Kisah Rio Setelah Kena PHK, Pulang Kampung Berjalan Kaki dari Jakarta Sejauh 440 Km

Saya pernah ditanya mau ke mana? Saya jawab mau ke Solo. Mereka terkejut. Ada yang minum sampai kesedak. Terus saya mau bayar pemilik warung tidak mau

KOMPAS.com/LABIB ZAMANI
Maulana Arif Budi Satrio (38) atau akrab disapa Rio, warga Sudiroprajan, Jebres, Solo sedang menjalani karantina 14 hari setelah pulang dari Jakarta di Gedung Graha Wisata Niaga Solo, Jawa Tengah, Selasa (19/5/2020) 

TRIBUNBANTEN.COM - Setelah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaan tempatnya bekerja di Jakarta Timur, Maulana Arif Budi Satrio memilih pulang ke kampung halaman.

Dia kena PHK akibat pandemi wabah virus corona.

Pria berusia 38 tahun ini nekat pulang kampung dengan berjalan kaki dari Cibubur, Jakarta Timur hingga Gringsing, Kabupaten Batang, sejauh 440 kilometer.

Ketika tiba di Gringsing, pria yang biasa disapa Rio ini dijemput komunitas Pengemudi Pariwisata Indonesia  atau Peparindo Jawa Tengah sampai ke kampung halamannya di Solo.

Rio mengaku bekerja di Cibubur sebagai sopir bus pariwisata sudah hampir tiga tahun. 

Bisnis persewaan bus pariwisata di Jakarta masih berjalan lancar. Namun, setelah wabah corona, bisnis persewaan bus pariwisata mulai kena dampak, termasuk tempat Rio bekerja.

Awalnya hanya beberapa kru bus yang kena PHK. Namun, Rio juga kena PHK.

"Saya menerima berita di PHK dari kantor 8 Mei 2020," kata Rio ketika ditemui Kompas.com di Gedung Graha Wisata Niaga Solo, Jawa Tengah, Selasa (19/5/2020).

Dia berpikir antara bertahan hidup di Jakarta atau memilih untuk pulang ke Solo.

Jika tetap di Jakarta, dia harus membayar uang sewa kontrakan dan masih mencukupi kebutuhan hidup setiap hari.

Padahal Rio sudah tidak memiliki pekerjaan tetap karena terkena PHK.

Dengan penuh pertimbangan, Rio akhirnya memutuskan untuk pulang ke kampung halaman di Solo.

"Saya mencoba naik angkutan umum tapi sangat mahal Rp 500.000 tarifnya. Terus yang datang bukan bus tapi ELF dan penumpangannya melebihi kapasitas," ucap Rio.

"Akhirnya saya minta uangnya. Paginya saya berangkat lagi pinjam kendaraan pribadi. Sampai di Cikarang harus balik, harus ribut dulu sama petugas. Saya tetap mengotot untuk pulang karena di- PHK tidak ada pendapatan terus mau ke mana?" kata Rio.

Tidak ingin ribut terlalu lama dengan petugas, Rio akhirnya putar balik dan kembali lagi ke pool.

Dia pun berpikir jalan satu-satunya untuk bisa pulang ke Solo adalah dengan berjalan kaki.

Rio berangkat dari Cibubur, Jakarta Timur pada Senin (11/5/2020) setelah salat Subuh.

Pada waktu akan berangkat ke Solo, Rio sempat dicegah oleh teman-tamannya supaya tinggal sementara di rumah mereka.

"Saya tidak mau merepotkan mereka. Saya habis salat Subuh langsung berangkat dari Cibubur jalan kaki ke Solo," kata dia.

Rio berhenti untuk istirahat di Jatisari, Pamanukan sekitar pukul 10.00 WIB.

Setelah itu dirinya melanjutkan perjalanan dan tiba di Cirebon pada Selasa (13/5/2020) sekitar pukul 03.00 WIB.

Setelah itu, Rio kembali melanjutkan perjalanannya sampai di Kabupaten Batang pada Rabu (13/5/2020).

Rio melanjutkan perjalanan dan sampai Gringsing pada Kamis (14/5/2020) sore.

"Sampai Gringsing Kamis sore. Saya dijemput dari teman-teman Peparindo diantar pulang ke Solo. Saya tiba di Solo hari Jumat pukul 08.00 WIB," ujar dia.

Setiap hari Rio menempuh perjalanan sekitar 100 kilometer.

Selama di perjalanan ia selalu berupaya untuk tetap berpuasa.

Medan yang terlalu berat selama dirinya berjalanan kaki adalah di kawasan Karawang Timur sampai Tegal.

"Udaranya sangat panas. Sampai gosong semua kulit saya karena panas," ungkap dia.

Setiap warung makan yang dia singgahi untuk berbuka puasa maupun sahur selalu yang punya warung makan tidak mau dibayar.

Mereka iba dengan kondisi Rio yang berjalan kaki dari Cibubur untuk bisa pulang ke kampung halaman.

"Saya pernah ditanya mau ke mana? Saya jawab mau ke Solo. Mereka terkejut. Ada yang minum sampai kesedak. Terus saya mau bayar pemilik warung tidak mau dibayar," paparnya.

Rio tiba di Solo, Jumat (15/5/2020) sekitar pukul 08.00 WIB.

Ia langsung dibawa ke gedung karantina milik Pemkot Solo di Graha Wisata Niaga Jalan Slamet Riyadi untuk menjalani karantina selama 14 hari di gedung tersebut.

Karantina dilakukan karena baru saja pulang mudik dari zona mereh penyebaran virus corona.

Selama karantina di gedung tersebut, semua kebutuhan makanan disiapkan oleh Pemkot Solo.

Rio mengaku sempat berpikir tempat karantina itu tidak nyaman dan seperti penjara.

Namun, setelah beberapa hari menjalani proses karantina, Rio mengaku sangat nyaman dan betah tinggal di tempat karantina.

"Saya kaget. Di sini teman-teman yang juga menjalani karantina itu sudah seperti keluarga. Makan terjamin, tidur nyaman, saya dapat kasur baru yang masih diplastik. Jadi benar-benar luar biasa bagi sana. Sangat memanusiakan manusia," ucap Rio.

Disinggung apa rencana setelah selesai menjalani karantina, Rio menjawab ingin berziarah ke makam kedua orangtuanya di pemakaman umum Bonoloyo, Kadipiro, Solo.

"Rencananya setelah keluar karantina saya mau ke makam orangtua di Bonoloyo," ujar dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Di-PHK dan Uang Habis, Sopir Bus Mudik Jalan Kaki 440 Km dari Jakarta ke Solo"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved