Festival Seni Multatuli Digelar Secara Virtual September 2021
Pemerintah Kabupaten Lebak merencanakan menggelar Festival Seni Multatuli (FSM) secara virtual di Museum Multatuli Lebak, Banten, pada 2021.
Penulis: Rizki Asdiarman | Editor: Glery Lazuardi
Laporan wartawan TribunBanten.com, Rizki Asdiarman
TRIBUNBANTEN.COM, LEBAK - Pemerintah Kabupaten Lebak merencanakan menggelar Festival Seni Multatuli (FSM) secara virtual di Museum Multatuli Lebak, Banten, pada 2021.
Baca juga: Kunjungan Wisatawan di Banten Anjlok Lebih 50 Persen, Tahun Depan Kabupaten/kota Ditarget 4 Persen
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Multatuli, Ubaidillah Muchtar, mengatakan pergelaran seni Multatuli digelar secara daring mengingat pandemi covid-19.
Pihaknya akan mempersiapkan festival itu sejak bulan November 2020. Nantinya, persiapan akan berlangsung selama 10 bulan, karena acara akan digelar pada September 2021.
"Tahun 2021 festival seni Multatuli didorong untuk dilaksanakan secara daring, meski kami belum mencoba tapi hal tersebut harus dilakukan mengingat kita sendiri belum memiliki keyakinan bahwa pandemi ini akan berakhir di akhir tahun 2020," kata Ubaidillah, dalam keterangannya, Minggu (29/11/2020).
Baca juga: Dinas Pariwisata Lebak Kritik Pembangunan Destinasi Tanpa Diiringi Industri Pariwisata
Dia menjelaskan, Festival Seni Multatuli merupakan ikhtiar yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Lebak dalam rangka membuka ruang interaksi kreatif antarbudaya.
Menurut dia, Festival Seni Multatuli merupakan agenda tahunan yang menjadi andalan kegiatan pariwisata di Kabupaten Lebak.
Momen festival ini banyak menyedot perhatian wisatawan luar daerah hingga mancanegara. karena berbagai agenda seni dan acara peringatan semangat Multatuli dalam novel Max Havelaar.
Festival Seni Multatuli (FSM) dirancang setelah peresmian Museum Multatuli, sebagai museum anti-kolonial pertama di Indonesia.
Sesuai namanya sosok Multatuli diangkat sebagai cara untuk mengedepankan sejarah yang berpihak pada asas kesetaraan dan kemanusiaan, yang menjadi landasan pendirian negeri ini.
"Sebenarnya tinggi harapan kami jika digelarnya FSM secara daring, hal tersebut dinilai sangat terbuka untuk peluang kerjasama yang lebih luas," katanya.
Baca juga: Lebak Segera Miliki Geopark Bayah Dome dengan Six Fantastic Wisata, Proyek Digeber Mulai 2021
Dirinya menyebutkan, bahwa FSM yang akan digelar tahun 2021 akan menggabungkan dua konsep.
"Nanti kita akan ada daring dan luring, untuk luring itu akan dilakukan dengan membatasi orang yang berada di lokasi festival atau di Museum Multatuli Lebak," tegasnya.
Sedangkan, untuk pembicara lokal bisa dilakukan dengan cara luring dan pembicara nasional serta internasional diwajibkan secara daring.
Dan kedepannya kata dia, jika memang pandemi ini bisa dikatakan berakhir sebelum FSM digelar, maka konsep awal yang dilakukan secara langsung atau luring akan kembali dilakukan.
"Karena bagaimanapun kita ingin mempunyai dokumentasi yang masif, dan ke depannya akan membikin pusat poskolonial dengan jangkauannya harus internasional," katanya.
Baca juga: PHRI: Banyak Hotel dan Restoran di Tangerang Selatan Belum Terima Dana Hibah Pariwisata
Menurutnya, untuk konsep yang ditonjolkan dalam FSM ada empat fase yakni pameran, pertunjukan, kompetisi, sahabat festival.
"Semua itu akan dilakukan secara daring, mengingat pandemi covid-19 yang belum berakhir," jelasnya.
Sedangkan kata dia, dalam konsep virtual FSM kemungkinan akan memakan waktu yang lebih panjang dibandingkan konsep yang dilakukan secara langsung
"Masa waktu pergelangannya akan diperpanjang hingga dua mingguan dari biasa yang digelar hanya satu minggu," tegasnya.
Baca juga: Kawasan Wisata Negeri di Atas Awan yang Sempat Viral, Begini Kondisinya Sekarang saat Pandemi
Kegiatan FSM merupakan kegiatan kedua yang digelar pada 2019 dan ditahun 2021 merupakan kegiatan yang empat.
"Meski ditahun 2020 FSM di Museum Multatuli Lebak, Banten tidak digelar meriah seperti tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada awalnya direncanakan digelar secara daring karena pandemi covid-19 juga urung dilakukan," jelasnya.
Dan jika memang pergelaran ini dilakukan maka ini menjadi yang pertama dalam festival Mutatuli secara virtual.
Mengenal Museum Multatuli Sebagai Sejarah Kelam Masyarakat Kabupaten Lebak Pada Zaman Belanda.
Gedung Museum Multatuli memiliki luas 2.200 meter persegi di Kota Rangkasbitung dan didirkan pada Desember 2016.
Baca juga: Banten Targetkan 21 Juta Wisatawan Pada 2021
Pembangunan rumah "Max Havelaar" tersebut menghabiskan dana Rp 16 miliar dan dilengkapi dokumen tentang Multatuli juga benda peralatan tempo dulu.
Gedung museum Max Havelaar merupakan gambaran dari bagian sejarah kelam masyarakat Kabupaten Lebak pada zaman Belanda.
Max Havelaar seorang Asisten Residen Lebak 1850 yang melihat penindasan terjadi kaum bumi putra di daerah Kabupaten Lebak, mereka diperas oleh para mandor, para demang, dan para bupati.
Mereka keluarga para kuli tinggal di desa-desa sekitar perkebunan secara melarat dan ditindas dengan diperlakukan kurang adil oleh para petugas pemerintah setempat.
Karena itu, novel Max Havelaar karya pena Multatuli merupakan bagian sejarah dunia.
Baca juga: Taman Wisata Mahoni Alami Lonjakan Wisatawan Hingga 15 Persen Saat Liburan
Sejarah Multatuli itu sendiri, diyakini sudah menembus dunia dan cukup terkenal di Benua Eropa, seperti Belanda, Inggris, Swis dan Italia.
Pembangunan museum Multatuli merupakan pelestarian sejarah kehidupan tempo dahulu saat Indonesia dijajah oleh Belanda.
Di samping itu, dapat meningkatkan ilmu pengetahuan bagi masyarakat, akademis tentang karya novel Max Havelaar itu.