Senin Besok Dilantik, Benyamin Davnie Akui Tak Ada Persiapan Khusus: Biarkan Mengalir Saja

Benyamin Davnie pun mengatakan rasa syukurnya karena kini sudah merasa lega setelah perjuangan panjang yang dilalui.

Penulis: Zuhirna Wulan Dilla | Editor: Yudhi Maulana A
TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir
Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, di ruang tamu VIP Kantor Pemkot Tangsel, Jalan Maruga, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (16/4/2021). 

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Zuhirna Wulan Dilla

TRIBUNBANTEN.COM - Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terpilih pada Pilkada 2020, Benyamin Davnie akan segera dilantik.

Pelantikan Benyamin Davnie bersama pasangannya Pilar Saga Ichsan akan digelar di Kawasan Pusat Pemerintah Provinsi Banten (KP3B) yang digelar besok, Senin (25/4/2021).

Benyamin Davnie mengungkapkan jika dirinya tidak memiliki persiapan khusus untuk pelantikan besok.

"Tidak ada persiapan khusus, biarkan saja mengalir seperti kegiatan-kegiatan pemerintahan lainnya," ujar Benyamin Davnie saat dihubungi TribunBanten.com melalui pesan whatsapp, Minggu (25/4/2021) hari ini.

Benyamin Davnie pun mengatakan rasa syukurnya karena kini sudah merasa lega setelah perjuangan panjang yang dilalui.

"Alhamdulillah lega karena perjuangan panjang pilkada sudah di titik terakhir dan dimukai perjuangan baru untuk melaksanakan amanah," jelas Benyamin Davnie.

Baca juga: Kisah Benyamin Davnie Kecil saat Bulan Puasa, Berendam di Bak Hingga Petasan Meledak di Telinga

Baca juga: Dilantik sebagai Wali Kota Tangerang Selatan pada 26 April 2021, Apa Persiapan Benyamin Davnie?

Pria yang telah menjabat sebagai Wakil Wali Kota Tangsel dua periode ini mengatakan tak bisa membendung kebahagiaannya.

Menurut Benyamin Davnie keluarganya juga kini ikut bahagia dan dapat bernapas lega.

"Mereka ikut bahagia tentunya dan selalu mendoakan kelancaran setiap tugas saya," kata Benyamin Davnie.

Kisah Benyamin Davnie Kecil saat Bulan Puasa, Berendam di Bak Hingga Petasan Meledak di Telinga

Calon Wali Kota dan Wakil Walki Kota Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan disambut sorak-sorai dan yel-yel dari para pendukungnya saat tiba di Posko Pemenangan Ben-Pilar, di Villa Melati Mas, Serpong Utara, Tangsel, Rabu (9/12/2020) sore. Para pendukung merayakan kemenangan Benyamin-Pilar setelah unggul dalam quick count lembaga survei.
Calon Wali Kota dan Wakil Walki Kota Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan disambut sorak-sorai dan yel-yel dari para pendukungnya saat tiba di Posko Pemenangan Ben-Pilar, di Villa Melati Mas, Serpong Utara, Tangsel, Rabu (9/12/2020) sore. Para pendukung merayakan kemenangan Benyamin-Pilar setelah unggul dalam quick count lembaga survei. (Tribunbanten.com/Zuhirna Wulan Dilla)

Melansir informasi dari TribunJakarta.com sebelumnya, Berikut ini adalah fakta dari seorang Wakil Wali Kota Tangerang Selatan sekaligus Wali Kota Tangerang Selatan terpilih (2021-2026) Benyamin Davnie semasa kecil saat bulan Ramadan, mulai berendam di bak kamar mandi sampai pernah petasan meledak di telinganya.

Banyak cerita tak terlupakan oleh Benyamin Davnie dari kehidupannya semasa kecil pada bulan puasa Ramadan.

Sambil duduk santai di ruang tamu VIP Kantor Pemkot Tangsel, Jalan Maruga, Ciputat, Tangsel, Jumat (16/4/2021), Benyamin mengingat-ingat kala dirinya masih duduk di bangku Sekolah Dasa, sekitar tahun 1970-an.

Belajar Puasa

Pria kelahiran Pandeglang, Banten, 1 September 1958 (62 tahun) itu mengungkapkan, dirinya sejak kecil dilatih orang tua untuk berpuasa, menahan lapar dan haus.

Saat itu, ia dilatih orang tua untuk berpuasa Ramadan dimulai waktu setengah hari.

Meski begitu, Ben-sapaan Benyamin Davnie, saat itu ingin bisa puasa penuh sampai Magrib seperti kedua orang tuanya.

Baca juga: Ahok Doakan Benyamin Davnie 2 Periode Pimpin Tangerang Selatan, Beri Nasihat Jangan Korupsi

Baca juga: Minta Kapolres Tuntaskan Kasus Penyerangan Posko Ormas, Benyamin Davnie: Jaga Kondusifitas Tangsel

"Ibu saya sama bapak saya waktu SD ya, sekitar tahun 70-an kayak gitu, puasa, semua anaknya, puasa, tapi setengah hari saja. Saya berusaha untuk full sampai sore," kata Ben.

Laiknya orang yang berpuasa, ujian selalu datang siang hari saat matahari tepat di ujung kepala dan teriknya memancing dahaga.

Ben yang masih sangat lincah saat itu, tak kuat menahan panas matahari dalam keadaan berpuasa.

Tak hilang akal, Ben berendam di bak sampai satu jam lebih demi menghilangkan haus dan membuat tubuhnya tetap sejuk saat siang hari.

"Saya ingat betul pulang siang itu ngerendam di bak mandi, dingin gitu. Lagi panas kayak gini berendem saja, sampai sejam dua jam, baru sama ibu saya, 'ayo naik sudah', nah baru," tutur Ben.

Cara berendam itu yang kemudan membuat Ben mampu berpuasa penuh selama satu bulan Ramadan.

"Tapi Alhamdulillah saya kuat sampai sore, kecil kelas 3 SD saya mulai full," ujarnya. 

Ben menjelaskan lebih lanjut, berendam di bak kamar mandi itu bukan tanpa alasan.

Sepulang sekolah, sekira pukul 11.00 WIB, Ben kecil selalu aktif beraktivitas di luar rumah, dari mulai mencari ikan, bermain layangan sampai menggembala kambing.

Kondisi pakaian yang kotor setelah beraktivitas itu yang membuat Ben sering berendam siang hari.

"Tapi memang ada sebabnya, di depan rumah saya dulu itu sawah, nah saya pulang sekolah, saya ingat betul, ke sawah dulu nangkap lele, baju dibuka. Jadi lele yang saya tangkap dibungkus pakai baju kasih ke ibu saya digoreng, sayanya berendem." 

"Kan enak tuh siang-siang gini berendem di bak cucian, kecil, setiap hari. Kalau enggak nangkep lele saya main layangan, kalau enggak main layangan saya ngangon kambing punya kakek saya," papar Ben sambil tertawa kecil.

Selain berendam di bak, Benyamin juga merindukan masa tarawih kala suasana masih sangat sepi dan gelap.

Ke Masjid di Bawah Kegelapan Demi Salat Tarawih

Pada masa Ben kecil, Kota Tangerang, kampungnya, belum seramai sekarang.

Masih banyak pohon tinggi dan jarak antar rumah masih jauh, temasuk jarak ke masjid.

Setiap setelah berbuka puasa, Ben berangkat ke masjid bersama teman-teman dengan suasana yang gelap dan rimbun.

"Rumah saya itu kan di Jalan Perwira itu, ya gelap lah ya. Jadi, Tarawih sehabis salat Magrib, buka segala rupa, jauh itu jalannya dari rumah ke masjid dan gelap sekali. Tapi, saya enggak sendiri, sama tetangga yang sepantaran (seumuran). Enggak ramai sih, tapi seru saja Tarawihnya. Jadi, kebiasaan," kenang Ben.

Jika tidak ke masjid, Ben Salat Tarawih bersama keluarga di rumah.

"Kalau enggak, tarawih di rumah dipimpin bapak saya," pungkasnya.

Main Petasan Meledak di Telinga

Selain perkara ibadah, Ben kecil juga aktif bermain dengan anak-anak lainnya.

Bulan Ramadan, permainan yang sering dilakukan Ben adalah lodong dan petasan.

Lodong yang dimaksud Ben adalah, semacam meriam terbuat dari bambu yang bahan ledakannya dari karbit yang dipicu api.

"Kalau kecil itu suka main lodong, bom lodong, dari bambu pakai karbit ya, dum dum," cerita Ben.

Soal petasan adalah kenangan yang paling sulit dilupakan Ben.

Ia menceritakan, pernah membakar petasan tapi meledak di telinga.

Saat itu, lantaran gugup mengetahui temannya melempar petasan ukuran besar, Ben justru melemparkan korek api dan petasannya didekap ke telinga.

"Terus saya main petasan. Saya masih ingat main petasan yang segede cabe rawit. Korek apinya itu saya buang, malah petasannya saya dekap di kuping, meledak di kuping. Inget benar itu saya, nangis kejar," ujar Benyamin sambil menirukan menutup telinga.

"Sama ibu saya diketawain saja sama bapak saya diketawain saja. Dibiarin saja tuh, enggak dimarahin enggak diomelin biar tahu diri saja sendiri," tambahnya.

Kini, Ben, sudah tidak lagi berendam, gelap-gelapan berangkat tarawih dan bermain petasan. 

Ben yang kini seorang kepala daerah dan sudah melewati berbagai jabatan birokrat itu menjalani puasa untuk kontemplasi diri.

Namun kenangan masa kecil selalu menarik dan menggelitik.

TribunBanten.com/TribunJakarta.com

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved