Situasi Indonesia 2020 Disebut Mirip 1998, Orang Kota Mulai Pindah ke Desa

Pakar Transportasi Kerakyatan, Darmaningtyas, ingat betul fenomena besar yang terjadi sekitar 22 tahun lalu saat krisis ekonomi terjadi.

Editor: Glery Lazuardi
istimewa
Ilustrasi Petani 

“Supaya kalau mau membeli sesuatu atau mengangkut produk, mereka tidak mengalami hambatan soal transportasinya,” kata Darma.

“Ini mayoritas di luar Jawa, terutama yang transportasinya berbasis sungai dan laut,” terangnya.

Menurut Darma, belum adanya grand design transportasi pedesaan membuat potensi pengembangan desa tidak optimal.

Baik dalam mendistribusikan produk-produk pertanian, maupun untuk memfasilitasi tumbuhnya wisata budaya dan alam.

Misalnya, petilasan Kembang Lampir di Gunungkidul yang menurut Darma perlu mendapat perhatian dalam akses transportasi.

“Selain untuk sarana mobilitas dan pengangkutan produk pertanian, transportasi juga dapat membangun reproduksi sosial dan budaya masyarakat desa,” kata Darma.

“Transportasi pedesaan bisa dikelola oleh BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Dalam mengembangkan transportasi pedesaan, prinsipnya tidak boleh mengabaikan keselamatan.”

“Fleksibel, terjangkau harganya, dan terjangkau tarifnya,” beber lelaki yang berulang tahun tiap 9 September ini.

Baca juga: Petani Keluhkan Buruknya Kondisi Ekonomi, Inovasi dan Pengembangan Bisnis Jadi Solusi

Baca juga: Petani Keluhkan Buruknya Kondisi Ekonomi, Inovasi dan Pengembangan Bisnis Jadi Solusi

Darma berharap, masing-masing desa kini mulai berpikir untuk membuat grand design transportasi pedesaan.

Pembangunan infrastruktur desa dapat menahan warganya agar tidak seluruhnya menjadi kaum urban.

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved