Dear Bu Airin, Ada Bayi Penderita Hidrosefalus di Tangsel Belum Tersentuh Bantuan Pemkot

"Sedih saya tidak tega setiap kali mendengar dia menangis atau kejang-kejang dulu," ucapnya tersedu-sedu.

Penulis: Zuhirna Wulan Dilla | Editor: Abdul Qodir
Tribunbanten.com/Zuhirna Wulan Dilla
Muhammad Falih Akmar, bayi 9 bulan, penderita Hidrosefalus atau kelainan pada kepalanya dipangkuan ibunda saat ditemui Tribunbanten.com di kontrakan di Kampung Babakan, Setu, Tangerang Selatan, Rabu (21/10/2020). 

Septian juga menceritakan dirinya diberhentikan sepihak oleh perusahaannya karena dianggap sibuk mengurusi keluarganya.

Laki-laki bertubuh sedikit gemuk, berkulit hitam dan rambut lurus hitam ini dulunya merupakan petugas kebersihan salah satu perusahaan otomotif di Tangsel.

"Iya saya diberhentikan sepihak karena kata bos kemarin saya terlalu sibuk ngurusin keluarga, ya habisnya gimana kasihan istri kalau saya lepas sendiri di rumah sakit," tuturnya dengan wajah muram namun matanya memancarkan aura kesal.

Saat ini ia hanya bekerja serabutan seperti membantu tetangga mengecat rumah atau membantu orang pindahan, yang hanya dibayar tidak menentu setiap harinya.

"Saya mah kerja apa saja yang penting ada buat beli susu dan pempers serta makan di rumah," ujarnya lirih.

Keluarga ini juga tidak mendapat bantuan sembako warga terdampak Covid-19 dari Pemkot Tangerang Selatan meski lahir dan mempunyai KTP sebagai warga asli Tangsel.

Bantuan yang mereka perolehnya hanya berasal dari RW setempat, berupa sembako dan uang tunai untuk menyambung hidup.

"Kemarin saya juga sempat menunggak kontrakan dua bulan karena uang habis buat biaya ongkos kontrol Akmar, apalagi harus naik mobil kalau kontrol ke rumah sakit."

"Kalau naik motor, dia muntah-muntah terus, saya tidak tega," ucapnya terbata-bata seraya menundukkan kepala.

Kontrakan yang ditempati keluarga Septian di Kampung Babakan, hanya terdiri dari tiga kama.

Dari kontrakan itu, Septian dan istri mengaku terus berdoa untuk kesembuhan anak keduanya tersebut.

"Saya mah tidak berharap banyak hanya ingin kesehatan untuk keluarga saya," harapnya dengan penuh kesedihan.

Sampai saat ini belum ada bantuan dari pemerintah atau pihak manapun yang terjun langsunv menengok kondisi sang balitanya kecuali ketua RW.

Bahkan ketua RT pun tidak memberikan bantuan atau memberikan solusi untuk keluarga kecilnya itu.

Septian juga berterima kasih kepada kakak iparnya yang telah menginformasikan lewat media sosial melalui gerakan donasi ojek online Tangsel.

Besar harapannya ada pihak dari pemerintah atau swasta maupun dengan warga yang terketuk hatinya untuk membantu balita tercintanya.

"Semua orang tua ingin anaknya normal seperti anak lainnya," tukasnya.

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved