Ramadan 2021
Cerita Tekad Warga Bayah Lebak untuk Beritikaf Selama Bulan Ramadan di Masjid Agung Kasunyatan
Suasananya nyaman dan tenang. Di samping masjid ada beberapa makam, jadi bisa mengingat kematian
Laporan Reporter TribunBanten.com, Mildaniati
TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Dengan tekad kuat, Zein Albantani bersama seorang temannya asal Sukabumi, menuju Masjid Agung Kasunyatan yang berada di Kampung Kasunyatan, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Senin (12/4/2021).
Zein menempuh perjalanan selama tujuh jam mengendarai sepeda motor dari Kampung Cimancang, Kecamatan Bayah, Lebak.
Pria berusia 25 tahun ini tak lupa membawa beras dan perbekalan secukupnya untuk itikaf di Masjid Agung Kasunyatan.
Baca juga: ACT dan DKM Masjid Agung Ats-Tsauroh Serang Gelar Acara Gebyar Ramadan
Baca juga: Menara Masjid Pecinan di Kramatwatu Masih Kokoh Walaupun Dibangun pada Abad Ke-15
Dia berniat untuk beritikaf selama sebulan penuh pada Ramadan kali ini di satu di antara masjid tertua di Banten.
Ini adalah Ramadan pertama kalinya Zein beritikaf di Masjid Agung Kasunyatan.
“Suasananya nyaman dan tenang. Di samping masjid ada beberapa makam, jadi bisa mengingat kematian,” katanya kepada TribunBanten.com di Masjid Kasunyatan, Jumat (16/4/2021).
Beberapa makam itu di antaranya Syekh Abdul Syukur Sepuh, Syekh Abdul Syukur Anom, Syekh Ahmad Al Madani, Pangeran Arya Kasunyatan, dan Nyai Ratu Asiah.
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Agung Kasunyatan Nurul Falah mengatakan selain Zein dan temannya, ada dua orang asal Jakarta yang mendaftarkan diri untuk beritikaf selama satu bulan pada Ramadan ini.
“Di sela beritikaf itu, mereka juga berzikir, tadarus, dan baca salawat,” kata pria berusia 45 tahun ini.
Menurut pantauan TribunBanten.com, sekitar dua jam sebelum Salat Jumat, terlihat lima orang di Masjid Kasunyatan.

Ada yang berzikir, bersalawat, dan membaca Al-Quran.
Sekretaris Dewan Kemakmuran Masjid Agung Kasunyatan Ustaz Nawahi mengatakan masjid ini dibangun Sultan Maulana Hasanuddin pada 1533.
Kasunyatan berarti kesunatan atau tempat sunat.
“Tempat ini dahulu untuk mengislamkan masa Sultan Maulana Hasanuddin serta tempat berkumpulnya petinggi-petinggi Islam, tidak hanya dari Nusantara,” ucapnya.
Baca juga: Mengenal Al-Khadra Masjid Tertua di Cilegon, Sempat Dijuluki Kandang Kambing karena Tidak Diurus