Anak-anak Ambil Air Gentong di Masjid Kampung Masigit Setelah Tabuhan Beduk pada Jumat Pertama

Menurut sesepuh setempat, Rakam, Masjid Kampung Masigit merupakan yang tertua di Banten.

TribunBanten.com/Mildaniati
Masjid Kampung Masigit di RT 02/03 Kampung Masigit, Kelurahan Curug Manis, Kecamatan Curug, Kota Serang. 

Laporan Reporter TribunBanten.com, Mildaniati

TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Masjid Kampung Masigit masih terlihat kokoh di RT 02/03 Kampung Masigit, Kelurahan Curug Manis, Kecamatan Curug, Kota Serang, Selasa (20/4/2021).

Atap masjid berbentuk kerucut dengan dua undakan.

Masing-masing undakan ada dinding papan persegi panjang.

Di bagian atas masjid ada mastaka bertingkat tiga.

Tingkat pertama terdapat ornamen berbentuk burung menghadap ke empat sisi, tingkat kedua terdapat ornamen buah delima, dan tingkat ketiga ornamen menyerupai bunga. 

Baca juga: Menelusuri Jejak Islam di Banten: Masjid Agung Kesultanan Kenari Peninggalan Sultan Banten ke IV

Empat tiang kayu menopang atap di ruang utama. 

Ada dua mimbar. Namun, satu di antaranya kuno dan tidak dipakai karena kayunya rapuh.

Menurut sesepuh setempat, Rakam, Masjid Kampung Masigit merupakan yang tertua di Banten.

Masyarakat sekitar menyebutnya Masjid Sultan karena kemungkinan dibangun pada masa Sultan Maulana Hasanuddin.

"Disebut Masjid Kampung Masigit karena yang tua di sini. Setiap dibangun masjid pertama di satu tempat, kampungnya disebut sebagai Kampung Masigit," ucapnya kepada TribunBanten.com, Selasa (19/4/2021).

Menurut dia, ada tiga nama masjid di Kota Serang serupa seperti di Kampung Masigit, yaitu di Cipecung, Priyayi, dan Kasemen.

Di dalam Masjid Kampung Masigit ada makam Ki Kaminja.

Baca juga: Makna Empat Buah Nanas Kuning di Masjid Kuno Kaujon Kota Serang Menurut Sejarawan Banten Yadi Ahyadi

"Tapi sekitar tahun 1978, makamnya ditutup. Itu kata orang tua saya dulu," ujar pria berusia 62 tahun ini.

Di masjid ada dua gentong, satu berukuran besar yang sebagian tubuhnya terkubur di dalam tanah dan hanya terlihat airnya.

Dua gentong di Masjid Kampung Masigit.
Dua gentong di Masjid Kampung Masigit. (TribunBanten.com/Mildaniati)

"Pada 2013 ada pelebaran masjid. Gentong yang tertimbun diangkat. Setiap satu bulan sekali pada Jumat, gentongnya dibersihkan," katanya. 

Harmah, warga setempat, mengatakan setelah tabuhan beduk pada Jumat pertama, anak-anak mengambil air dari gentong yang berasal dari sumur masjid.

Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Kampung Masigit, Sugiti, masjid pernah dua kali direnovasi di bagian atap dan pelebaran.

"Pada 2013 dan 2017. Renovasi tidak mengubah bentuk aslinya," ujar pria berusia 38 tahun ini.

Masjid ini biasanya didatangi para peziarah setiap malam Jumat dan Selasa.

Baca juga: Cerita Tekad Warga Bayah Lebak untuk Beritikaf Selama Bulan Ramadan di Masjid Agung Kasunyatan

Untuk menuju masjid ini, dari simpang empat jalan Provinsi Banten, ambil kanan melalui jalan arah Petir, sekitar 100 meter dari jalan raya, tepat di samping kiri jalan terdapat patung monumen pahlawan Samin kemudian belok kiri. 

Sepanjang perkampungan menuju lokasi Masjid Kampung Masigit, jalanannya  berbatu dan tidak rata, dengan lebar antara 1-2 meter.

Sisi kanan dan kiri jalan adalah hutan, kebun, dan persawahan. 

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved