Kisah Asiah Penjual Gemblong Asal Serang, Pernah Tinggal di Hutan Karena Tak Sanggup Sewa Kontrakan
Asiah, seorang perempuan berusia 54 tahun harus berkeliling Kota Serang setiap hari untuk mengais rezeki dengan berjualan gemblong.
Penulis: desi purnamasari | Editor: Yudhi Maulana A
( Berita Terkini Kota Serang )
Laporan Wartawan TribunBanten.com, Desi Purnamasari
TRIBUNBANTEN.COM, KOTA SERANG - Asiah, seorang perempuan berusia 54 tahun harus berkeliling Kota Serang setiap hari untuk mengais rezeki dengan berjualan gemblong.
Tinggal di Kampung Cipete RT 08/02, Kelurahan Sukalaksana, Kecamatan Curug, Kota Serang, Asiah harus berjualan untuk menghidupi keenam anaknya.
"Sehari-hari saya berjualan gemblong keliling untuk menghidupin keenam anak saya," ujarnya saat ditemui TribunBanten.com, Selasa(16/2/2021).
Asiah bercerita bahwa dirinya ditinggal pergi oleh suaminya sejak anak bungsunya berusia dua bulan.
"Sejak 2009 saya harus menghidupi anak-anak seorang diri dan memberikan pendidikan yang layak untuk mereka," ujarnya.
Asiah mengatakan dirinya pernah tinggal di sebuah hutan dan membangun sebuah gubuk lantaran tak punya uang untuk membangun rumah atau bahkan mebayar kontrakan.
"Sampai anak sayapun akan di asuh oleh orang yang lebih berada dan mampu mengidupi anak saya," ujarnya dengan air mata yang sudah tidak terbendung.
Asiah, menuturkan meski dirinya bukan dari kalangan berada dan harus berjuang sendiri ia tetap semangat untuk bangkit.
Baca juga: Viral Video Anjing Kejar-Kejar Pocong Saat Tengah Malam, Lonca-Loncat Saat Digonggong
Baca juga: Viral Video Nenek Penjual Piring Ditipu, Diberi Amplop Tebal Ternyata Isinya Kertas Koran
"Ibu, kapan kita punya rumah kaya orang lain pake tembok," ujarnya menceritakan anaknya saat merengek.
Ia pun selalu mencoba menenangkan anaknya dan bertekad untuk merubah kehidupannya.
Dengan modal seadanya ia mencoba untuk berjualan gemblong dan tape uli yang ia buat sendiri dibantu oleh anak-ananknya.
"Sekarang kalau jualan keliling Kota Serang masuk ke dinas-dinas," ujarnya.
Hasil dari berjualan yang ia dapatkan untuk membiayai keenam orang anaknya bersekolah sampai jejang SMA.
"Anak saya dua orang yang laki-laki sekarang masuk pondok pesantren, Alhamdulillah," ujarnya.
Mulai pukul 09.00 WIB ia selalu membuat adonan gemblong dan juga tape.
"bisanya sehari ngerendem berasa lima liter, itu kebuat 100 biji gemblong," ujarnya.
Namun menurutnya ia sering merasa lelah pada saat mengolah adonan gemblong karena harus menggunakan tenaga ekstra agar cepat jadi.
Baca juga: Kisah Haru Bocah Shalat di Trotoar yang Viral, Ditinggal Ayahnya Sejak Masih dalam Kandungan
Baca juga: TERBONGKAR Kisah di Balik Sepasang Kekasih yang Sempat Viral, Si Cowok Cuma Poroti Kekasihnya?
Harga gemblong ia jual Rp 15 ribu untuk tiga potong gemblong dibungkus dengan daun.
Sedangkan setoples harga tope dihargai Rp 10 ribu.
Dalam sehari Asiah bisa mendapatkan Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu dari hasil jualannya itu.
Apalagi, menjelang lebaran ia selalu kebanjiran pesanan membuat gemblong dan tape.
"banyak pesanan Alhamdulillah, semoga aja untuk tahun ini juga masih sama," ujarnya.
Asiah menuturkan, suami yang sudah meninggalkannya itu kini telah kembali.
"Alhamdulillah sudah lengkap kembali jadi ada yang bantu, semunya memang dilakukan demi anak," tuturnya dengan raut wajah lelahnya.