Cerita Miris Saung Angklung Udjo Terseok Sulit Bayar Utang, Dirut: Tolong Jangan Ada Debt Collector

Direktur Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat mengatakan pihaknya tidak tahu lagi bagaimana menutupi kebutuhan untuk Maret-April.

Penulis: Yudhi Maulana A | Editor: Yudhi Maulana A
kemal setia permana/tribun jabar
Pembalap Tim Repsol Honda Marc Marquez ketika berkunjung ke Saung Angklung Udjo di Padasuka, Minggu (10/2/2019). Kini, cerita kematian membayangi Saung Angklung Udjo karena pancemi Covid-19. 

TRIBUNBANTEN.COM - badai krisis akibat pandemi Covid-19 dalam kurun waktu setahun ini membuat nasib destinasi wisata ternama, Saung Angklung Udjo kini diujung tanduk.

Selain tak bisa membayar gaji karyawan secara utuh, kini pengelola Saung Angklung Udjo dipusingkan denga cicilan utang bank.

Direktur Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat mengatakan pihaknya tidak tahu lagi bagaimana menutupi kebutuhan untuk Maret-April.

Selain itu yang ia khawatirkan lagi adalah cicilan ke bank.

Saat ini SAU memiliki cicilan ke dua bank dengan jaminan tanah.

Di hadapan Bank Indonesia (BI) dan anggota Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Jawa Barat, Taufik meminta tolong ada kelonggaran dalam kredit.

"Saya berharap BI dan bapak-bapak di sini bisa membantu. Saya juga meminta tolong, jangan ada debt collector ke sini," ucap Taufik dikutip dari Kompas.com.

Suasana Saung Angklung Udjo (SAU).
Suasana Saung Angklung Udjo (SAU). (KOMPAS.com/RENI SUSANTI)

Diketahui, pihak pengelola pun terpaksa melakukan berbagai upaya efisiensi untuk mampu bertahan, karena minimnya tamu yang datang.

Agenda rutin pertunjukan maupun produksi angklung dihentikan.

Langkah tersebut diambil seriring aturan pembatasan aktivitas kegiatan masyarakat oleh pemerintah selama hampir 10 bulan terakhir.

Baca juga: Rencana Siswa Sekolah Tatap Muka Mulai Juli, Satgas Covid-19 IDI Sebut Waktu Uji Coba Masih Kurang

Baca juga: Video Syur Berdurasi 30 Detik Viral di Palopo, si Perempuan Diduga Masih SMA

Sebab semua kegiatan pertunjukan di SAU mengundang dan melibatkan jumlah massa yang cukup besar.

"Sebelum adanya pandemi, jumlah pengunjung yang datang bisa mencapai 2.000-an tamu per hari. Kalau sekarang, jangankan setengahnya, 20 orang seminggu saja sulit. Jadi, kalau enggak ada tamu yang datang, dari mana biaya untuk menggelar kegiatan dan menggaji para karyawan. Apalagi kami memiliki hampir seribu orang karyawan," ujar Taufik Hidayat Udjo dikutip dari TribunJabar.

Pihaknya memaklumi adanya kekhawatiran dari para tamu dan masyarakat, bila adanya aktivitas berkerumun dari pengunjung berkorelasi dengan potensi penyebaran Covid-19 dan berujung jatuhnya sanksi dari regulasi pemerintah.

"Pernah ada satu hari, jumlah pengunjung yang datang hanya tiga orang. Itu satu keluarga, bapak, ibu, dan anaknya. Tapi kami tetap menampilkan pertunjukan dengan personel lengkap, jumlah pemainnya 30 orang," ucapnya.

Ia menjelaskan, dulu wisatawan tiap hari selalu ada yang datang. Tapi semenjak ada Covid-19, para wisatawan bukan tidak mau datang, tapi mereka mengaku cukup terganggu dengan ketentuan aturan dan pengurusan syarat berkaitan protokol kesehatan yang berlapis-lapis.

 penonton acara Angklung Pride 2014 di Saung Angklung Udjo diajak memainkan angklung bersama-sama, Minggu (16/11/2014). Kini, di tengah pandemi virus corona, Saung Udjo di ambang kebangkrutan.
penonton acara Angklung Pride 2014 di Saung Angklung Udjo diajak memainkan angklung bersama-sama, Minggu (16/11/2014). Kini, di tengah pandemi virus corona, Saung Udjo di ambang kebangkrutan. (TRIBUN JABAR / LAISA KHOERUN NISSA)
Halaman
12
Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved