Para Santri Pesantren Tahfidz Quran Almapus Lewati Jembatan Bambu Rawan Roboh Demi Belajar Mengaji

para santri yang didominasi anak-anak harus menapaki jembatan bambu itu dengan sangat hati-hati sembari bergelantungan di seutas tali

Penulis: Marteen Ronaldo Pakpahan | Editor: Abdul Qodir
TribunBanten.com/Marteen Ronaldo Pakpahan
Jembatan bambu membentang di Sungai Lewi Panjang, Kampung Kacapi Amis, Desa Alaswangi, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Selasa (13/4/2021). Jembatan itu menjadi satu-satunya alat untuk menyeberangi sungai para warga dan santri Pondok Pesantren Tahfidz Quran Almapus. 

Laporan wartawan Tribunbanten.com, Marteen Ronaldo Pakpahan

TRIBUNBANTEN.COM, PANDEGLANG - Puluhan santri Pondok Pesantren Tahfidz Quran Almapus harus melewati jembatan bambu sepanjang 20 meter di atas Sungai Leuwi Panjang, dari tempat tinggal mereka Kampung Kacapi Amis, Desa Alaswangi, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, demi belajar menghafal Al Quran. 

Jembatan dengan material bambu seadanya itu rawan roboh dan hanyut saat hujan deras hingga mengancam keselatan para santri.

"Kalau hujan datang biasanya kami tidak belajar mengaji, karena luapan Sungai Leuwi Panjang bisa mencapai 20-30 meter," ujar Erna (10), salah satu santriwati Ponpes Tahfidz Quran Almapus di Kampung Kacapi Amis, Selasa (13/4/2021).

Dari pantauan Tribunbanten.com, perlu waktu sekitar dua jam dengan sepeda motor dari pusat Pandeglang menuju kampung tersebut. 

Kondisi jalan perdesaan yang masih sangat rusak dan tidak adanya perhatian khusus dari pemerintah setempat membuat perjalanan tampak harus berhati-hati.

Baca juga: VIRAL Aksi Pria Buka Jasa Membangungkan Sahur Tanpa Bayaran: Saya Takut yang Ketiduran

Ada empat kampung dari Desa Alaswangi yang menitipkan anak-anak mereka untuk mendapatkan pendidikan keagamaan di ponpes tersebut.

Keempat kampung tersebut yakni, Kampung Telengagung, kampung kacapiamis, kampung cibodas dan kampung bojong.

Jembatan bambu membentang di Sungai Lewi Panjang, Kampung Kacapi Amis, Desa Alaswangi, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Selasa (13/4/2021). Jembatan itu menjadi satu-satunya alat untuk menyeberangi sungai para warga dan santri Pondok Pesantren Tahfidz Quran Almapus.
Jembatan bambu membentang di Sungai Lewi Panjang, Kampung Kacapi Amis, Desa Alaswangi, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Selasa (13/4/2021). Jembatan itu menjadi satu-satunya alat untuk menyeberangi sungai para warga dan santri Pondok Pesantren Tahfidz Quran Almapus. (TribunBanten.com/Marteen Ronaldo Pakpahan)

Total terdapat 70 lebih anak-anak yang mengikuti kegiatan belajar mengaji di pondok pesantren tersebut setiap harinya.

Mereka juga harus menempuh jarak 1 kilometer dari rumahnya masing-masing untuk mencapai lokasi pondok pesantren yang berada didalam pelosok hutan.

Tak ada kendaraan roda dua, ataupun roda empat, hanya kaki mereka sajalah yang digunakan untuk berjalan menapaki setiap helai jalan dan bambu yang dikaitkan dengan menggunakan tali untuk dapat dilalui oleh anak-anak.

Baca juga: Tinggalkan Bertahun-Tahun Setelah kawin Lagi, Ayah Siti Nuarida Kembali, Begini Respon Sang Anak

Erna menerangkan kondisi seperti ini telah dilalui oleh dirinya dan para santri lainnya selama lima tahun terakhir. 

"Jembatan gantung ini sudah sering kami lalui dan kondisinya memang seperti ini. Apalagi kalau hujan datang, permukaan bambu itu seringkali licin dan kadang air yang di bawah menghantam jembatan hingga rusak," tuturnya.

Menurutnya, para santri yang didominasi anak-anak harus menapaki jembatan bambu itu dengan sangat hati-hati sembari bergelantungan di seutas tali saat jembatan itu ambruk beberapa hari lalu.

Saat ini, jembatan bambu itu telah diperbaiki oleh warga.

Hal ini membuat dirinya dan teman-teman yang lainnnya tidak putus asa dalam menimba ilmu sekalipun harus melawan kematian sewaktu-waktu.

Tak hanya itu, untuk penerangan jalan sendiri tidak ada sama sekali di area lokasi yang membuat ketika pulang mengaji anak-anak pulang dalam keadaan yang cukup gelap sama sekali.

"Tujuan kita soalnya mau belajar, jadi mau seperti apa pun keadaannya kita harus tetap mengaji dan belajar di pondok," tegasnya.

Baca juga: Dapur Rumah Warga Mancak Serang Ambruk Tergerus Longsor Saat Hujan Deras Semalaman

Pondok Pesantren Tahfidz Quran Almapus sendiri dilengkapi dengan musala dan tempat belajar yang dilengkapi dengan bangku dan papan tulis untuk belajar kitab suci yang ada di sana.

Ia pun berharap agar, pemerintah setempat dapat memperbaiki jembatan dengan membangun jembatan yang jauh lebih layak lagi dari yang sebelumnya.

Hal tersebut agar dirinya dan teman-teman yang lain bisa belajar tanpa rasa khawatir dan bisa fokus lagi dalam memperdalam ilmu keagamaannya.

"Bisa dibangun make yang beton jadi ga kayak gini yang kalau rusak diiket lagi make tali dan kalau sudah benar bisa dilalui, kurang nyaman saja," terangnya.

   

Baca juga: VIRAL Kisah Istri Polisi Menjadi Pemulung Setelah Suami Pensiun, Besarkan 7 Anak

Kepala Desa Alaswangi, Nurhadi menjelaskan jembatan gantung tersebut sudah berusia hampir 5 tahun lebih. Sebelumnya, jembatan itu dibangun oleh masyarakat sekitar untuk dapat menyebrangi arus sungai.

Dan seterusnya dimanfaatkan untuk menyebrangkan anak-anak yang ada untuk pergi mengaji.

"Ya kita sudah sering juga untuk mengajukan perbaikan, akan tetapi memang dari kecamatan dan pemkab itu tidak ada jawaban sama sekali. Jadi saya mohon sekiranya bisa dibantu lah," katanya saat ditemui di kediamannya.

Tak hanya itu, ia juga mengatakan bahwa ketika hujan datang, maka jembatan tersebut tidak dapat dilalui lantaran tertutup aliran sungai yang begitu kencang.

Ia bersama dengan warga lainnya pun secara bersama-sama melakukan perbaikan untuk jembatan gantung tersebut agar setidaknya dapat dilalui oleh masyarakat dan anak-anak lainnya.

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved