Jeritan Perajin Tahu Tempe, Kurangi Pegawai hingga Terancam Gulung Tikar Akibat Harga Kedelai Naik
Sejumlah pabrik produksi tempe dan tahu di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, terancam gulung tikar alias bangkrut.
Penulis: Marteen Ronaldo Pakpahan | Editor: Glery Lazuardi
Laporan wartawan Tribunbanten.com, Marteen Ronaldo Pakpahan
TRIBUNBANTEN.COM, LEBAK - Sejumlah pabrik produksi tempe dan tahu di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, terancam gulung tikar alias bangkrut.
Hal ini karena harga kedelai mengalami kenaikan selama beberapa waktu belakangan ini.
Agus Setiawan perajin tempe dan tahu mengatakan pihaknya akan memberhentikan produksi mulai Sabtu besok karena kenaikan harga kedelai.
"Kita sudah tidak ada modal. Ditambah pandemi membuat harga di pasaran terus meningkat. Terpaksa saya harus mem PHK karyawan saya separuhnya untuk mengurangi beban," ujarnya saat ditemui, Kamis (3/6/2021).
Baca juga: Begini Proses Pembuatan Tempe Milik Pengrajin di Serang, Sekali Produksi Habiskan 200 Kg Kedelai
Baca juga: Keluhan Pengusaha Tempe di Serang Harga Kedelai Mahal Hingga Terancam Gulung Tikar
Sejak kenaikan harga kedelai, pabrik olahana kedelai di Rangkasbitung selalu merugi.
Padahal wilayah Rangkasbitung merupakan wilayah penghasil tempe dan tahu yang produknya selalu dikirim ke Pandeglang dan Serang.
Seperti di Pabrik Tahu Kampung Salahaur, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.
Para pengrajin tempe dan tahu di kampung itu sangat banyak.
Saat ini, kata Agus Setiawan, jumlah anak buahnya tinggal 9 orang dari sebelumnya 25 orang.
Pilihan mengurangi tenaga kerja dipilih untuk menekan harga jual tempe dan tahu.
"Semua barang dan harta sudah dijual untuk mencoba tetap hidup usahanya. Akan tetapi itu tak berhasil. Jadi kemungkinan besar akan gelar tirai," tambahnya.