Cara Budidaya Jamur Tiram, Raih Keuntungan Maksimal dengan Modal Kecil

Bagi anda yang ingin memulai bisnis, budidaya jamur tiram dapat menjadi pilihan. Budidaya jamur tiram itu dapat dilakukan dengan cara yang mudah.

Penulis: desi purnamasari | Editor: Glery Lazuardi
TRIBUNBANTEN/DESIPURNAMA
Budidaya Jamur Tiram 

Lebar rak sekitar 40 cm dan panjang setiap ruas rak 1 meter.

Setiap ruas rak berukuran tersebut bisa memuat 70 sampai 80 baglog.

Proses pembuatan bibit dasar membutuhkan waktu lama mulai satu hingga empat bulan sampai menghasilkan jamur.

Dia menggunkan rumah kosong milik saudara yang dijadikan sebagai tempat produksi.

"Kalau modal nyicil sih ya kalau untuk buat kumbung ini menghabiskan sekitar Rp 15 jt kurang lebih," ujar pria berusia 41 tahun ini.

Dia selalu memproduksi setiap hari dibantu dua rekannya.

Media tanam yang digunakan di budidaya jamur tiram ini ialah serbuk kayu, serbuk padi, serbuk jagung, dan kapur.

Empat komponen ini diaduk rata, lalu dimasukkan ke plastik ukuran 18×35 mm, disebut baglog.

Setelah diaduk, sebelum masuk plastik, didiamkan selama sehari semalam.

"Untuk serbuk kayu saya pakai apa saja, biasaya jika serbuk kayu keras seperti pohon mahoni itu akan membuat tumbuh lama," ujarnya.

Baca juga: Santri Ponpes Riyadul Ulum Banten Merintis Usaha Tanaman Hidroponik, Upaya Kreatif di Masa Pandemi

Baca juga: Mengembangkan Usaha? Ini Sumber Pendanaan Cepat dan Mudah bagi Para Milenial dan Pengusaha UMKM

Yang biasanya masa produktif panen empat bulan, bilah lebih akan menurukan kwalitas jamur.

Dalam sekali panen dari setiap baglong bisa 4 sampai 5 kali.

Ia selalu menjual ke para pedagang pasar, atau media promosi hanya dari mulut ke mulut saja.

Dijual seharga Rp 12.000 1 kg. Dari satu baglong ia dapat menghasilkan jamur sekitar 3.5 kg.

Untuk omzet yang ia datapkan dalam sekali panen jika 1.000 baglong dari satu 3.5 kg dengan harga Rp 12.000 maka ia akan meraup omzer sekitar Rp 4.2 jt.

Namun iapun pernah mengalami kegagalan yang diakibatkan oleh hama.

Tetapi menurutnya yang gagalpun dapat diolah kembali menjadi bibit yang baru.

Iapun menuturkan dirinya tidak pernah menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya untuk media siramnya.

"Cukup dibersihkan dan siram pagi dan sore dengan air bersih setelah panen," tuturnya.

Sumber: Tribun Banten
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved