Sejarah Stasiun Tertua di Sumatera Barat yang Diaktifkan Kembali Sejak 44 Tahun Tak Beroperasi

Inilah sejarah Stasiun Pulau Air di Sumatera Barat yang kembali aktif setelah 44 tahun tak beroperasi. Dibangun pada 1892

Editor: Renald
TribunPadang.com/ Rezi Azwar
Stasiun Pulau Air setelah diaktifkan kembali - Inilah sejarah Stasiun Pulau Air di Sumatera Barat yang kembali aktif setelah 44 tahun tak beroperasi. Dibangun pada 1892 

TRIBUNBANTEN.COM - Setelah 44 tahun tak beroperasi, Stasiun Pulau Air di Padang, Sumatera Barat kembali di aktifkan.

Stasiun ini sebenarnya bernama Pulau Aie, namun juga dieja dengan bahasa Melayu menjadi Pulau Air

Pulau Air juga merupakan stasiun tertua di Sumatera Barat.

Rencananya stasiun tersebut digunakan untuk akses menuju sejumlah kawasan wisata.

Salah satunya Pelabuhan Muaro yang menjadi pintu masuk menuju Kepulauan Mentawai.

Dibukanya kembali Stasiun Pulau Air bersamaan dengan hadinya Bandar Udara Internasional Minangkabau dengan fasilitas kereta bandara, Minangkabau Ekspress.

Berikut ini sejarah Stasiun Pulau Air

Ada Sejak 1892

Kereta api menjadi salah satu moda transportasi umum yang terdampak pandemi
Kereta api menjadi salah satu moda transportasi umum yang terdampak pandemi (Dok. Shutterstock/Ikhsan Prabowo Hadi)(KOMPAS.COM)

Dkutip dari buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia, Stasiun Pulau Air adalah bagian dari jaringan kereta api pertama di Pulau Sumatra.

Jaringan tersebut selesai dibangun pada tahun 1891 oleh Sumatra Staatspoorwegen, jawatan kereta api milik pemerintahan Hindia Belanda di Sumatra.

Jalur kereta api ini berawal dari Stasiun Pulau Air ke Padangpanjang yang menempuh jarak sekitar 70 kilometer.

Jalur tersebut berlanjut ke Kota Bukittingi sejauh 90 kilometer.

Jalur ini resmi dipakai pada 1 Oktober 1892 bersamaan dengan dioperasikannya Pelabuhan Emmahaven, yang sekarang dikenal sebagai Pelabuhan Teluk Bayur.

Adanya jaringa kereta api tersebut tak lepas dari adanya tambang batu bara di Omblin, Kota Sawahlunto pada tahun 1868 oleh geolog terkemuka Hindia Belanda, Willem Hendrik de Greve.

Awalnya jalur tersebut digunakan untuk mengangkut batu bara, serta hasil perkebunan dan penunpang menuju Pelabuhan Muaro dan Emmahaven yang berada di Kota Padang.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved