SOSOK dan Profil Jenderal yang Memimpin Kudeta di Myanmar, Dikenal Otak Pembantaian Etnis Rohingya
Menurut keterangan dari mantan teman sekelasnya seperti dikutip Reuters, latar belakang Min hanyalah sosok kadet yang biasa saja.
Setelah lulus, Min Aung Hlaing melanjutkan untuk posisi komando di Mon State dan pada tahun 2002, ia dipromosikan menjadi Panglima yang Segitiga Komando Daerah dan merupakan tokoh sentral dalam negosiasi dengan dua kelompok pemberontak, yang Tentara Negara Wa (UWSA) dan Tentara Nasional Aliansi Demokratik (NDAA).
Nama Jenderal Min Aung Hlaing bukan sosok yang baru didengar dunia, mengingat dia adalah otak dari penindakan terhadap etnis Rohingya.
Pada 26 Oktober 2017, Menteri Luar Negeri AS saat itu, Rex Tillerson, menelepon langsung Min dan mendesaknya agar menghentikan kekerasan.
Baca juga: Aung San Suu Kyi Ditangkap Militer, Seketika Jaringan Internet dan Telepon Myanmar Terganggu
Baca juga: Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar Win Myint Ditahan Saat Tengah Malam, Ini Kronologinya

Jenderal berusia 64 tahun itu sempat mengeluhkan dunia sudah menghakiminya secara tidak adil atas "solusi akhir" atas Rohingya.
Dilansir TIME 3 November 2017, berikut merupakan secuplik profil dari Min Aung Hlaing, jenderal yang kini jadi pemimpin sementara Myanmar.
Kadet yang biasa-biasa saja
Menurut keterangan dari mantan teman sekelasnya seperti dikutip Reuters, latar belakang Min hanyalah sosok kadet yang biasa saja.
Min disebut baru bisa menembus Akademi Badan Pertahanan yang dikenal elite di percobaan ketiga dan memulai karier kemiliterannya.
Sebagian besar pengabdiannya dihabiskan memerangi pemberontak di perbatasan timur, di mana dia dikenal karena melecehkan etnis minoritas.
Baca juga: Profil Aung San Suu Kyi, Anak Jenderal yang Dikecam Dunia Karena Abaikan Pembantaian di Rohingya
Pada 2009, dia memimpin operasi di perbatasan Myanmar-China untuk memberangus pemimpin setempat, Peng Jiasheng.
Peristiwa yang dikenal sebagai Insiden Kokang ini memang berlangsung selama satu pekan. Namun, dampak yang ditimbulkan luar biasa.
Di antaranya adalah melanggar gencatan senjata selama 20 tahun, membuat 30.000 orang terpaksa mengungsi ke China.
Dan yang paling penting, mengusir kelompok separatis dari perbatasan yang selama ini memang diposisikan untuk jadi jalur perdagangan utama.
Jadi panglima militer, dianggap sosok negarawan
Pada 30 Maret 2011, Min Aung Hlaing menjadi panglima angkatan bersenjata Myanmar, dikenal sebagai Tatmadaw.