Viral Mahasiswa UIN di Tangerang Bayar Kuliah Pakai Uang Logam, Tak Dinyana Beratnya 17,5 Kilogram

Tidak sanggup membawa sendiri, Saeful meminta tolong teman untuk membantunya membawa uang hasil tabungan keluarga itu ke bank.

Editor: Abdul Qodir
Twitter.com/@hewanberbicara
Mahasiswa yang membayar biaya kuliah menggunakan uang recehan menjadi viral di sosial media. 

"Tahun kemarin sempat pinjam duit buat bayar UKT, mau minjam lagi juga enggak enak, minjam-minjam mulu buat bayar kuliah. Akhirnya ada tabungan dibukalah itu, hari Rabu kalau enggak salah," tutur Saeful.

Akhirnya, ia bersama orang tuanya yang tinggal di Cisoka, Kabupaten Tangerang memutuskan untuk membongkar celengan keluarga yang diisi sejak 2016.

"Akhirnya ada tabungan dibukalah itu, hari Rabu kalau enggak salah," ujar Saeful.

Meski demikian, Saeful sempat sangsi dengan celengan keluarganya yang hanya berisi uang logam pecahan Rp 1.000 itu.

Namun, setelah dihitung seharian lebih, ternyata uang logam itu cukup untuk membayar UKT sebesar Rp 3,5 juta.

"Yasudahlah dicoba buka celengan, awalnya enggak yakin sampai ada Rp 3,5 juta. Akhrinya dihitung duitnya, pagi-pagi sudah dapat Rp 1,2 juta. Ngitungnya juga pegel, ditinggal tidur. Eh diterusin sama ibu, Ini sudah selesai, dan cukup," imbuh Saeful.

Saking banyaknya uang logam hasil celengan tersebut, Saeful sampai menimbang dan beratnya mencapai Rp 17,5 kilogram.

Tidak sanggup membawa sendiri, Saeful meminta tolong teman untuk membantunya membawa uang hasil tabungan keluarga itu ke bank.

"Besoknya berangkat lah saya minta tolong sama temen buat megangin, berat soalnya Rp 17,5 kilo. Teman juga kaget, eh ini duit. Kalau naik angkot pegal bawa duitnya. Akhirnya pakai motor dia berangkat," ujarnya.

Dari Cisoka, Saeful membayar biaya kuliahnya ke bank yang ada di Balaraja, Kabupaten Tangerang.

Apesnya, bank pertama yang didatangi mengaku sistemnya sedang error, padahal Saeful sudah sempat mengantre.

"Jam 09.30 WIB, sampai lah ke BNI, BNI sudah ngantre, ternyata embak-embaknya bilang eror," ujarnya sambil tertawa.

Tidak kalah apes, pada bank kedua yang disambangi, Saeful malah ditolak teller bank dengan alasan tidak ada alat penghitung uang logam.

"Nyobalah di Mandiri, sudah ngisi kertas gitulah, ngantre, sudah dimasukin datanya sama embak-embaknya. Saya nanya boleh enggak bayarnya pakai uang receh. Mungkin yang dia maksud seribuan dua ribuan kali ya, katanya boleh."

"Pas sudah maju sampai depan teller ditanya, 'Mana mas duitnya'. Saya panggil teman saya. Pas dilihat satu kardus, dia kaget, wah recehan," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved