Sejarah Stasiun Tertua di Sumatera Barat yang Diaktifkan Kembali Sejak 44 Tahun Tak Beroperasi
Inilah sejarah Stasiun Pulau Air di Sumatera Barat yang kembali aktif setelah 44 tahun tak beroperasi. Dibangun pada 1892
Kala itu, kereta api menjadi moda transportasi tercepat yang menghubungkan antar kota untuk mengangkut hasil bumi.
Dengan berjalannya waktu, minat masyarakat menggunakan kereta api menurun. Beberapa stasiun pun mulai tutup dan tak lagi beroperasi termasuk Stasiun Pulau Air.
Kereta api yang dilayani hanyalah jalur Padang-Pariaman dengan Kereta Api Sibinuang dan bus rel Lembah Anai.
Stasiun Pulau Air pun resmi tak beroperasi sejak tahun 1977.
Selama 40 tahun-an tak beroperasi, bangunan stasiun dibiarkan tak terurus dan menjadi rumah bagi tunawisma serta tempat penutupan barang dagangan warga setempat.
Tak hanya itu. Semak belukar menutup sebagian besar banguan yang mulai kusam. Salah satu sudut tembok terlihat jebol karena batang tanaman.
Semantara itu, beberapa ruas rel tak lagi tampa bekasnya karena dicuri ataupun sereboto untuk dibangun pemukiman.
Kembali Beroperasi

Stasiun Pulau Air kembali dioperasikan setelah ada Minangkabau Ekspress salah satu fasilitas Bandara Internasional Minangkabau.
Pekerjaan reaktivasi Stasiun Pulau Air telah mulai dilakukan pada Juni 2019 oleh Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Wilayah Sumatra Bagian Barat.
Awalnya rencana reaktivasi mulai dilakukan pada 2008, namun terhenti akibat gempa bumi di Sumbar pada 2009 yang meluluhlantakkan Kota Padang.
Anggaran sebesar Rp 40 miliar disiapkan untuk menghidupkan lagi Stasiun Pulau Air beserta jaringan rel baru sepanjang 2,5 km menuju Stasiun Padang.
Nama Stasiun Padang adalah nama baru Stasiun Simpang Haru yang merupakan stasiun utama Minangkabau Ekspress.
Upaya menghidupkan kembali jalur kereta Stasiun Pulau Air bukanlah perkara mudah.
Sejak berhenti operasi pada 44 tahun silam, praktis lahan stasiun dikuasai warga karena dianggap sebagai tanah tak bertuan.