Kabar Dunia
Tolak Wajib Militer, 200 Ribu Yahudi Ultra-Ortodoks Turun ke Jalan di Yerusalem
Sekitar 200.000 warga Yahudi ultra-Ortodoks memadati Yerusalem Barat pada Kamis (30/10/2025).
Menurut data pemerintah, kaum ultra-Ortodoks atau Haredi mencakup sekitar 14 persen populasi Israel, dengan sekitar 66.000 pria usia militer yang sebelumnya mendapat pengecualian.
Banyak warga Israel menilai kelompok ini belum memikul beban yang adil dalam konflik berkepanjangan di Gaza, Lebanon, dan Iran.
Media The New York Times melaporkan bahwa keputusan pengadilan tersebut telah mengguncang koalisi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, setelah partai ultra-Ortodoks United Torah Judaism (UTJ) keluar dari koalisi pada Juli lalu.
Militer Israel (IDF) menyatakan membutuhkan 12.000 prajurit tambahan untuk memenuhi kebutuhan keamanan yang meningkat sejak perang Gaza pecah pada Oktober 2023.
Para rabi Haredi khawatir wajib militer akan mengancam cara hidup religius mereka yang ketat.
Demonstrasi besar di Yerusalem ini menunjukkan semakin dalamnya ketegangan antara agama dan negara di Israel — sebuah dilema lama yang kini memuncak di tengah tekanan perang dan politik yang tak kunjung reda.
Mengenal Yahudi ultra-Ortodoks
Yahudi ultra-Ortodoks adalah kelompok dalam agama Yahudi yang sangat ketat menjalankan hukum-hukum Taurat (Torah) dan tradisi keagamaan leluhur mereka.
Mereka juga dikenal dengan sebutan Haredi (jamak: Haredim), yang berasal dari bahasa Ibrani ḥared, artinya “yang takut akan Tuhan.”
Kelompok ini menolak modernisasi dan pengaruh budaya sekuler, serta berupaya menjaga kemurnian kehidupan religius mereka melalui aturan berpakaian, pendidikan, dan peran sosial yang sangat tradisional.
Laki-laki Haredi biasanya mengenakan pakaian hitam, topi lebar atau kippah, serta memelihara janggut panjang dan payot (rambut ikal di pelipis), sedangkan perempuan mengenakan pakaian tertutup dan menutup rambut setelah menikah.
Dalam kehidupan sehari-hari, mereka memusatkan kegiatan pada studi kitab suci dan doa, serta umumnya hidup di komunitas tertutup seperti di Yerusalem (Mea Shearim), Bnei Brak (Israel), Brooklyn (New York), dan London (Stamford Hill).
Secara politik dan sosial, Yahudi ultra-Ortodoks sering bersikap konservatif, bahkan menolak konsep negara sekuler Israel karena menganggap hanya Mesias yang berhak mendirikan negara Yahudi sejati.
Sebagian kelompok Haredi kini ikut berpartisipasi dalam pemerintahan Israel, terutama melalui partai-partai religius seperti Shas dan United Torah Judaism.
SUMBER: TRIBUNNEWS
| Mayoritas Warga Israel Tolak Pemimpinnya Kembali Berkuasa, Karier Netanyahu Diujung Tanduk |
|
|---|
| Kala Trump Kembali Puji Prabowo di Depan 25 Kepala Negara Besar Dunia |
|
|---|
| Dihadiri Prabowo, Trump Sebut KTT Perdamaian Gaza Jadi Simbol Penutup Potensi Perang Dunia III |
|
|---|
| 27 Kepala Negara Hadiri KTT Perdamaian Gaza di Mesir, Prabowo Satu-satunya dari Asia Tenggara |
|
|---|
| Gelombang Protes Meletus di Kota Besar Eropa usai Israel Cegat Armada Global Sumud Flotilla ke Gaza |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.