.

Krisis kepercayaan itu diperparah oleh reformasi peradilan kontroversial yang digagas Netanyahu bersama koalisinya.

Kebijakan tersebut dituduh melemahkan lembaga kehakiman dan mengancam demokrasi Israel, memicu protes besar-besaran di berbagai kota.

“Banyak warga melihat Netanyahu lebih mementingkan kelangsungan kekuasaannya daripada kepentingan negara,” ujar seorang analis politik Israel kepada Channel 12.

Lebih lanjut penurunan popularitas juga dipengaruhi oleh kegagalan Netanyahu dalam menangani isu keamanan nasional, terutama sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Serangan itu menewaskan setidaknya ratusan warga dan mengguncang sistem pertahanan Israel

Netanyahu dikritik karena gagal mengantisipasi ancaman dan dianggap bertanggung jawab atas kelalaian intelijen.

Perpecahan di dalam pemerintahan semakin tajam ketika sejumlah menteri, termasuk Menteri Pertahanan, berbeda pandangan soal strategi menghadapi Hamas dan pembebasan sandera.

Situasi ini lantas menimbulkan kesan bahwa koalisi pemerintahan Netanyahu sedang retak dari dalam.

Kebijakan luar negeri Netanyahu juga menuai kritik tajam, terutama dari sekutu tradisional seperti Amerika Serikat.

Keputusan Israel yang dianggap terlalu keras dalam konflik Gaza membuat hubungan diplomatik dengan Washington menegang.

Beberapa diplomat menilai Netanyahu telah kehilangan kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara keamanan nasional dan tekanan global.

Dengan serangkaian tekanan politik, tuduhan korupsi, protes publik, dan krisis kepercayaan yang membesar, masa depan Netanyahu kini berada di ujung tanduk.

Banyak warga Israel menilai sudah waktunya bagi negara itu untuk melangkah ke babak baru dengan kepemimpinan yang lebih segar dan kredibel.


SUMBER: TRIBUNNEWS

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved