Bocah 7 Tahun Tewas Dipukuli dan Ditembak Tentara Myanmar di Pangkuan Ayah: Ini Terlalu Menyakitkan

saksi mata mengatakan bocah itu ditembak di dalam rumahnya ketika aparat keamanan menembak secara brutal di pinggiran kota.

Penulis: Yudhi Maulana A | Editor: Yudhi Maulana A
MYANMAR MUSLIM MEDIA via BBC Indonesia via kompas
Khin Myo Chit semasa hidup. Bocah berusia 7 tahun itu tewas setelah ditembak dan dipukul oleh aparat Myanmar di rumahnya di Mandalay, pada 23 Maret 2021. 

Setidaknya dua pengunjuk rasa tewas pada Senin di Myitkyina kemarin.

Baca juga: Makam Aktivis Wanita Kyai Sin Angel di Myanmar Dibongkar, Saksi Mata Lihat Pemandangan Mengerikan

Baca juga: Lagu Ampun Bang Jago Warnai Kudeta Myanmar dan Demo Omnibus Law, Sang Pencipta Lagu Angkat Suara

Beberapa pengunjuk rasa terkena tembakan yang berasal dari gedung-gedung di sekitar aksi unjuk rasa.

Sejumlah saksi mata mengatakan, dua korban tewas itu ikut serta dalam unjuk rasa ketika polisi menembakkan stun grenade atau granat kejut dan gas air mata.

"Saya mengatakan kepada polisi untuk tidak memukuli dan menembak para pengunjuk rasa. Saya memohon kepada mereka berkali-kali,” kata Suster Ann Roza kepada Telegraph.
Namun, permintaan Suster Ann Roza tak dipenuhi seluruhnya, karena polisi beranggapan kalau mereka perlu melakukan tindakan represif.

“Tetapi polisi mengatakan mereka perlu melakukannya untuk menghentikan protes dan bahwa mereka harus melakukan tugas mereka. Mereka juga berlutut kepada saya dan mengatakan mereka harus melakukannya," imbuh Suster Ann Roza.

Suster Ann Roza menambahkan, saat dia menyaksikan aksi protes, polisi menggunakan gas air mata Dia lalu merasa pusing dan kesulitan bernapas.

“Saya melihat pria itu jatuh di jalan dan saya ke sana untuk melihatnya tetapi dia meninggal. Saya tidak takut kehilangan nyawa saya. Saya hanya ingin membantu orang. Tapi polisi sangat brutal," imbuh Suster Ann Roza.

Menurut media UCA, Suster Ann Roza terdengar berkata kepada polisi, "Tembak saja saya jika Anda mau. “Para pengunjuk rasa tidak memiliki senjata dan mereka hanya menunjukkan keinginan mereka secara damai," imbuh Suster Ann Roza.

Sebelumnya, Suster Ann Roza juga mengadang sepasukan polisi untuk tidak melakukan kekerasan terhadap para demonstran pada 28 Februari.

Kala itu, Suster Ann Roza berlutut sambil menangis di hadapan sepasukan polisi yang bersiaga dengan tamengnya.

Baca juga: Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar Win Myint Ditahan Saat Tengah Malam, Ini Kronologinya

Baca juga: Kisah Gadis Pemberani Tewas Ditembak Saat Demo di Myanmar, Rela Sumbangkan Tubuhnya Bila Terbunuh

Suster Ann Roza, mengaku, dia melakukan itu karena terdorong oleh perasaan yang campur aduk karena tidak ada siapa pun yang melindungi rakyat Myanmar.

"Meskipun saya seorang suster, saya adalah salah satu orang Myanmar. Saya merasakan sakit yang sama dengan semua orang ketika saya melihat tindakan brutal,” kata Suster Ann Roza.

“Saya merasa sedih ketika mereka merasa sedih. Saya selalu memikirkan bagaimana saya bisa membantu orang," imbuhnya.

"Setiap kali saya mendengar kabar tentang pengunjuk rasa yang dibunuh oleh pasukan keamanan, saya menangis. Saya merasakan empati terhadap keluarga mereka," sambungnya.

Aksi Kyal Sin Gadis Pemberani yang Ditembak Kepalanya

Sumber: Tribun Banten
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved